Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Mahalnya Tarif Surat Muat Udara, Pengiriman Barang via Bandara Ahmad Yani Semarang Turun hampir 50%

Kenaikan tarif Surat Muat Udara (SMU) yang diberlakukan sejak awal 2019 lalu, berdampak pada penurunan pengiriman barang di Bandara Internasional

Penulis: budi susanto | Editor: muh radlis
zoom-inlihat foto Mahalnya Tarif Surat Muat Udara, Pengiriman Barang via Bandara Ahmad Yani Semarang Turun hampir 50%
TRIBUNNEWS.COM/HENDRA GUNAWAN
ILUSTRASI - Sebuah pesawat Garuda Indonesia Airways (GIA) saat sedang bongkar muatan di Terminal Cargo Bandara Internasional Soekarno Hatta. Minggu (28/8/2011) (TRIBUNNEWS.COM/HENDRA GUNAWAN)

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Kenaikan tarif Surat Muat Udara (SMU) yang diberlakukan sejak awal 2019 lalu, berdampak pada penurunan pengiriman barang di Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang.

Menurut Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres Pos dan Logistik Indonesia (Asperindo) Jateng, penurunan pengiriman mencapai 50 persen lebih.

Di mana sebelum diberlakukan tarif SMU baru, pengiriman lewat Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang mencapai 400 ton setiap bulannya.

Tawuran di Taman Indonesia Kaya Meluas hingga ke Semarang Utara, 6 Pelajar Ditangkap Beserta Sajam

Pemain Multitalenta Asal Kendari Ini Tinggal Tunggu Panggilan, Resmi Bergabung di PSIS Semarang

Awal Kecurigaan Putri Hakim Jamaluddin pada Ibu Tirinya Sebelum Kasus Kematian Sang Ayah Terungkap

Emak-emak Asal Salatiga Ini Hajar Mantan Pacar Anaknya Pakai Helm, Suntoro dan Ahmad Ikut Aniaya

Namun, setelah diberlakukan tarif SMU baru, pengiriman via pesawat udara hanya berkisar 250 ton setiap bulannya.

Ketua Asperindo Jateng, Tony Winarno, menerangkan, dampak kenaikan tarif sangat signifikan dirasa oleh pengusaha.

"Penurunan mencapai hampir 50 persen itu membuat anggota organisasi Ekspedisi Muatan Pesawat Udara (Empu) yang ada di Bandara Internasional Achmad Yani Semarang terguncang," paparnya, Jumat (10/1/2020).

Dilanjutkannya, akibat mahalnya tarif SMU satu perusahaan yang menjadi anggota Empu gulung tikar, karena tidak bisa menutup biaya operasional bisnis.

"Ada satu perusahaan yang tutup pada 6 Januari lalu, kalau dibiarkan terus pasti dampaknya semakin masif.

Karena mahalnya tarif SMU memberatkan para pengusaha jasa pengiriman via pesawat udara," jelasnya.

Diterangkan Tony, kenaikan tarif SMU selama dua tahun terakhir mencapai 350 persen.

"Pada 2017 tarif SMU satu kilogram hanya Rp 2 ribu untuk pengiriman lokal, pada Oktober 2018 naik menjadi Rp 7.500.

Lalu 2019 mencapai Rp 24 ribu per kilogram, padahal minimal pengiriman 10 kilogram," paparnya.

Menurutnya, bukan hanya perusahaan jasa pengiriman yang terkena dampak mahalnya tarif SMU, namun social commerce di Jateng juga terkena imbasnya.

"Minat untuk menumbuhkan perekonomian lewat social commerce pasti berkurang, pemilik UMKM yang memanfaatkan jasa pengiriman udara semakin lama semakin tidak percaya, karena mahalnya ongkos kirim," ucap Tony.

Ia menambahkan, pengiriman via pesawat udara bukan lagi menjadi pilihan pertama.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved