Mahasiswa Undip Sukses Sulap Jelantah Jadi Krayon, Inilah Keunggulannya
Kepekaan melihat limbah menimbulkan ide kreatif. Mahasiswa Undip ini berinovasi mengubah jelantah menjadi krayon bernilai ekonomis
Penulis: Adelia Sari | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM -- Kepekaan melihat limbah menimbulkan ide kreatif. Mahasiswa Undip ini berinovasi mengubah jelantah menjadi krayon bernilai ekonomis. Kini sudah banyak dipesan dan akan dilombakan tingkat nasional.
Minyak goreng sisa atau yang lebih dikenal dengan nama Jelantah merupakan limbah rumahan yang sering dibuang. Namun, di tangan empat mahasiswi Undip Semarang, jelantah dijadikan bahan baku untuk pensil crayon yang bernilai jual tinggi.
Mereka adalah Inas Zahra (21), Khoirunnisa Nur Aini Putri (21) yang merupakan mahasiswa Akutansi Undip, Lutfia Cahyaningrum (20) mahasiswi jurusan Kimia murni dan Azizah Fatma (21) mahasiswi Ekonomi Syariah.
Pembuatan pensil crayon jelantah ini berawal dari Program Kreativitas Mahasiswa yang tiap tahun ada dan dibiayai oleh Kemenristekdikti.
"Saya dan Fatma satu organisasi PKM, kita sering ngasih seminar tentang PKM tapi kita belum nyoba, akhirnya kita nyoba ikut PKM sendiri dan kebetulan proposal kita lolos," ucap Inas kepada Tribunjateng.com, Kamis (27/6/2019).
Untuk ide crayon jelantah sendiri merupakan ide dari Inas. Ia bingung saat diminta ibunya membuang minyak sisa jelantah.
"Saya dulu pas SMA ikut KIR, kata guru saya kalau mau bikin inovasi itu harus dari masalah. Nah masalah itu muncul dan saya mengalami sendiri pas ibu saya minta buang minyak goreng sisa, tapi saya bingung buang kemana, lalu saya kefikiran akhirnya saya bikin crayon, karena searching menemukan ternyata minyak bisa dibikin crayon," lanjutnya.
Inas bersama ketiga temannya memprodukai crayon yang diberi nama Oicora ini di rumahnya yang beralamat di Jalan Bukit Flamboyan I F no 60, Sendangmulyo, Tembalang.
Minyak jelantah didapat dari teman-teman kuliahnya, dimana minyak jelantah ditukar dengan permen atau coklat.
Untuk membuat crayon dari minyak jelantah, bahan yang dibutuhkan adalah jelantah, solidfying agent (bahan yang berfungsi mengeraskan minyak), lalu washable agent, pewarna makanan, dan esense vanila untuk menghilangkan bau jelantah.
"Crayon kita aman karena menggunakan bahan foodgrade, bahkan sudah diuji di laboratorium Undip kandungan logamnya hanya 0,05 gram, sehingga aman dipakai," ucap Putri.
Langkah pertama membuat crayon ini adalah menyaring jelantah terlebih dahulu dari sisa bahan makanan. Kemudian minyak jelantah dicampurkan di solidfying agent yang sudah dipanaskan sehingga menjadi cair.
Kemudian dicampurkan bubuk washable agent hingga menjadi adonan. Setelah semua bahan tercampur tambahkan pewarna sesuai keinginan. Warna kombinasi didapat dari warna dasar yang dicampurkan.
Lalu masukkan adonan kedalam cetakan crayon yang terbuat dari silikon.
"Cetakan kita buat sendiri dari silikon karena belinya harus ke Cina. Kemasan pun kita cetak sendiri jadi semuanya manual," tambah Putri.
Crayon ini dikemas menarik dengan isi 12 warna. Satu kotak Oicora dijual dengan harga Rp 38.000. Selain menggunakan bahan yang aman, crayon Oicora juga memiliki kelebihan lain.
Yaitu mudah dihapus saat menempel di tembok. "Kadang kan anak kecil suka gambar di tembok, nah Oicora ini mudah dihapus dengan kain basah," terangnya.
Saat ini crayon Oicora diproduksi sesuai permintaan atau pre order. Pemasarannya dilakukan dari mulut ke mulut dan media sosial. Meskipun begitu, pelanggan Oicora sudah sampai Magelang, Bantul, Salatiga dan kota-kota besar lainnya.
Nah bagi yang tertarik ingin membeli crayon Oicora ini bisa order di instagram @oicoracrayon. Crayon Oicora ini sendiri mulai diproduksi pada April 2019 setelah pada bulan Maret 2019 proposal dari kelompok PKM ini lolos.
Saat ini Inas dan ketiga temannya tengah bersaing dalam ajang kompetisi PKM dengan produk crayonnya yang ramah lingkungan. (Tribunjateng.com/Like Adelia)