Konsultan Lingkungan dari Belgia Ini Sebut Limbah Air Jadi Pemicu Penyakit Autis
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tegal, mengadakan penyuluhan pengolahan air limbah dengan narasumber konsultan lingkungan dari Belgia, Oliver
Penulis: Fajar Bahruddin Achmad | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, TEGAL - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tegal, mengadakan penyuluhan pengolahan air limbah dengan narasumber konsultan lingkungan dari Belgia, Oliver Piantadosi dan aktivis Yayasan Kekuatan Cinta Bethania Eden, Kamis (5/9/2019).
Kepala DLH Kota Tegal Resti Drijo mengatakan, ada berbagai instansi pemerintahan dan swasta yang diundang untuk diberi penyuluhan pengolahan air limbah.
Menurutnya, perlu ada edukasi kepada masyarakat tentang bahayanya limbah kehidupan sehari- hari.
Itu sebabnya, Resti menyengaja mendatangkan konsultan lingkungan internasional untuk memberikan solusi.
Resti mengatakan, secara langsung Oliver akan melakukan kajian terhadap kandungan air yang ada di Kota Tegal.
"Kami sengaja mengundang Mr Oliver dan Bethania dari Yayasan Kekuatan Cinta.
Apabila mereka punya solusi, nanti akan kami kaji untuk ditindaklanjuti," katanya.
• Pemkot Pekalongan Launching Frezer Mobile Ramah Lingkungan untuk Pedagang Ikan Keliling
• MAPSI Tingkat Kabupaten Semarang Lombakan Cabang Kewirausahaan Islami
• Subiyah dan Ratusan Warga Dapat Bantuan Rp 1 Juta dari Pemkab Semarang
• Tunggakan Penghuni Rusunawa Kraton Kota Tegal Hampir Rp 500 Juta
Sementara Oliver mengatakan, kondisi sungai di Indonesia dan Kota Tegal betul- betul full polusi.
Banyak sampah plastik yang menggenang mulai got hingga sungai.
Menurutnya, bahkan air yang keluar dari keran pun terasa gatal.
"Kalau kita berpikir itu hanya sampah sembarang, ternyata tidak.
Polusi limbah itu yang menyebabkan banyak anak autis," katanya.
Oliver mengatkan, tiap tahunnya jumlah anak autis di Indonesia kian bertambah.
Ia tidak bisa membayangkan jumlah anak autis pada 2030 bila masalah polusi limbah dibiarkan.
Satu di antaranya kandungan zat berbahaya yang ada di perairan Indonesia adalag logam berat.
Menurutnya, ini menjadi pemicu penyakit autis.
"Tiap tahun saja ada 500 anak terkena autis.
Kami ingin air laut atau air sungai jadi lebih layak untuk digunakan aktivitas sehari- hari," katanya. (fba)