Ekspor Batik Pekalongan Melejit, Upah Pekerja Justru Jauh dari UMK
Digadang-gadang merajai pasar dunia, nilai ekspor Batik Kota Pekalongan terus melejit. Data yang dirilis BPS Kota Pekalongan, 2016 silam, ekspor
Penulis: budi susanto | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, PEKALONGAN - Digadang-gadang merajai pasar dunia, nilai ekspor Batik Kota Pekalongan terus melejit.
Data yang dirilis BPS Kota Pekalongan, 2016 silam, ekspor sarung batik dan kain batik tembus 1,2 juta Dolar AS.
Meski demikian, capai ekspor itu sempat terjun bebas pada 2017.
Pasalnya, nilai ekspor sarung dan kain batik hanya 422 ribu Dolar AS lebih.
Walaupun merosot jauh, pada 2018 nilai ekspor sarung batik dan kain batik kembali meroket.
Menurut Walikota Pekalongan, Saelany Mahfudz beberapa waktu lalu, ekspor sarung dan kain batik tahun lalu mencapai 1,1 juta Dolar AS.
• Ahok Singgung Anggaran Lem : Kita Mainnya Bukan Aibon sama Pulpen Sih
• Jika Ditunjuk Pimpin Pertamina, Ahok : Harus Siap Dong
• Ketua DPRD Jateng : TP4D Mempercepat Pembangunan atau Justru Memperlambat?
• MotoGP 2019 : Debut Tak Mulus Adik Marc Marquez di MotoGP, Terjatuh dan Urutan Paling Buncit
Capaian ekspor dari Kota Pekalongan tersebut ikut menyumbang torehan nilai ekspor Batik skala nasional yang mencapai 52,4 juta Dolar AS.
Jika ditilik dari segi eskpor, nilai komoditi batik dari Kota Pekalongan tergolong besar.
Tak sampai disitu, pertumbuhan nilai ekspor itu terus didorong Pemkot dengan ekspansi pemasaran produk ke sejumlah negara.
"Batik dari Kota Pekalongan diminati warga negara asing.
Untuk itu kami akan memasarkannya lebih jauh," kata Walikota Pekalongan beberapa baru baru ini.
Ekspansi produk batik juga tertera dalam data Dinas Perdagangan Koperasi dan UMKM (Dindagkop UMKM) Kota Pekalongan, di mana pemasaran batik hingga ke sejumlah negara di Asia.
Wacana merajai pasar dunia pun sempat dicetuskan kala Pemkot menggelar perayaan Hari Batik Nasional.
Tak tanggung-tanggung, benua Eropa, dan Afrika dibidik sebagai target pasar batik tahun depan.
Dengan perolehan hasil ekspor mencapai 1,1 juta Dolar AS, atau setara Rp 15,5 miliar untuk nilai tukar Rupiah sekarang. Pemkot Pekalongan semakin percaya diri melangkah ke pasar global.
Walaupun sektor ekspor batik menuju ke arah positif.
Namun tidak berimbas pada nasib pekerjaan batik yang menjadi ujung tombak komoditi ekspor itu.
Pasalnya, kesejahteraan serta kelayakan upah belum dirasa oleh pekerja batik yang ada di Kota Pekalongan.
Data yang dirilis Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Kota Pekalongan 2016 lalu, menyebutkan, terdapat 1.081 unit Industri Kecil Menengah (IKM) Batik di Kota Pekalongan.
Jumlah tersebut menyerap sekitar 12.937 tenaga kerja yang tersebar di empat sentra batik, yaitu Kampung Batik Pesindon, Kauman, Jenggot dan Pasir Sari.
"Kalau gaji masih jauh, tahun ini UMK Kota Pekalongan Rp 1,9 juta, sedangkan gaji kami jauh di bawahnya.
Tak jarang kami mendapatkan Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta perbulan.
Memang susah kalau jadi buruh batik," terang Muhammad Natsir satu di antara pekerja IKM Batik, Rabu (20/11/2019).
Selain gaji, jaminan sosial juga jarang didapat oleh pekerja batik terutama untuk buruh batik mingguan.
"Banyak yang tidak mendapatkan jaminan kesehatan atau sosial.
Harapan kami, batik semakain mendunia, pekerja semakin sejahtera," tambahnya. (bud)