Kisah Rochy Putiray Kibuli Mafia Bola Tetap Sikat Rp 50 Juta Tapi Tetap Cetak Gol
Rochy Putiray (48) menjadi salah satu sosok yang mengungkap adanya pengaturan pertandingan oleh mafia dalam sepak bola Indonesia
Sudah lupa, itu saya waktu masih di Arseto, Persija (Jakarta) Timur, dan PSPS Pekanbaru.
Saat Anda bermain di tingkat timnas, apa pernah ditawari juga?
Mereka (mafia bola) tidak pernah mendatangi (saya) karena saya memang tidak pernah terima telpon dari orang yang saya nggak kenal. Wartawan saja telpon saya misalnya mau wawancara, selama saya aktif bermain, pada saat dia telpon 'Halo siapa nih? Wartawan, Mas. Mau bicara dengan siapa? Dengan Rochy. Oh Rochy-nya lagi keluar.' Padahal saya yang angkat telepon itu.
Sebanyak tiga kali ditawarkan itu berupa apa?
Duit.
Berapa banyak duit yang ditawarkan?
Yang pertama, dia nawar masih lebih kecil dari gaji saya. Yang kedua, dia nawar Rp 50 juta karena memang itu gaji saya Rp 50 juta di Persija (Jakarta) Timur. Dan itu tiga bulan belum dibayar. Lalu, saya ambil dan saya bilang ke Bang Zein kebetulan jadi manajer tim Persijatim. 'Bang saya ambil uang ini karena memang ini gaji saya yang belum dibayar. Kalau main saya jelek, kalau saya nggak bikin gol, semua sanksi saya terima.'
Lalu apa yang Anda lakukan?
Saya bikin dua gol, PSM Makassar nggak lolos.
Penawaran berikutnya seperti apa?
Dan yang ketiga ditawarin, saya cuma bilang, 'kamu nggak kapok duitnya Rp 50 juta nya saya bawa?' Terus dia pergi.
Pernah dengar cerita dari rekan sesama pemain soal mafia-mafia itu?
Saya dengar cerita dari senior. Itu sih bukan hal yang baru. Tapi ya sudah, karena saya juga nggak punya bukti, saya juga nggak pernah ceritain ke orang. Yang saya ceritain itu ada, karena saya sendiri pernah mengalami.
Apakah tawarannya itu selalu berupa uang?
Kalau saya berupa uang. Tapi, kalau yang lain saya nggak tahu.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jateng/foto/bank/originals/rochy-putiray.jpg)