Dari Mana Jaringan Teroris di Indonesia Dapat Sumber Dana? Penelitian Ini Menjawabnya
Apakah menggunakan bisnis legal sebagai kedok untuk mendanai terorisme ini tren baru?
JI menggunakan langkah ini untuk menyebarkan propaganda sekaligus mencari uang.
Gerakan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) juga telah mempengaruhi sebagian besar kelompok teroris di Indonesia, apalagi setelah ISIS mengumumkan keberadaannya di sini pada tahun 2014.
Kelompok-kelompok yang terkait dengan JI telah bersumpah setia pada ISIS.
Pemimpin JI, Abu Bakar Ba'asyir, juga bersumpah setia kepada pemimpin ISIS, Abu Bakar al-Baghdadi.
ISIS memberi inspirasi cara-cara pendanaan baru.
Penyelidik menemukan kelompok lokal mendirikan bisnis termasuk obat-obatan herbal dan toko bahan kimia.
Teknologi, terutama media sosial dan pesan instan, membantu bisnis-bisnis yang dimiliki para teroris ini.
Mereka diduga menggunakan Facebook, Twitter, dan Whatsapp untuk menyebarkan propaganda, mendapat penghasilan dari bisnis online, dan untuk meminta atau menerima sumbangan.
Berikut adalah beberapa contoh bisnis legal yang dilakukan oleh anggota organisasi ekstremis tersebut:
1. Agen perjalanan
Pada akhir 2016, polisi menangkap tersangka yang terafiliasi dengan jaringan Katibah Nusantara, cabang ISIS di Asia Tenggara yang berbasis di Suriah dan diduga dipimpin oleh Bahrun Naim.
Polisi juga menemukan agen perjalanan yang dijalankan oleh Rafiqa Hanum, istri Naim.
Naim yang diyakini bertanggung jawab atas serangan di Jakarta pada 2016.
Polisi menyebut agen perjalanan tersebut membantu dua orang Muslim Uighur, Cina, yang merupakan bagian dari Gerakan Islam Turkistan Timur (East Turkestan Islamic Movement, kini Turkistan Islamic Movement), masuk ke Indonesia secara ilegal dan menyembunyikan mereka di Batam.
Perusahaan itu juga membantu para pejuang teroris asing untuk masuk Suriah menyamar sebagai atau peserta umroh atau haji.