Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Sekretaris DPD Gerindra Jawa Tengah: Prabowo Shalat Jumat di Masjid Kauman Murni Ibadah

Sekretaris DPD Gerindra Jawa Tengah Sriyanto Saputro, menegaskan apa yang dilakukan Capres 02 murni hanya ibadah

TRIBUN JATENG/REZA GUSTAV PRADANA
Situasi terkini Masjid Kauman Semarang yang akan menjadi tempat Prabowo jumatan hari ini 

“Kami persilakan dan dengan senang hati kami menyambut Pak Prabowo,” ujar Muchit, melalui keterangan tertulis yang diterima Tribun Jateng, Kamis (14/2).

Menurutnya, tak hanya kedua masjid tersebut, Masjid Pangeran Diponegoro, di Jalan Prof. Soedarto, Pedalangan, Banyumanik, Semarang juga siap menyambut Prabowo. Kamis (14/2) siang mereka menggelar rapat, bila masjid tidak mampu menampung jamaah karena antusias warga, mereka siap memasang tenda-tenda.

Prabowo tengah berada di Jawa Tengah melakukan serangkaian kegiatan, salah satunya adalah Pidato Kebangsaan di sebuah hotel.

Pidato Kebangsaan yang dilaksanakan pada Jumat sore itu diselenggarakan oleh Gerakan Milenial Indonesia (GMI) Jateng dan Universitas Kebangsaan Republik Indonesia.

Kemunduran Bangsa

"KALAU mau Jumatan ya Jumatan saja. Mau ada imbauan atau tidak, jamaah Jumat Masjid Agung Semarang pasti penuh. Kalau memang niatnya hanya mau Jumatan, alami saja, tak usah digembar-gemborkan. Masyarakat senang yang alami," kata Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Dr. Muhyar Fanani, kepada Tribun Jateng, Kamis (14/2).

Pernyataan Muhyar menanggapi polemik rencana salat Jumat calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto, di Masjid Agung Kauman, pada 15 Februari 2019.

"Tokoh seperti beliau pasti punya penggemar tersendiri, kalau pure mau Jumatan, tinggal datang saja, tak usah diumum-umumkan, pasti akan ada saja yang menyalami. Lha wong salaman di masjid itu kan hal lumrah," sambung Muhyar.

Disampaikan, ia sepakat untuk tidak menjadikan masjid sebagai 'alat politik praktis'. Menurutnya, masjid adalah tempat membicarakan dan menanamkan keluhuran-keluhuran kepada para jamaah.

Bukan ajang menggalang suara untuk kepentingan kekuasaan. "Menjadikan masjid untuk penggalangan massa, demi politik praktis kekuasaan, itu lebih banyak mahdlaratnya daripada manfaatnya," terangnya.

Karena itu, ia mengatakan, Walisongo saja menjauhkan masjid dari praktik politik praktis. Menurutnya, politik praktis berbeda dengan filsafat politik, yang memperbincang kebaikan-kebaikan bersama.

"Lha kok sekarang abad 21 malah menjadikan masjid sebagai arena politik praktis berebut kekuasaan. Tren menjadikan masjid sebagai arena politik praktis itu adalah kemunduran bangsa. Praktik politik praktis di masjid akan menghadirkan perdebatan tak kunjung usai," tandasnya.

Diuraikan, politik praktis adalah tentang bagaimana merebut atau memperoleh kekuasaan. Sementara, filsafat politik, berbicara bagaimana seharusnya kekuasaan itu dikelola, bagaimana menciptakan konsensus dan kebaikan bersama, kemajuan umat, dan lainnya.

"Itu kan hal-hal yang public good, boleh dibicarakan dan dilakukan di masjid. Kebaikan kan tak mengenal kelas maupun ras, semua bisa menerima kebaikan," urainya.

Ia menilai, rencana salat Jumat calon presiden nomor 02 yang diumumkan melalui poster dan lainnya, itu merupakan praktik kampanye terselubung. Menurut dia, masyarakat sudah semakin cerdas dalam menilai, apakah sesuatu itu murni atau ada maksud tersembuyi di baliknya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved