Di Balik Kisah dan Asal-usul Batu Sajadah di Puncak Girilangan Banjarnegara
Tetapi 'sajadah' di Desa Gumelem Wetan Kecamatan Susukan Kabupaten Banjarnegara ini sungguh tidak lazim.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: galih permadi
Raja Mataram kemudian mengutus Ki Ageng Gumelem untuk menjaga tempat hilangnya jasad Ki Ageng Giring itu. Ki Ageng Gumelem pada akhirnya didapuk menjadi Demang di Gumelem.
Menurut Satrio, Ki Ageng Gumelem dan pengikutnya yang setia menjaga makam Ki Ageng Giring inilah yang diyakini membuat tempat ibadah dari batu.
"Itu buat salat penjaganya,"katanya
Pembuatan alas salat dari batu ini pun cukup beralasan. Ibadah salat menjadi kebutuhan bagi umat Islam dimana pun berada.
Sementara di puncak bukit nan tinggi itu, sulit untuk mengakses masjid yang letaknya jauh di pemukiman.
Sebuah alas salat dari bahan alam atau batu dibuat untuk memudahkan dalam beribadah. Posisinya dihadapkan sesuai arah kiblat.
Letaknya yang tinggi dan sepi memang mendukung kekhusyukan saat beribadah.
Bahkan hingga sekarang, kata Satrio, batu itu masih dimanfaatkan untuk kepentingan ibadah. Tak jarang para peziarah menunaikan salat beralaskan batu ini.
Terlebih, tidak ada musala khusus yang dibangun di atas bukit atau komplek makam. Mereka bisa bersuci dari sumber mata air di lereng bukit di bawah tempat tersebut.
Tetapi, layaknya sajadah, batu ini hanya bisa dimanfaatkan untuk salat satu orang. Tentunya, untuk salat di atasnya, alas itu harus dipastikan suci dari hadas.
"Kalau rombongan (jamaah) biasanya salat di pendopo di bawahnya, (komplek makam ki Ageng Gumelem),"katanya.(*)