Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ini Pesan Psikolog kepada Wanita saat Menghadapi Pelaku Ekshibisionisme

Aksi pamer alat kelamin atau ekshibisionisme baru-baru ini mencuat di Kota Semarang.

Editor: muh radlis
IST
Psikolog Luh Putu Shanti Kusumaningsih, S.Psi, M.Psi. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Aksi pamer alat kelamin atau ekshibisionisme baru-baru ini mencuat di Kota Semarang.

Bermula ketika ada pelaku melakukan aksinya via video call (VC) aplikasi chatting WA.

Lalu aksinya viral di media sosial.

Psikolog Luh Putu Shanti Kusumaningsih, S.Psi, M.Psi, menuturkan aksi ekshibisionisme melalui VC atau online merupakan fenomena baru.

"Saya menilai ini model penyaluran seksual dengan cara terbaru.

Karena sekarang di mana-mana serba online dan canggih secara teknologi.

Jadi muncul ide model pemuasan seksual terbaru yang memanfaatkan kecanggihan teknologi," katanya kepada Tribun Jateng, Sabtu (28/12/2019) siang.

Kisah Iqbal, Dibacok Orang Tak Dikenal saat Melintas di Jalan Arteri Soekarno Hatta Semarang

Jalan Arteri Sukarno Hatta Semarang 2 Kali Terjadi Pembacokan dalam Semalam, Polisi Buru Pelaku

Target Ekspansi Rute Internasional, Citilink Datangkan Pesawat Bongsor Airbus A330-900 Neo

Mayat Membusuk Ditemukan di Eks Lokalisasi Peleman Tegal, Dulunya Seorang Mucikari

Namun, Putu berpesan kepada para wanita ketika menghadapi aksi ekshibisionisme baik online maupun secara langsung.

"Intinya tetap tenang, jangan panik.

Memang tidak mudah, apalagi bagi gadis remaja," tuturnya.

Menurut Putu, ketenangan dari korban ekshibisionisme sangat penting.

Pasalnya pelaku akan memperoleh kepuasan seksual jika si korban panik.

Apalagi jika korban sampai berteriak, maka pelaku akan semakin mendapatkan kepuasan.

"Jika korban tenang, lalu acuh, cuek saja.

Maka pelaku ekshibisionisme tidak akan memperoleh kepuasan," jelas Dosen Psikolog Fakultas Psikologi Unissula Semarang ini.

Begitu pula ketika menemukan aksi ekshibisionisme online.

Putu menjelaskan korban harus menguasai diri jangan sampai berteriak atau mengeluarkan kemarahannya.

"Respon korban harus tenang, sekali lagi memang tidak mudah, namun ini harus dilakukan andai menemukan aksi tersebut," tuturnya.

Masih dijelaskan Putu, ekshibisionisme merupakan salah satu gangguan jiwa yang diwujudkan dalam bentuk perilaku seksual menyimpang.

Kunci dari penyembuhan ekshibisionisme harus dimulai dari si pelaku dan orang-orang terdekat terutama keluarga, khususnya apabila pelaku dikategorikan masih di bawah umur.

"Jika ada keluarga yang diketahui memiliki kelainan ini, ajak bicara dengan tenang.

Telusuri apa yang menjadi hal mendasar sehingga dia melakukan aksi itu.

Agar dapat diambil tindakan lebih lanjut," jelasnya. (iwn)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved