Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Menengok Produksi Gula Aren di Desa Sampang Banjarnegara, Masih Mengandalkan Tungku Tradisional

Umumnya masyarakat mengenal gula merah atau Jawa berbahan nira kelapa yang lebih mudah dijumpai di pasar.

Penulis: khoirul muzaki | Editor: muh radlis
TRIBUN JATENG/KHOIRUL MUZAKI
Irma, warga desa Sampang kecamatan Karangkobar Banjarnegara memasak nira aren dan mencetakknya dalam batok kelapa menjadi gula aren siap jual 

Keluarganya masih memiliki belasan pohon Aren di kebun yang menjadi ujung tombak produksi gula aren.

Meski beberapa di antaranya sudah tidak produktif karena usia pohon terlalu tua.

"Kalau pas cuaca terang, pohon yang tua gak keluar niranya.

Kalau pohon gak keluar nira, berhenti buat gula," katanya

Usaha rumahan ini bukan hanya melibatkan perempuan yang bertugas mengolah nira menjadi gula.

Dari usaha itu, lahir profesi penderes yang setiap hari bertugas memanjati sejumlah pohon Aren untuk berburu nira.

Pekerjaan ini umumnya dilakukan oleh laki-laki atau suami dalam rumah tangga.

Lantas di tangan perempuan seperti Irma, nira yang telah dicampur bahan lain itu dimasak hingga beberapa jam di atas tungku tradisional.

Hingga bahan cair itu berubah mengental, Irma lanjut mencetaknya.

Limbah batok kelapa yang telah dibelah dan berbentuk mangkuk jadi alat cetak alami untuk membentuk gula Aren sesuai keinginan pasar.

Satu kilogram Gula Aren biasa ia jual seharga sekitar Rp 18 ribu.

Produksi gula Aren Irma tidak lah banyak.

Dalam sehari, ia hanya bisa menghasilkan sekitar 1 kilogram, atau paling banyak 5 kilogram.

Produksi gula aren memang bergantung dari seberapa banyak pasokan bahan baku atau nira yang didapat penderes.

Irma pun tidak bisa setiap hari memproduksi gula.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved