Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Alasan Jarang Ada Pejabat Mau Lewat Gerbang Depan Menara Kudus, Ada Rajah dari Sunan Kudus

Pengurus YM3SK, Abdul Jalil mengatakan, Rajah Kalacakra itu dipasang di atas pintu gerbang depan

Penulis: Rifqi Gozali | Editor: muslimah
Tribunjateng.com/Rifqi Gozali
Seroang peziarah melintasi gerbang depan kompleks Masjid, Menara, dan Makam Sunan Kudus 

TRIBUNJATENG.COM, KUDUS – Di Indonesia sebentar lagi menggelar hajatan besar berupa Pemilu.

Eskalasi politiknya kian hari kian meningkat.

Bahkan elitenya pun semakin disibukkan dengan manuver-manuver demi meraup suara dan mendapatkan jabatan.

Namun, apakah dari para pemburu amanah rakyat itu pernah tahu bahwa di Kudus ada mitos yang terbangun sampai saat ini.

Siapa saja atau mereka para pejabat yang masuk ke dalam kompleks Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus yang melewati pintu gerbang depan bisa luntur jabatannya.

Terutama bagi pejabat yang menanggalkan amanah, juga bagi yang melewati gerbang itu akan hilang kedigdayaannya.

Adalah Rajah Kalacakra yang menyebabkan mitos itu berkembang sampai saat ini.

Bahkan, pihak Yayasan Masjid, Menara, dan Makam Sunan Kudus (YM3SK) memastikan, sangat jarang ada pejabat baik daerah maupun skala nasional saat bertandang ke Masjid al-Aqsha atau Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus, melewati gerbang depan.

Pengurus YM3SK, Abdul Jalil mengatakan, Rajah Kalacakra itu dipasang di atas pintu gerbang depan.

Hal itulah yang membuat pejabat enggan ambil risiko saat datang ke sana.

Kebanyakan lebih memilih melewati pintu lain yang sama-sama menuju masjid dan makam.

“Dari sisi aura, sampai hari ini saya berani mengatakan sangat jarang pejabat ya yang lewat sana (pintu gerbang).

Banyak pejabat yang datang lewat pintu samping,” kata Abdul Jalil, Jumat (15/3/2019).

Dia mengatakan, dipasangnya Rajah Kalackra oleh Sunan Kudus ini buntut dari perseteruan di tubuh Kerajaan Demak.

Saat Raden Patah memimpin sebagai raja pertama, saat itu masih berjalan normal.

Sedangkan sepeninggal raja kedua, Pati Unus, mulailah terjadi perseteruan di dalam tubuh kerajaan.

Ketika Trenggono memimpin sebagai raja ketiga, perseterun semakin sengit.

Puncaknya yaitu ketika menantu Trenggono, Hadiwijaya, menyatakan diri sebagai raja dan memindahkan kekuasaan ke Pajang.

Berkuasanya Hadiwijaya mendapat perlawanan dari Arya Penangsang yang merasa berhak sebagai pewaris takhta.

Dia memiliki darah keturunan dari ayahnya, Raden Kikin atau Pangeran Sekar, yang dibunuh karena perselisihan dengan Trenggono.

Saat terjadi perselisihan antara Arya Penangsang dan Hadiwijaya, rupanya keduanya berebut simpati dari Sunan Kudus.

Pantas saja, Sunan Kudus merupakan pemimpin pasukan militer saat Raden Patah memimpin Demak.

Hal itu yang membuat Penangsang dan Hadiwijaya berebut dukungan dari sosok yang dituakan di kerajaan.

Pada situasi yang sangat tidak stabil di tubuh kerajaan, rupanya Sunan Kudus memilih untuk netral.

Dia memiliki kehendak agar kedua kubu menanggalkan posisi politiknya ketika akan mencari solusi terbaik.

Maka dari itu, dipasanglah Rajah Kalacakra demi menanggalkan kedigdayaan dan menghilangkan semua kekuatan yang dimiliki kedua kubu.

“Rajah itu dipasang di pintu gerbang masuk.

Siapa saja yang melewati akan luntur kedigdayaannya dan kekuatannya, termasuk jabatannya,” kata Jalil.

Dipasangnya rajah tersebut, rupanya, tidak membuat Hadiwijaya terkecoh.

Dia memilih melewati pintu lain saat menghadap Sunan Kudus ketimbang lewat depan.

“Arya Penangsang yang lalai, dia lewat pintu gerbang itu akhirnya dia celaka,” katanya.

Adanya Rajah Kalackra ini, kata Jalil, mengingatkan bahwa kekuasaan di dunia hanya bersifat semu.

Hal-hal keduniaan hanya akan menyebabkan orang melayani nafsu untuk saling sikut kepada sesamanya.

Maka, kekuasaan itu memang harus benar-benar dipegang oleh orang yang amanah, bukan mereka yang tidak jujur.

Selanjutnya, katanya adanya Rajah Kalacakra ini bukan hal yang aneh.

Menurutnya, rajah merupakan bagian dari kata-kata yang diberkahi.

“Kalau mau berbicara dari sisi syar’i itu kata-kata yang diberkahi, yang kemudian ini akan menjadi melunturkan.

Termasuk itu tidak aneh dalam kosmologi Islam,” katanhya. (tribunjateng)

Siapakah Artis, Pejabat dan Politikus Yang Ziarahi Makam Yang Dikeramatkan Ini?

Kepala Disparbud Jepara Meninggal Dunia, Ambruk di Depan Bupati saat Laporan Apel Hari Jadi Jepara

Romahurmuziy Kena OTT KPK, Mahfud MD: Seperti yang Saya Bilang Dulu

Siapa Pemenang Pilpres 2019? Mahfud MD Beri Jawaban Singkat

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved