Karni Ilyas Langsung Bantah Pernyataan Ferdinand Hutahaean Soal Kecurangan, Nada Suaranya Tinggi
Politikus Demokrat Ferdinand membuat presiden Indonesia Lawyer Club (ILC), Karni Ilyas berbicara nada tinggi.
Penulis: Ardianti WS | Editor: abduh imanulhaq
TRIBUNNJATENG.COM- Politikus Demokrat Ferdinand membuat presiden Indonesia Lawyer Club (ILC), Karni Ilyas berbicara nada tinggi.
Hal tersebut tampak saat keduanya menjadi narasumber acara ILC yang tayang di TVOne, Selasa (09/07/2019) mulai pukul 20.00 WIB.
Seperti biasanya, acara diskusi dipandu oleh wartawan senior yang diberi sebutan Presiden ILC, Karni Ilyas.
Sejumlah narasumber hadir diantaranya Fadli Zon, Fahri Hamzah, Aria Bima, Lukman Edy, Rizal Ramli, Jonny G Plate, Maman Abdurrahman, Faldo Maldini, Ferdinand Hutahaean, Feri Amsari, Mardani Ali Sera.
Ferdinand mengatakan bahwa demokrasi adalah ajang kontestasi, adu strategi dan adu kekuasaan.
"Bukan adu menjadi oposisi, karena hakekatnya semua ingin menang, ingin berkuasa, tidak ada partai didirikan untuk menjadi oposisi dan ikut kontestasi demokrasi untuk kalah, semua ingin bercita-cita menjadi pemenang, dan itu lumrah" ujar Ferdinand Hutahaean.
Tampak Fadli Zon dan Mardani Ali Sera mengobrol dan tersenyum getir saat Ferdinand Hutahaean mengatakan hal itu.
Ferdinand Hutahaean mengatakan bahwa demokrasi dibutuhkan ksatria dan siap kalah.
"Yang kalah harus intropeksi diri, yang menang juga tidak bisa menganggap lawan adalah musuh," ujar Ferdinand.
Ferdinand lantas mengatakan bahwa demokrasi yang terjadi hari ini terlalu liberal.
"Bahkan berbuat curang itu boleh," ujar Ferdinand.
Lantas Karni Ilyas menyanggah ucapan Ferdinand dengan ucapan nada tinggi
"Ya liberal bukan berarti boleh berbuat curang," ujar Karni.
"tetapi dari hulunya saja, sudah berbicara saksi, berarti ada potensi curang, curang itu tidak diizinkan, orang mampu melakukannya ketika tidak ketahuan, itulah demokrasi yang kita praktikkan sekarang," ujar Ferdinand Hutahaean.
Kalau tahun 50-59 itu demokrasi liberal, tapi nggak ada yang curang, mau PKI, mau Masyumi, mau PNI," ujar Karni Ilyas.
Ferdinand Hutahaean lantas menyanggah.
"Tapi permasalahannya memang ada kecurangan yang terjadi, tetapi ujung-ujungnya masuk dalam legitimasi secara hukum," ujarnya.
Karni Ilyas langsung mengehntikan pencapat Ferdinand dan menanyakan soal sikap Partai Demokrat apakah sudah bulat gabung ke Pemerintahan Presiden Jokowi.
"Demokrat sudah bulat belum gabung ke Jokowi?," tanya Karni Ilyas.
Ferdinand Hutahaean menegaskan saat ini Partai Demokrat belum secara resmi mengambil sikap.
Pasalnya, Partai Demokrat masih menunggu selesainya acara 40 hari berkabung atas wafatnya mendiang Ani YudhoyonO.
"Setelah tanggal 10 Juli 2019, Ketua Umum akan memimpin pertemuan antara pengurus daerah, DPD kami. Dipanggil semua ke Jakarta. DPD ya, DPC tidak," terang Ferdinand Hutahaean.
Tujuan pengurus DPD Demokrat ke Jakarta adalah membahas langkah awal Partai Demokrat untuk menentukan sikap.
"Apakah akan bergabung ke Pak Jokowi atau tidak," katanya.
Di sela-sela Ferdinand Hutahaean menyampaikan pendapat, terlihat Fahri Hamzah dan Rizal Ramli berbisik-bisik.
Ferdinand Hutahaean melanjutkan bahwa komunikasi antara Demokrat terus berjalan baik secara informal maupun antara sesama kader.
"Baik dari TKN (Tim Kampanye Nasional) 01 maupun AHY (Agus Harimurti Yudhoyono) dengan sahabatnya di 01. Semua berjalan," ujar Ferdinand Hutahaean.
Ferdinand mengatakan bahwa saat ini memang kondisi Demokrat lebih mengarah untuk membantu pemerintahan.
Diketahui, Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto secara resmi membubarkan Koalisi Indonesia Adil dan Makmur yang mendukungnya pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Keputusan tersebut diambil melalui rapat internal bersama lima sekjen parpol dan sejumlah petinggi partai lainnya di kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Jumat (28/6/2019).
"Sebagai sebuah koalisi yang mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden di dalam Pemilihan Umum Presiden 17 April yang lalu, tugas Koalisi Adil dan Makmur dianggap selesai," ujar Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani saat memberikan keterangan pers di media center pasangan Prabowo-Sandiaga, Jalan Sriwijaya I, Jakarta Selatan.
Koalisi Indonesia Adil Makmur, forum lima partai politik pendukung Prabowo Subianto–Sandiaga S Uno dalam Pemilihan Presiden tahun 2019, dinyatakan bubar. Koalisi ini terdiri atas 5 partai, antara lain Partai Gerindra, PKS, PAN, Partai Demokrat, dan Partai Berkarya.
Informasi ini disampaikan Sekretaris Partai Demokrat Hinca Panjaitan, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan, Presiden PKS Sohibul Iman, dan Wakil Ketua Umum PAN Bara Hasibuan, secara terpisah.
"Saya kira iya (koalisi berakhir)," ujar Hinca saat ditemui di Kediaman Prabowo, Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Jumat (28/6). Hinca datang mewakili Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, berdialog dengan sejumlah pimpinan parpol bertemu Prabowo.
Alasannya, Mahkamah Konstitusi (MK) melalui putusannya telah menyatakan menolak seluruh dalil permohonan yang diajukan tim hukum Prabowo-Sandiaga atas sengketa hasil Pilpres 2019. Dengan demikian, pasangan capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin menjadi pemenang pilpres.
Hinca menjelaskan, koalisi parpol pendukung pasangan Prabowo-Sandiaga berakhir saat MK memutuskan permohonan sengketa hasil pilpres. Artinya, saat ini tidak ada lagi istilah calon presiden dan calon wakil presiden, yang ada adalah presiden dan wakil presiden terpilih.
"Jadi saya jelaskan bahwa koalisi lima parpol ini dalam rangka mengusung pasangan calon presiden. Kemarin setelah diketuk oleh MK tidak ada lagi calon presiden itu, yang ada adalah presiden terpilih. Maka koalisi untuk paslon presiden itu telah berakhir," ujar dia.
AHY kunjungi Jokowi dan Megawati
Kunjungan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) merupakan silaturahmi balasan dan ucapkan terimakasih ke Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri.
Demikian disampaikan Kepala Divisi Advokasi dan Hukum Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean terkait kunjungan AHY dan Ibas ke Jokowi dan Megawati saat lebaran pertama Idul Fitri, Rabu (6/6/2019).
"Kunjungan silaturahmi balasan dan kunjungan silaturahmi ucapan terimakasih atas apa yang dilakukan oleh Pak Jokowi sebagai presiden saat pemulangan jenazah ibu Ani Yudhoyono dari Singapura hingga pemakaman yang cukup baik."
"Dan terimakasih atas kehadiran ibu Mega saat pemakaman ibu Ani," ucap Ferdinand Hutahaean kepada Tribunnews.com, Kamis (6/6/2019).
Dia menegaskan, inilah tata krama dan etika yang ditunjukkan oleh AHY dan Ibas. Mereka menghargai perbuatan baik.
Tentu ini adalah pertanda baik, imbuh dia, bagi silaturahmi politik elit bangsa.
"Kedepan tentu akan semakin baik lagi, karena DNA politik partai demokrat adalah tidak ada musuh dalam politik tapi hanya ada kontestasi demokrasi dan setelah itu kita membangun bangsa bersama sama," tegas Ferdinand Hutahaean.
Pertanda Makin Cairnya Hubungan SBY dan Megawati
Pendiri lembaga Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Sebastian Salang menilai positif Putra Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), bersilaturahmi ke Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, pada lebaran pertama, Rabu (5/6/2019).
"Apa yang dilakukan dua putra SBY dengan bersilaturahmi ke Jokowi dan Megawati sangat baik," ujar Sebastian Salang kepada Tribunnews.com, Kamis (6/6/2019).
Menurut Sebastian Salang, momentum Idul Fitri sangat tepat untuk bersilaturahmi dan bebas dari aneka penafsiran politik.
Namun demikian pesannya sangat penting. Pertama, silaturahmi ini adalah bentuk penghormatan yang muda-muda kepada orang tua yakni Jokowi dan Megawati.
Kedua, kehadiran AHY dan Ibas tentu saja disambut dengan gembira oleh Jokowi dan Megawati.
Ini juga momentum baik bagi Jokowi dan Megawati untuk memberi motivasi dan penguatan kepada kedua putra SBY itu agar tidak larut dalam kesedihan pasca ditinggal ibunya, almarhumah Ani Yudhoyono.
Ketiga, melihat keramahan sambutan dan keakraban dalam silaturahmi tersebut, imbuh dia, sangat baik untuk keakraban putra dan putri mantan presiden dan presiden kita saat ini terus dirajut kedepannya.
Keempat, kehadiran kedua putra SBY ini akan sangat mencairkan suasana dan hubungan segitiga antara SBY, Jokowi dan Megawati yang selama ini dinilai kurang cair. (*)
• Fakta-fakta Retno Korban Meninggal Kecelakaan Tabrak Lari di Overpass Manahan Solo
• Krisdayanti Jelaskan 4 Pilar Kebangsaan, Begini Reaksi Najwa Shihab yang Disambut Tawa
• Tanpa Diketahui Sang Ayah, Bocah Usia 16 Tahun Tiduri Anak Gadisnya, Seminggu Sudah 11 Kali
• Gara-gara Celetukan Aria Bima, Semua Narasumber Tertawa, Fahri Hamzah Tampak Kesal
• Dicecar Pertanyaan oleh Karni Ilyas, Faldo Maldini Kaget Langsung Garuk Kepala