Kisah Pengembangan Desa Wisata Karangsalam Baturraden hingga Masuk 10 Besar Desa Wisata Nusantara
Sebelum 2010 tidak banyak wisatawan yang mengenal Desa Karangsalam, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muh radlis
Termasuk keuntungan dari Curug Telu yang sebelumnya masuk desa, sekarang masuk ke BUMDes.
Merintis dan mengembangkan Desa Wisata Karangsalam bukan tanpa kesulitan.
"Sesuatu yang akan menghasilkan uang maka disitu akan terjadi tarik ulur dan konflik yang ujungnya adalah kepentingan tentang pembagian hasil dan sebagainya.
Saya berprinsip lebih baik ribut di depan tapi kedepannya tidak.
Contohnya adalah bagaimana menjelaskan kepada pemilik lahan terkait sharing profit," tambahnya.
Dari tiket masuk ke Curug Telu itu Rp 5.000, yang Rp 500 untuk keperluan asuransi Jasaraharja.
Sisanya kemudian dibagi dua, yang separuh untuk operasional seperti (kebersihan, keamanan, dan sebagainya).
"Sisanya yang 50 persen (keuntungan bersih) dibagi lagi dalam bentuk sharing profit, PAD Desa mendapat 50 persen, Pokdarwis 30 persen, dan sisanya 20 persen adalah untuk pemilik lahan yang ada 8 orang," ungkapnya.
Dari sisi kunjungan wisata, Curug Telu cenderung stabil dan ada kenaikan.
Artinya tidak pernah terjadi lonjakan pengunjung yang sangat tinggi tapi juga tidak pernah merosot tajam.
Banyak destinasi wisata baru ternyata juga memunculkan masalah lain.
Contohnya adalah kenaikan harga tanah.
Harga tanah dulu yang satu ubin itu sekitar Rp 1 juta, sekarang sudah menjadi Rp 15 juta.
Hal itu jelas akan memicu masyarakat untuk menjual aset mereka ke orang luar.
Persoalan lain yang muncul lainnya misalnya adalah terkait sosial, masalah sampah, kondisi jalan yang sempit, dan sebagainya.