Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Tas Rajut Buatan Ratih Diminati Pasar Internasional, dari India hingga Manila

Tas rajut dan berbagai kerajinan tangan berbahan dasar benang terpampang di ruang tengah sebuah rumah yang terletak di Jalan Perum Dolog Indah nomor

Penulis: budi susanto | Editor: muh radlis

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Tas rajut dan berbagai kerajinan tangan berbahan dasar benang terpampang di ruang tengah sebuah rumah yang terletak di Jalan Perum Dolog Indah nomor 15, Blok N Rt 9 Rw 1, Tlogosari, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang.

Selain warna-warni kerajinan tangan yang dipajang, nampak tiga wanita sibuk dengan jarum dan benang.

Tangan mereka terlihat trampil merajut satu persatu benang ke sebuah tas.

Meski dibuat secara manual, namun tas rajut tersebut sangat diminati di pasar fashion baik nasional atau internasional.

1 Alat Peringatan Dini Bencana di Pekalongan Rusak, Ini Pesan BPBD

Warga Kedungmundu Semarang Ini Cuma Butuh 30 Menit Bobol Mesin ATM dan Larikan Uang Rp 707 Juta

"Satu desain satu produk" menjadi moto yang dibenamkan dalam tas rajut yang diberi merek Rajutan Nyonya itu.

Sembari menyelesaikan pekerjaan membuat tas rajut, pemilik Rajutan Nyonya, Ratih Setya (38) menuturkan, pelanggannya sampai Manila.

"Saya dibantu 5 orang untuk membuat tas rajut ini, sudah 4 tahun kami menekuni tas rajut.

Hingga kini, tas rajut kami dipasarkan hingga ke India, Malaysia hingga Manila," jelas Ratih, Kamis (9/1/2020).

Usai menerangkan pemasaran produknya, wanita 38 tahun itu, bergegas mengambil satu di antara tas rajutan buatannya.

Untuk kemudian ia menunjukan berbagai motif yang dibenamkan dalam karyanya.

"Tas kami eksklusif, karena satu model hanya untuk satu produk, jadi tidak akan ditemui di produk lainnya.

Hal itu yang membuat pembeli setia dengan tas Rajutan Nyonya," ucapnya.

Selain desain, kualitas juga dijaga oleh Ratna untuk mempertahankan kepercayaan para pembeli.

"Dalam satu bulan 10 hingga 25 tas rajut dibeli pelanggan.

Harganya di kisaran Rp 700 ribu sampai Rp 1,5 juta.

Permintaan pasar sangat banyak sampai kami tidak bisa memenuhinya karena produksi kami baru bisa 10 sampai 20 tas setiap bulannya," jelasnya.

Untuk memenuhi pangsa pasar nasional, Ratih menuturkan, produknya dipajang di beberapa stan yang ada di Bandara Internasional Achmad Yani Semarang, serta kawasan Kota Semarang Lama.

"Selain bekerja sama dengan Pemprov Jateng untuk mengisi stan di sejumlah tempat, kami juga memasarkan produk lewat online.

Antusiasnya pembeli juga lumayan saat kami pasarkan secara online," paparnya.

Terkait ide untuk tas rajutnya, Ratih tak pernah kehabisan ide, pasalnya ia menggabungkan berbagai kain di dalam produknya termasuk batik, tenun, bordir brokat hingga tile.

"Indonesia sangat kaya dengan serat kain serta motif kain, dan hal itu saya masukan ke desaian produk saya, selain memperindah juga membuat produk semakin unit.

Karena saya tidak hanya ingin menjual fungsi, tapi juga seni serta kualitas," kata Ratih.

Untuk produk terbaru, Ratih berencana memberikan sentuhan tradisional Jawa, dengan membenamkan tokoh wayang ke produknya.

"Tujuannya agar produk yang kami buat tetap limited dan disukai oleh pelanggan, di pasar fashion nasional, Jakarta dan palembang terus meminta produk kami," imbuhnya.

Ditambahkannya, dunia UMKM wajib ditekuni karena sangat menjanjikan, dengan catatan terus berinovasi.

"Kami tidak mau berhenti sampai di sini, kami akan terus berinovasi untuk memajukan dunia UMKM.

Kami ingin produk-produk hand made asal Kota Semarang bisa go internasional," tambahnya. (bud)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved