Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Begini Cara Mengolah Kopi yang Baik dan Benar Menurut Owner Mulia Coffe

Selain dikenal sebagai penghasil tembakau terbaik, Temangung juga merupakan daerah penghasil kopi yang tak kalah bermutu.

Penulis: yayan isro roziki | Editor: muh radlis
IST
Petani di Desa Gedongsari, Kecamatan Jumo, Temanggung, sedang memanen dan menjemur kopi. 

TRIBUNJATENG.COM, TEMANGGUNG - ‎ Selain dikenal sebagai penghasil tembakau terbaik, Temangung juga merupakan daerah penghasil kopi yang tak kalah bermutu.

‎Tembakau srintil misalnya, hanya bisa didapatkan di Temanggung.

Sementara, untuk kopi‎, Kota Tembakau dikenal mempunyai produk unggulan untuk jenis arabika dan robusta.

Sentra penghasil kopi robusta di antaranya di wilayah Kecamatan Jumo dan sekitar, termasuk Desa Gedongsari.

Meski demikian, para petani kopi di Desa Gedongsari, Kecamatan Jumo, rata-rata masih menjual biji kopi yang sama sekali belum diolah.

Sehingga, kurang mempunyai nilai tambah ekonomi bagi para petani.

"Rata-rata, mereka langsung menjual kopi kepada tengkulak, begitu panen tiba, dengan kisaran harga Rp20.000 - Rp23.000.

Karena itu pilihan termudah dan cepat mendapatkan uang, meski nilai tambah secara ekonomi minim," kata ‎anggota tim II KKN Universitas Diponegoro (Undip) Semarang di desa setempat, Fabela, Sabtu (10/8), melalui layanan WhatsApp (WA).

Lantaran itu, sambung Fabela, tim II KKN Undip mengundang owner Mulia Coffee, Sarwadi, untuk berbagi ilmu, mengenai tips pemanenan dan pengolahan kopi, agar mempunyai nilai tambah tinggi bagi para petani.   

Berbagai pengharaan di dunia kopi telah disabet Sarwadi.

"‎Saat musim panen tiba, para petani di Geongsari tak betul-betul memilah antara cheri (buah kopi) yang sudah berwarna merah atau masih hijau.

Pun, mereka belum memiliki kesadaran untuk mengolah biji kopi menjadi kopi bubuk, padahal nilai jual dari kopi bubuk jauh lebih tinggi," tuturnya.

‎Dalam paparannya, Sarwadi, menjelaskan bahwa untuk mendapatkan kualitas yang terbaik, cheri yang dipetik haruslah yang telah berwarna merah.

Selain harga jualnya yang cukup tinggi, rasa yang dihasilkan juga memiliki perbedaan dengan kopi yang diolah dari biji kopi campuran.

"Harga jual dari cheri yang berwarna merah dapat mencapai lebih dari Rp. 26.000/kilogram," katanya.

Ia juga mengatakan bahwa untuk mengubah mindset maupun kebiasaan memang sulit.

Seperti halnya ingin mengubah kebiasaan cara pemetikan kopi, dari petik semua menjadi petik merah saja.

Perlu ketekunan dan kemauan agar nantinya terbiasa.

"Kalau ingin belajar mengenai pengolahan, pemetikan, nanti saya siap untuk berbagi ilmu," ujar Sarwadi.

Selain itu, ia berharap agar pengolahan yang telah ia terapkan tersebut juga dapat diterapkan oleh petani kopi Gedongsari.

Sehingga ke depannya kopi dari Gedongsari dapat lebih dikenal oleh masyarakat luas, khususnya bagi para pecinta dan penikmat kopi.

Seorang petani yang juga menjabat sebagai Sekretaris Desa Gedongsari, Biso, menyatakan bahwa acara diskusi yang dibuat oleh mahasiswa Tim II KKN UNDIP ini sangat bagus dan bermanfaat bagi petani kopi.

Ia berharap, para petani dapat menerapkan tips-tips yang telah disampaikan.

"Harapan saya ke depan, setelah mengetahui cara pengolahan yang baik, para petani dapat menerapkan dan mengerti bagaimana kualitas kopi yang baik sehingga dapat meningkatkan ekonomi masyarakat," ujar Biso.

Kepala Dusun Pistan, Triyadi, juga mengungkapkan dukungannya terkait keberlangsungan program ini.

Menurutnya, program ini sangat mendukung bagi perkembangan petani untuk menambah pendapatan petani.

Selain itu ia juga mengungkapkan, bahwa program ini sangat mendukung bagi perkembangan pertanian kopi yang akan datang.

Serta untuk mendongkrak pendapatan para petani.

"Harapan saya setelah adanya diskusi ini, pengolahan kopi bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan," ujar Triyadi.

Di akhir acara diskusi, terdapat pengangkatan kader pengolahan kopi, yakni Adib Sugandi dan Barokah Fatikhah, warga Desa Gedongsari, yang telah memiliki usaha produksi kopi bubuk “Ombe Kopi”.

Adanya kader tersebut diharapkan dapat meneruskan dan mendampingi petani-petani setempat agar dapat mengolah kopi dengan baik.‎ (yan)

Rumahnya Direnovasi Tentara, Irwan Sampaikan Pesan ke Pangdam dan Gubernur Jateng

Warga Dukuh Jawar Tak Takut Meski Status Gunung Slamet Meningkat, Percaya Sosok Ini Jaga Desa

Dana Hibah Rehab RTLH Kemensos RI Diserahkan Pasca TMMD Reguler Tegal

Di Polres Purworejo Irjen Rycko Tegaskan Hukuman Berat Bagi Anggota Polri yang Bermain Narkoba

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved