Cerita Wayan Pemberani Lawan 100 Warga Bawa Parang yang Mengepung Rumahnya, Begini Akhir Nasibnya
Wayan Anak berusaha sendirian menghadapi 100 warga yang mengepung rumahnya.
Sebelumnya, kata Zahwani Pandra Arsyad, permasalahan ini diselesaikan melalui musyawarah antara warga Karya Tani dengan Wayan Ana terkait klaim lahan garapan, pada Sabtu 21 Desember 2019.
"WA ini membuat keresahan sehingga ada kesalahpahan sehingga ketua kelompok tani Ketut Sukate memfasilitasi permasalahan ini dan dalam 15 hari mau diselesaikan, ibaratnya pendekatan," sebutnya.
Akan tetapi lanjut Pandra, pada Senin 23 Desember 2019 Wayan Ana berulah dengan melakukan penyetopan pembajakan lahan dengan mengklaim lahan fasum seluas 2,5 hektare yang terletak di belakang kediamannya dan di sebelah Masjid Karya Tani KHP Reg 45 SBM, merupakan miliknya.
"Karena salah paham ini terjadi keributan, hanya dengan WA, gak ada bentrok dan hanya selisih paham saja, sehingga korban luka-luka," tandasnya.
Melawan amukan massa, Wayan Ana dapat hadiah sabetan benda tajam.
Informasi yang dihimpun masyarakat yang tergabung dalam kelompok karya Tani berusaha mengusir Wayan Ana sekitar pukul 8.20 WIB, Selasa (24/12/2019).
Massa diperkirakan berjumlah 100 orang dengan mengendarai sepeda motor dan membawa senjata tajam serta kayu.
Sebelum massa datang, ketua kelompok tani Ketut Sukarte sudah mengingatkan Wayan Ana jika massa akan datang.
Namun Wayan Ana tidak menggubrisnya bahkan berusaha melawan.
Atas perlawanan tersebut, warga tersulut emosinya dan mengejar Wayan Ana.
Sebagian warga merusak dan menghancurkan kediaman Wayan Ana.
Alhasil Wayan Ana mengalami luka di bagian kepala karena dianiaya massa.
Kabid Humas Polda Lampung Kombes Pol Zahwani Pandra Arsyad mengakui hal tersebut, dan korban langsung diselamatkan.
"Unsur TNI Polri langsung mengamankan lokasi dan korban sudah bisa diselamatkan dari amukan massa," kata Zahwani Pandra Arsyad.
Zahwani Pandra Arsyad menegaskan, peristiwa tersebut hanya terjadi dalam satu kelompok lantaran dipicu aksi klaim dan penyetopan bajak oleh Wayan Ana di lahan fasum Kelompok Karya Tani yang sedang dibajak oleh warga.