Helikopter TNI Hilang Kontak, Orang Tua Serda Dita Ilham Berharap Anaknya Selamat
Hati orang tua mana yang tidak hancur, ketika anak kebanggaannya yang sedang bertugas sebagai personil TNI mengalami kecelakaan.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, BANYUMAS - Hati orang tua mana yang tidak hancur, ketika anak kebanggaannya yang sedang bertugas sebagai personil TNI mengalami kecelakaan.
Sambil menyeka air mata, Subandi yang merupakan ayah dari Serda Dita Ilham Primojati mengungkapkan kesedihannya.
Helikopter TNI AD yang ditumpangi anaknya tersebut hilang kontak di Papua dan sampai saat ini belum ditemukan.
Dari 12 orang penumpang helikopter, satu diantaranya adalah atas nama Serda Dita Ilham Primojati, yang merupakan warga Desa Kemutug Kidul, RT 8 RW 1, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas.
Pihak keluarga menerima kabar jika helikopter telah hilang kontak sejak kemarin.
Serda Dita Ilham Primojati atau biasa disapa Ilham merupakan alumni siswa SMA Penerbangan Yogyakarta.
Selesai menempuh pendidikan di Bandung, Serda Ilham langsung ditempatkan di Kesatuan Squadron 31 Ahmad Yani, Semarang.
"Dia sudah 4 tahun dinas di Semarang, bahkan kemarin sempat menempuh pelatihan bahasa Rusia.
Dia bercerita jika pemerintah akan menjalin kerjasama dengan Rusia dalam hal pembelian pesawat, sehingga dia yang merupakan mekanik mesti menguasai bahasa Rusia," ujar Subandi kepada Tribunjateng.com.
Pria kelahiran 6 Desember 1995 tersebut, awalnya bercita-cita menjadi seoarang pilot.
"Awalnya anak saya ingin menjadi pilot.
Akan tetapi nasib berkata lain, dia justru akhirnya diterima masuk TNI melalui jalur prestasi, di TNI Penerbad," tambahnya.
Ketika bercerita kepada Tribunjateng.com, Subandi menceritakan kebiasaan anaknya yang selalu menjemputnya di Simpang Lima Semarang.
"Kalau saya lagi ke Semarang yang di jemput di Simpang Lima, lalu menginap di Messnya," ujarnya.
Terkahir kali dia pulang ke Banyumas adalah pada saat momen libur lebaran kemarin.
Kebetulan dia mendapatkan cuti yang lumayan panjang yaitu 10 hari, yaitu semenjak 3 hari sebelum lebaran sampai satu minggu setelah lebaran.
Satu hal yang membuat sedih keluarga terutama Subandi sang ayah adalah, ketika anaknya akan terbang dan bertugas selalu meminta restu dan doa.
"Dia pasti selalu telfon dan meminta doa restu, nanti ketika sampai mendarat juga telfon lagi,
"pak alhamdulillah saya sudah sampai' seperti itu," ungkap Subandi.
Bahkan setiap kali pulang ke rumahnya di daerah Kemutug Kidul, anaknya tersebut selalu ingin mengajaknya jalan-jalan.
Serda Dita Ilham Primojari sudah mandiri dan jauh dari kedua orangtuanya selepas lulus di SMP 6 Purwokerto.
Setelah itu, dia melanjutkan SMA Penerbangan di Yogyakarta. (Tribunjateng/jti)