Salamun Sulap Kaleng Bekas Jadi Suvenir Burung Merak
Salamun seorang nelayan sudah menghasilkan banyak suvenir burung merak berbahan kaleng bekas yang dipungut di sungai dan pantai
Tujuan semula membersihkan laut dan sungai dari sampah-sampah yang sulit terurai. Akhirnya timbul ide membuat kerajinan berbahan kaleng-kaleng bekas itu. Kini Salamun seorang nelayan sudah menghasilkan banyak suvenir burung merak.
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Sebagian sampah yang mengapung di sungai atau di pantai bisa dimanfaatkan. Sebut saja Salamun (50) yang membuat aneka kerajinan atau suvenir cantik, menggunakan bahan sampah yaitu kaleng bekas minuman atau kemasan produk lainnya.
Salamun warga Jalan Tambakrejo RT3/XVI, Tanjung Mas, Semarang Utara, mengumpulkan sampah kaleng-kaleng itu di rumahnya. Dia seorang nelayan. Di sela-sela tidak melaut, Salamun memanfaatkan waktu untuk bikin kerajinan dengan menggunakan bahan kaleng bekas tersebut.
Tak disangka, suvenir berbahan kaleng bekas itu berupa burung-burung merak yang cantik aneka warna warni. Semua pakai bahan kaleng. Cukup menggunakan bahan dan alat kaleng bekas, cat, gunting, paku, lem kayu dan kerangka kayu, bisa menghasilkan suvenir menari.
Diakuinya, di dekat tempat tinggalnya ada banyak sampah di pantai dan sungai. Salamun (50) sebagai nelayan kreatif menangkap peluang itu. Selain membersihkan pantai dari sampah-sampah, dia juga berusaha keras menyulap sampah menjadi produk bernilai jual tinggi.
Meski sebenarnya, sebagai nelayan, dia senang mencari kerang hijau yang bisa dijual mahal. Di samping kegiatan utamanya sebagai nelayan, Salamun memiliki usaha kerajinan 'Kerajinan Merak Raja'. Ia menggunakan kaleng sebagai bahan utamanya dalam membuat kerajinan tersebut.
Saat ini, Salamun merupakan satu-satunya nelayan yang memiliki usaha kerajinan dengan memanfaatkan sampah untuk didaur ulang. Dia jadikan rumahnya sebagai tempat bikin kerajinan itu. Dituturkannya, menekuni usaha kerajinan merak ini sudah berjalan dua tahun. Dulu awal mulanya memungut sampah sampah dari pantai biar bersih. Tapi melihat banyak kaleng bekas berserakan di laut akhirnya timbul ide, supaya sampah itu berguna.
Ia prihatin melihat kondisi lingkungan yang tidak baik itu. Ia sempat mengabaikan tumpukan sampah tersebut dan fokus untuk mencari kerang. Tapi, lama-kelamaan tumpukan sampah itu kian bertambah. Salamun jadi merasa tertantang untuk memecahkan masalah tersebut dan mulai membuat usaha.
“Kaleng-kaleng yang saya dapatkan ini asalnya dari laut, nggak ada yang beli. Orang-orang kan, biasanya buang sampah di jalan, kadang di sungai. Nah, pas banjir, airnya kan, tetap larinya nanti ke laut. Jadi, sampah-sampahnya banyak yang menumpuk di laut,” ujar Salamun, Minggu (12/1/2020).
Pria asal Demak ini juga mengaku kesulitan saat memulai usaha. Bingung mau bikin apa. Akhirnya menemukan ide bikin burung merak. Ternyata teman-teman sesama nelayan dan dari mulut ke mulut makin menyebar informasi mengenai burung merak buatannya. Banyak orang mengapresiasi karyanya.
Dalam satu suvenir burung merak, dia butuh beberapa kaleng warna warni supaya menghasilkan suvenir yang bagus. Jika ada banyak pesanan dia berhenti melaut, demi menyelesaikan pesanan tersebut. Satu burung merak bisa diselesaikan sekitar empat hari. Ada yang besar dan kecil tergantung permintaan pemesan. Jika ukuran besar butuh waktu dua minggu untuk bikin merak tersebut. Merak kecil hanya dijual kisaran Rp 25 ribu tapi untuk ukuran besar sesuai pesanan bisa mencapai Rp 800 ribu.
Jika dia tak sempat cari kaleng sendiri, maka anak-anak tetangga yang menemukan atau mencarikan kaleng bahan utamanya selanjutnya ditukang uang oleh Salamun. Beberapa waktu lalu Salamun menggelar pelatihan bagi remaja dan pemuda serta PKK untuk latihan membuat kerajinan. Dia ingin bantu pemerintah mengurangi pengangguran, sekaligus membersihkan laut serta sungai dari sampah-sampah yang sulit terurai. (Tribun Jateng/mahasiswa UIN magang/Wid)