BREAKING NEWS: Lokalisasi GBL Resmi Ditutup, di Jawa Sudah Tak Ada Lokalisasi
Lokalisasi yang berada di perbatasan antara Kota Semarang dan Kabupaten Kendal, Gambilangu atau yang lebih dikenal dengan sebutan GBL resmi ditutup
Penulis: Eka Yulianti Fajlin | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Lokalisasi yang berada di perbatasan antara Kota Semarang dan Kabupaten Kendal, Gambilangu atau yang lebih dikenal dengan sebutan GBL resmi ditutup.
Penutupan GBL baik yang masuk wilayah Semarang maupun Wilayah Kendal dilakukan bersamaan di Lobby Terminal Mangkang, Selasa (19/11/2019).
Setidaknya ada 126 wanita pekerja seks (WPS) dari GBL Kota Semarang dan 100 WPS dari GBL Kendal yang dipulangkan ke daerah asal masing-masing.
Dirjen Rehabilitasi Sosial, Tuna Susila dan Korban Perdagangan Orang Kementrian Sosial, Waskito Budi Kusumo mengatakan, penutupan lokalisasi di seluruh Indonesia yang telah menjadi program Pemerintah Pusat ditargetkan rampung tahun ini.
Ada 169 lokalisasi di seluruh Indonesia. Sedangkan Gambilangu menjadi lokalisasi ke 162 yang ditutup.
"Ini ke 162 dari 169. Target tahun ini," kata Waskito usai seremonial penutupan GBL di Terminal Mangkang Semarang, Selasa (19/11/2019).
Lanjut Waskito, GBL menjadi lokalisasi yang terakhir ditutup di Jawa.
Adapun selanjutnya, pihaknya akan menutup lokalisasi di luar Jawa diantaranya Ambon, Sumatera Utara, Bangka Belitung, Bengkulu, Palangkaraya, Ketapang dan Timika Papua.
"Jawa sudah selesai. Setelah ini kami ke Ambon," tambahnya.
Dalam penutupan lokalisasi GBL, Kementrian Sosial mengucurkan anggaran sebesar Rp 1,3 miliar. Dana tersebut untuk lokalisasi wilayah Semarang dan Kendal.
Masing-masing WPS mendapatkan bantuan sosial (bansos) berupa uang Rp 6 juta rupiah.
Sebanyak Rp 250 ribu untuk dana transport, Rp 750 ribu sebagai dana jaminan hidup, dan Rp 5 juta untuk usaha ekononomi produktif.
"Kami dari Kemensos beri bantuan Rp 1,3 miliar terutama untuk para penerima manfaat. Untuk 126 orang yang di wilaya Semarang, dan di Kendal 100 orang," sebutnya.
Selain bantuan sosial, lanjut Waskito, pihaknya juga memberikan bantuan bimbingan sosial berupa monitoring dan pendampingan. Jika pergembangan usaha mereka dinilai bagus, maka pihaknyabakan membetijan bantuan pengembangan usaha produktif.
Sementara, seorang WPS asal Jakarta, Ila (33) menilai, dana sebesar Rp 6 juta memang tidak cukup untuk membuka usaha.