Sejarah Ciu Bekonang: Pasukan Kerajaan Kadiri Taklukkan Mongol Berkat Ciu
Ketua Paguyuban Alkohol Bekonang, Sabar mengatakan bahwa tradisi pembuatan ciu di desanya sudah ada sejak lama.
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -- Ketua Paguyuban Alkohol Bekonang, Sabar mengatakan bahwa tradisi pembuatan ciu di desanya sudah ada sejak lama.
Bahkan di Bekonang, pembuat ciu juga telah diawali nenek moyang mereka.
Ciu Bekonang merupakan minuman beralkohol yang dihasilkan dari proses fermentasi tetes tebu.
Berdasar penelusuran sejarah, minuman fermentasi tetes tebu ini sudah ada sejak abad ke VIII.
Sejarawan pantura Jawa Tengah, Wijanarto, menuturkan catatan sejarah tentang minuman keras atau beralkhol tradisional Nusantara yakni sejak periode Kerajaan Kadiri.
"Tepatnya saat Raja Jayakatwang menjamu pasukan Mongol dengan hidangan minuman keras yang berdampak kekalahan pasukan Mongol," ucapnya.
Diterangkan oleh Wijanarto, ada beberapa jenis miras di nusantara antara lain ciu (fermentasi tetes tebu), badeg (fermentasi aren), lahang (di Jawa Barat) dan arak (fermentasi beras).
Bahkan dulu zaman Majapahit ada tradisi penggunaan ciu saat perayaan perlusan wilayah.
Dalam Kitab Negarakertagama juga tercatat pesta bersanding dengan miras.
Tak jarang minuman keras, termasuk ciu juga mengiringi upacara keagamaan dalam tradisi itu.
Masa kerajaan Kertanegara Singasari, dalam persembahyangan ada arak yang diletakkan pada altar.
"Semua hidangan diletakkan secara melingkar. Kekalahan Jayakatwang pun terjadi saat ia tengah mabuk pada ritus ini.
Sesuai apa yang ia lakukan pada pasukan Mongol," jelasnya.
Wijanarto menerangkan, pada masa lalu Jawa Tengah merajai dalam urusan minuman beralkohol tradisional, meski tidak semua wilayah memproduksinya.
"Selain perdagangan candu, Jateng merajai minuman tradisional ini.