Terungkap, Serangan Iran Sudah Dideteksi AS Melalui Penyadapan Telekomunikasi dan Satelit
Seorang pejabat Amerika Serikat (AS) mengungkapkan bagaimana cara mereka lolos dari serangan rudal Iran.
Esper berujar justru sebaliknya, Baghdad yang mendapat tembusan dari AS berkat intelijen yang mendeteksi adanya peluncuran tersebut.
Dalam konferensi pers, Trump menuturkan dia akan menjatuhkan sanksi tambahan seraya meminta Teheran "mengubah perilakunya".
Dia nampak berusaha menghindari terjadinya eskalasi konflik lebih besar dari Iran dengan tak mengumumkan serangan balasan.
Serangan tersebut terjadi setelah Jenderal Qasem Soleimani tewas dihantam rudal AS di Bandara Internasional Baghdad.
Komandan Pasukan Quds itu tewas bersama dengan wakil jaringan milisi Hashed al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis.
"Warisan Trump"
Di sisi lain, mengenai serangan ke Qasem Soleimani dosen Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Siti Mutiah Setiawati menganggap langkah Trump tersebut sebagai upayanya untuk meninggalkan "warisan" menjelang akhir kepemimpinannya.
"Sekarang, Trump itu kan sudah mau habis waktunya.
Terus apa peninggalannya?
Jadi, sebelum melepas jabatan itu, Trump ingin meninggalkan legacy agar diingat publik," kata Mutiah, yang biasa disapa Titik, mengutip dari Kompas.com, Kamis (9/1/2020).
Menurut dia, kecenderungan politik luar negeri AS di Timur Tengah, presiden selalu meninggalkan "warisan".
Namun, apa yang dilakukan oleh Trump yang berasal dari Partai Republik kali ini justru bertolak belakang dengan langkah para pendahulunya.
Titik mengatakan, jalan yang diambil Trump adalah berusaha membuat Iran mengakui kekuatan dan keunggulan AS dengan cara menghabisi Jenderal Qasem.
"Dia kemungkinan harapannya menghabisi Jenderal Qasem sebagai orang ternama dan panutan di Iran bisa membuat mereka melemah.
Tapi justru hal itu malah mendapat perlawanan keras dari seluruh masyarakat Iran, bahkan dari Irak," kata Titik.