Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Mengintip Proses Pembuatan Keramik di Sentra Industri Keramik Klampok Banjarnegara

Industri keramik di Klampok sejatinya sudah berumur tua. Industri rakyat itu konon pertama kali dirintis oleh Kandar

Penulis: khoirul muzaki | Editor: galih permadi
TRIBUN JATENG/KHOIRUL MUZAKI
pekerja perusahaan Mustika membuat keramik tempat produksi di Purwareja Klampok Banjarnegara 

"Ya keramik lain seperti pot bunga, kendi masih produksi, cuma yang lagi ramai sekarang poci,"kata Suyadi, pekerja di pabrik keramik Mustika, Purwareja Klampok

Dari segi pewarnaan, ada dua jenis keramik yang diproduksi perusahaan ini , yakni terakota dan glasir.

Terakota bewarna merah dan kuning gading umumnya dipakai untuk produk gerabah semisal poci dan kendi.

Adapun glasir adalah lapisan keras yang dipakai untuk mewarnai kerami hingga menimbulkan kesan mengkilap.

Keramik dengan lapisan glasir ini, menurut Suyadi, umumnya berupa pos bunga, guci, atau hiasan lain yang tidak digunakan untuk alat makan atau minum karena mengandung zat kimia.

"Sekarang banyak yang pakai cat. Kalau kami masih pakai glasir, meski harganya lebih mahal. Tidak seperti cat, glasir tahan terhadap goresan," katanya

Pembuatan keramik ternyata cukup rumit. Butuh keterampilan khusus bagi para pekerja yang mengerjakannya.

Tanah liat jadi bahan baku utama untuk menghasilkan karya.

Tanah yang diambil dari alam tak bisa langsung digunakan. Tanah itu harus lebih dulu direndam sehari semalam.

Pengolahan bahan ini berlanjut pada tahap penyaringan dan pengadukan untuk mendapatkan material yang seragam. Tanah lalu dikeringkan untuk mengurangi kadar air yang tersimpan.

Tanah pun siap dibentuk menjadi kerajinan, baik melalui teknik cetak maupun putar menggunakan meja putar. Teknik putar yang menjadi kekhasan tersendiri dalam pembuatan keramik ini masih dipertahankan.

Menurut Suyadi, teknik putar tetap dibutuhkan untuk membentuk kerajinan berbentuk silinder, semisal vas atau guci yang sulit dikerjakan dengan teknik cetak.

Setelah dibentuk, kerajinan setengah jadi itu lantas diukir sesuai selera atau pesanan.

Para pekerja kemudian mengeringkan keramik untuk menghilangkan kadar air hingga menjemurnya di bawah terik matahari.

Karena masih mengandalkan sinar matahari, musim penghujan jadi kendala tersendiri untuk tahap penjemuran.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved