Dalam 11 Hari Api Hanguskan 208 Hektar Hutan dan Lahan di Gunung Slamet
Ratusan hektar hutan dan lahan di Gunung Slamet lenyap akibat kebakaran. KPH Pekalongan Barat mencatat, luas lahan yang terdampak Karhutla selama 11
Penulis: Akhtur Gumilang | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, SLAWI - Ratusan hektar hutan dan lahan di Gunung Slamet lenyap akibat kebakaran.
KPH Pekalongan Barat mencatat, luas lahan yang terdampak Karhutla selama 11 hari di Gunung Slamet itu mencapai 208 Hektar.
Lahan beserta hutan yang terdampak kebakaran di Gunung Slamet itu tersebar di wilayah Kabupaten Brebes, Tegal, dan Banyumas.
Luas hutan dan lahan yang terdampak dapat diketahui usai tim gabungan memastikan kobaran api tak muncul lagi pada upaya pemadaman hari terakhir pada Jumat (27/9/2019) kemarin.
Kebakaran di Gunung Slamet pun akhirnya bisa dinyatakan padam pada Jumat (27/9/2019) kemarin.
Kordinator Satgas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tegal, Kartono menuturkan, upaya pemadaman terhadap kobaran api yang muncul sejak Selasa (17/9/2019) itu dilakukan dengan alat-alat seadanya.
Dia menuturkan, petugas dari berbagai elemen meliputi TNI, Polri, BPBD, PMI, dan relawan hanya menggunakan arit dan cangkul untuk memutus rantai merembetnya api pada semak-semak.
• AKBP Rudy Cahya Resmi Jabat Kapolres Kebumen, AKBP Robertho Pardede Jadi Wadir Lantas
• Ada Tulisan Tentang Perselingkuhan di Dinding Rumah Pria yang Bunuh Diri Setelah Bunuh Anak di Demak
• Hingga September 2019, Baznas Jateng Catat Pertumbuhan Zakat Capai Rp 50 Miliar
• 3 Hari Menginap di Rumah Warga, Siswa SMA Negeri 1 Ungaran Rasakan Pengalaman Bersihkan Kandang Sapi
"Terhitung sampai 208 Hektar yang terbakar.
Kebakaran bisa kita padamkan dengan alat-alat seadanya yang dipakai para petugas dan relawan," kata Kartono kepada Tribunjateng.com, Sabtu (28/9/2019).
Selama bertugas, dia menyebut, arit digunakan para petugas untuk memotong semak-semak ataupun rerumputan supaya rembetan api tidak melebar.
Kemudian, tambah Kartono, cangkul dipakai petugas untuk mengubur sisa-sisa abu kebakaran agar tidak memicu munculnya api kembali akibat hembusan angin.
"Ya mau gimana lagi, karena kalau bawa alat aneh-aneh tak bisa.
Lokasi kebakaran cukup jauh.
Tidak bisa diakses dengan kendaraan. Harus mendaki dulu," ceritanya.
Menurutnya, selama upaya pemadaman di Gunung Slamet, petugas terbagi menjadi dua kelompok.