FAKTA BARU: Ini Jawaban Saminah Saat Pegawai SMPN 4 Banyumas Menanyakan Keberadaan Ratno
Polres Banyumas langsung melakukan prarekonstruksi di Desa Pasinggangan, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Rabu (28/8).
TRIBUNJATENG.COM, BANYUMAS -- Sehari setelah mengungkap kasus pembunuhan terhadap empat orang bersaudara.
Polres Banyumas langsung melakukan prarekonstruksi di Desa Pasinggangan, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Rabu (28/8).
Tak pelak kegiatan tersebut memancing perhatian warga di sekitar tempat kejadian perkara.
• Viral di Medsos Cerita Horor KKN di Desa Penari, Raditya Dika Sampai Serius Simak Ceritanya
• BREAKING NEWS : Polisi Ungkap Identitas Mayat Wanita Kondisi Telanjang Dada di Kebumen
• BREAKING NEWS: Banyumas Digegerkan Penemuan Mayat, Kali Ini di Selatan Terminal Purwokerto
• Polisi: Utang Rp 10 Miliar Aulia Kesuma di Bank, Tagihan Kartu Kredit Capai Rp 500 Juta
Mereka mendatangi lokasi prarekonstruksi karena penasaran ingin melihat secara langsung seperti apa kronologi pembunuhan menghebohkan tersebut.
Beberapa kali polisi harus mengingatkan warga agar tidak melewati garis kuning polisi.

Suasana menjadi semakin riuh dan ramai, ketika para empat tersangka keluar rumah dan memperagakan sebuah adegan.
Spontan terlontar kata-kata cacian kepada tersangka.
Petugas Polres Banyumas kemudian minta warga tetap tenang dan tidak melontarkan kata-kata makian kepada para tersangka.
Sihad (47), warga RT 7, RW 3, Desa Pasinggangan bahkan sudah ada di lokasi sejak pukul 08.00 WIB.
"Saya merasa sangat penasaran pada kejadian tersebut. Sungguh keji membunuh keluarga sendiri," katanya.
Kasus pembunuhan itu melibatkan tersangka Saminah alias Minah (53), bersama tiga anak kandungnya yaitu Sania Roulita, Irvan Firmansyah, dan Achmad Saputra alias Putra.
Sedangkan korban pembunuhan adalah saudara kandung Minah, antara lain Supratno atau Ratno (56), Sugiyono alias Yono (51), Hari Setiawan dan alias Heri (46).
Satu korban lainnya adalah Fifin Dwi Loveana alias Pipin (27, anak kandung Ratno).

Motifnya, rebutan tanah warisan Misem, ibu kandung korban dan tersangka, yang tinggal di samping rumah Minah. Jenazah para korban ditemukan secara tidak sengaja di halaman belakang rumah Misem, ketika Rasman (tetangga Misem) membersihkan lokasi tersebut, Sabtu (24/8) lalu, atas permintaan pemilik rumah.
Selama proses prarekonstruksi, para tersangka terlihat biasa-biasa saja. Mereka menunjukkan raut muka datar meskipun sering disoraki warga.
Kanit Reskrim III Polres Banyumas, Ipda Rizki Adhiansyah Wicaksono, prarekonstruksi dilakukan untuk meyakinkan penyidik terkait dengan pasal yang disangkakan. Terutama peran masing-masing tersangka.
Dalam prarekonstruksi itu terungkap para tersangka tidak langsung menguburkan mayat para korban. Pembunuhan dilakukan pada pukul 14.00 hingga menjelang magrib, 9 Oktober 2014. Keesokan harinya, tepatnya pada Jumat malam, 10 Oktober 2014, mayat-mayat itu dikubur di belakang rumah.
"Ada 18 adegan yang diperagakan oleh para tersangka pembunuhan satu keluarga tersebut," ujar Ipda Rizki Adhiansyah Wicaksono. "Tersangka Sania akan dikenakan pasal 480 karena dia hanya menjual motor dan laptop milik korban," tambahnya.
Rizki menyampaikan korban pertama yang dibunuh adalah Sugiyono. Sasaran selanjutnya Supratno. Mereka dibunuh di ruang tengah.
Tak lama kemudian giliran korban Heri, dan terakhir Pipin. Mayat-mayat tersebut dapat masuk ke dalam lubang ukuran 1,5 meter x 1,2 meter dan kedalaman 40 cm, karena memang posisi dari para korban tertekuk.
"Menurut keterangan dari para tersangka para korban ini sering memaki, menghina dan tindakan yang menyakiti hati Saminah beserta anak-anaknya," katanya.

Sejak kecil tersangka Irvan dan Putra (anak Saminah) sudah sering melihat ibunya bertengkar dengan saudara kandungnya. Itulah yang menjadi pemicu dendam.
Ada SK Pemecatan buat Ratno
Satu di antara korban pembunuhan yang dilakukan Saminah dan anak-anaknya adalah Supratno (56), kakak kandung Saminah.
SMPN 4 Banyumas sebagai instansi tempat Supratno bekerja pernah mengeluarkan rekomendasi agar Supratno alias Ratno dipecat karena meninggalkan tugas tanpa kabar, padahal ia menjadi korban pembunuhan.
"Berdasarkan data presensi (kehadiran), Pak Ratno ini terakhir masuk kerja pada Kamis, 2 Oktober 2014.
Sedangkan mulai menghilang tidak ada kabar lagi itu pada 4 Oktober 2014," ujar Kepala Bagian Tata Usaha SMPN 4 Banyumas, Suparyo, Rabu (28/8).
Catatan itu berbeda dengan pengakuan para tersangka pembunuhan yang menyebut eksekusi terhadap Supratno pada 9 Oktober 2014 ketika korban pulang kerja.
Di SMPN 4 Banyumas, Supratno tercatat sebagai pegawai perpustakaan.
Menurut Nasrun, guru SMPN 4 Banyumas, Supratno bekerja di sekolah tersebut sejak 1996.
Sebelum bekerja di sekolah itu, Supratno beserta anggota keluarga yang lain tinggal di Jakarta. Pada Januari 2009 Supratno diangkat menjadi pegawani negeri sipil (PNS).
Pihak sekolah ternyata sempat curiga mengapa Ratno tidak masuk selama hampir selama tiga hari berturut-turut tanpa keterangan.
Pihak sekolah mencoba menghubungi via handphone akan tetapi pernah tersambung.
Selanjutnya dibuatlah surat teguran.
"Waktu itu sudah ada panggilan kesatu dan kedua, hingga sampai pengajuan pemberhentian dengan hormat dan akhirnya mendapat surat keputusan bupati.
Pak Ratno mendapat SK pemberhentian dengan hormat dari Bupati Banyumas," kata Nasrun.
SK pemberhentian tertanggal 17 Maret 2015.
"SK itu menyatakan Supratno sejak 4 Oktober 2014 sampai 31 Desember 2014 telah melakukan perbuatan yang melanggar pasal 3 angka 11 Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil," ujar Suparyo.
Pihak sekolah sudah menempuh langkah-langkah sesuai ketentuan yang ada.
"Karena tidak ada kejelasan mengenai keberadaan Pak Ratno, akhirnya diajukan surat pemberhentian itu," tambah Suparyo.
Pihak sekolah juga sempat mendatangi rumah Supratno pada 9 Oktober 2014 dan bertemu Saminah.
"Ketika bertemu dengan Saminah, ia justru menjawab tidak tahu keberadaan Ratno," tambahnya.
Para pegawai di SMPN 4 Banyumas sama sekali tidak menduga Ratno menjadi korban pembunuhan.
"Kami tahunya pergi merantau atau ke mana. Apalagi dia baru lima tahun diangkat menjadi PNS, istilahnya baru menikmati," kata Suparyo. (tribunjateng/jti)
• Di Depan Putranya, Ahok Cerita Perubahan Drastis Setelah Cerai dari Veronika Tan
• Honornya Capai 2 Digit Saat Tampil di TV, Nikita Mirzani Benarkan Punya Saham Batu Bara Berlian
• Melanie Subono Sebut Nikita Mirzani Satu di Antara Banyak Teman Artis yang Rutin Beri Donasi
• Ayu Ting Ting Dikabarkan Resmi Berpacaran dengan Shaheer Sheikh, Jedar Doakan Hubungan Awet