Menara Rig Bekas Tak Berawak Diusulkan Jadi Pabrik Pengolah Limbah Plastik
Menara rig bekas tak berawak, diusulkan menjadi pabrik pengolah limbah plastik untuk diubah menjadi energi listrik untuk masyarakat.
TRIBUNJATENG.COM - Menara rig bekas tak berawak, diusulkan menjadi pabrik pengolah limbah plastik untuk diubah menjadi energi listrik yang dapat disalurkan kepada masyarakat.
Usulan ini sekaligus mengatasi persoalan plastik di laut.
Proposal yang disebut sebagai Filtration Skyscraper ini disebarkan arsitek sekaligus visualisator, Honglin Li.
Mesin canggih yang dipasang di menara konseptual tersebut akan menghasilkan listrik dan biofuel dari plastik dan polutan lainnya yang diekstraksi dari air laut.
"Ini untuk wilayah Pesisir Pasifik Utara, yang merupakan petak sampah terbesar dan paling tebal di laut," kata Li seperti dilansir dari Dezeen.
"Meski begitu, desain konsep ini dapat digunakan untuk memecahkan persoalan lingkungan dan energi di seluruh dunia," imbuh dia.
The Great Pacific Garbage Patch diperkirakan berisi 1,8 triliun keping plastik.
Meskipun sebagian besar telah dipecah menjadi kepingan berukuran confetti yang tersebar tipis di area seluas Texas.
Hanya tiga persen plastik dipilin yang dianggap mengambang di permukaan.
Konsep ini dikembangkan untuk kompetisi pencakar langit eVolo 2019.
Kompetisi tahunan yang mengakui proyek seputar arsitektur vertikal dan berhubungan dengan lingkungan alami dan buatan.
Desainnya pun dianugerahi penghargaan terhormat.
Meski fantastis, proposal ini perlu menyatukan berbagai proses daur ulang dan penghasil energi di dunia nyata.
"Kami melakukan penelitian tentang fasilitas pemulihan material (MRF) yang ada dan instalasi pengolahan air (WTP) dan menggabungkannya secara vertikal dalam megastruktur modular prefabrikasi," terang Li.
Limbah yang telah diolah kemudian dibakar untuk menghasilkan energi berupa listrik maupun bahan bakar akan digunakan untuk menjalankan fasilitas serta disalurkan kepada masyarakat.