Ini Saran Pakar Hidrologi Undip Semarang untuk Hindari Banjir Bandang
Belum lama ini Indonesia dihebohkan dengan banjir Jabodetabek yang menjadi 'kado' perpisahan tahun.
Penulis: faisal affan | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Belum lama ini Indonesia dihebohkan dengan banjir Jabodetabek yang menjadi 'kado' perpisahan tahun.
Banyak yang menyalahkan Gubernur DKI karena tidak becus mengatasi persoalan banjir yang kerap terjadi tiap tahun.
Namun menurut pakar hidrologi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Ir Nelwan, mengatakan banjir tersebut tidak hanya karena faktor pengelolaan tata kelola kota.
• Tawuran di Taman Indonesia Kaya Meluas hingga ke Semarang Utara, 6 Pelajar Ditangkap Beserta Sajam
• Awal Kecurigaan Putri Hakim Jamaluddin pada Ibu Tirinya Sebelum Kasus Kematian Sang Ayah Terungkap
• Pemain Multitalenta Asal Kendari Ini Tinggal Tunggu Panggilan, Resmi Bergabung di PSIS Semarang
• Emak-emak Asal Salatiga Ini Hajar Mantan Pacar Anaknya Pakai Helm, Suntoro dan Ahmad Ikut Aniaya
Melainkan juga ada faktor alam lain yang mempengaruhi banjir tersebut.
"Berdasarkan data yang saya dapatkan, hujan setelah tahun baru merupakan yang tertinggi.
Maka untuk menyiasati hal tersebut perlu ada beberapa persiapan," ujarnya.
Dari mulai got hingga kanal harus dipersiapkan sedemikian rupa, supaya ketika terjadi hujan lebat seluruh air yang mengalir bisa ditampung.
Sehingga tidak melimpas ke jalan maupun permukiman warga.
"Setiap salurah air memiliki probabilitas.
Itu bisa dihitung berdasarkan volumen, sedimentasi, dan sebagainya.
Hitungannya bisa satu banding lima tahun dan seterusnya," jelas pria berusia 70 tahun ini.
Di Kota Semarang sendiri juga pernah mengalami banjir bandang tahun 1990, yang mengakibatkan klenteng Sam Poo Kong terendam hingga ketinggian lima meter.
Saat itu sungai Banjir Kanal Barat (BKB) yang lokasinya tidak berjauhan dengan klenteng, belum dinormalisasi seperti saat ini.
"Dahulu probabilitas kapasitas BKB satu banding sepuluh tahun ke depan.
Jika dibiarkan, Semarang diramalkan akan mengalami banjir bandang setiap 25 tahun sekali," ungkapnya.
Setelah dinormalisasi, baik Banjir Kanal Barat maupun Banjir Kanal Timur sudah mengalami peningkatan probabilitas.
Perbandingannya satu untuk lima puluh tahun ke depan.
"Jadi selama lima puluh tahun ke depan untuk wilayah di sekitar kanal tersebut masih aman.
Tinggal bagaimana mengatur tingkat volume sungai maupun got yang bermuara di dua kanal tersebut," katanya.
Untuk mencegah terjadinya banjir bandang, Nelwan memberikan saran tidak hanya membesarkan sungai maupun kanal saja, namun juga memperbaiki ruang terbuka hijau di hulu hingga hilir.
"Pembangunan di wilayah Gunungpati, Tembalang, dan Ngaliyan mustinya dikendalikan.
Jangan sampai jor-joran.
Jika lingkungan terjaga, paling tidak air hujan tidak langsung melimpas ke hilir.
Perilaku masyarakat untuk tidak buang sampai di sungai juga perlu dikendalikan," pungkasnya.(afn)
• Bupati Pati Haryanto Ikut Bangun Tanggul Darurat di Desa Puncel
• Petugas Damkar Habiskan 8 Ribu Liter Air Padamkan Api yang Bakar Rumah Khosidin di Pekalongan
• Widiastuti Senang Dapat Angpao dari Klenteng Tay Kak Sie, Meski Antre Sejak Pukul 07.30 Pagi
• Hadiri Natal Bersama, Bupati Pati Ingatkan Pentingnya Hidup Rukun di Tengah Banyaknya Bencana Alam