Rasakan Sensasi Menikmati Kopi di Tengah Hutan Pinus Linggoasri Pekalongan
Kapeo Kopi merupakan tempat ngopi yang baru-baru ini lagi nge-hits di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.
Penulis: Indra Dwi Purnomo | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, KAJEN - Kapeo Kopi merupakan tempat ngopi yang baru-baru ini lagi nge-hits di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.
Kedai kopi ini, terletak di kawasan perbukitan yang berada pada ketinggian 700 mdpl dan kedai kopi di area perbukitan kini masih menjadi trend atau gaya untuk nongkrong hingga menikmati udara dingin di perbukitan oleh kaum millenial.
Bahkan, kedai kopi yang asik ini dijadikan tempat nongkrong.
• Kecelakaan di Semarang - Arif Lihat Mobil Honda Jazz Melaju Kencang, Serempet Pengendara Motor
• Dosen AMNI Semarang yang Meninggal Kecelakaan di Banyumanik Gagal Hadiri Wisuda Sang Anak
• 2 Anak Nia Ramadhani Masuk Sekolah Termahal di Jakarta, Ini Biaya Bus Sekolah Jakarta British School
• Pangeran Harry Resmi Lepas Gelar Bangsawan, Ratu Elizabeth: Kalian Tetap Keluargaku yang Tercinta
Jarak kedai ini sekitar 15 Kilometer dari pendopo Kabupaten Pekalongan.
Kemudian, tempatnya sangat strategis, berada di Desa Linggoasri, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.
Kedai kopi ini sangat recomended buat semua kalangan, baik kawula muda maupun orang tua yang sudah berkeluarga dan ingin mencari tempat berkumpul dengan suasana yang berbeda.
Kedai kopi ini menyuguhkan suasana yang nyaman, menenangkan dan jauh dari kebisingan kendaraan. Hanya suara alam yang terdengar di tempat ini.
Pengelola Kapeo Kopi Maftikha Windiari (37) mengatakan ia memilih tempat untuk membuka kedai kopi di hutan pinus karena ketidaksengajaan.
Waktu syawalan tahun 2019, kami bersama Linggoasri Kopi Akustik (Lakustik) ingin mengadakan kegiatan di daerah hutan pinus.
Kemudian, setelah mencari tempat ada tempat yang bagus untuk dijadikan kegiatan dan akhirnya cocok dengan bumi perkemahan ini.
"Pada tanggal 8 Juni 2019, saya dengan teman-teman Linggoasri Kopi Akustik (Lakustik) sedang mencari tempat untuk kegiatan syawalan. Nah, kebetulan lihat tempat ini, kayaknya asik banget untuk ngopi-ngopi syahdu," kata Windi saat ditemui Tribunjateng.com, Minggu (19/1/2020).
Saat ditanyai mengenai nama kedainya, Windi menjelaskan bahwa nama Kapeo ia ambil dari bahasa lokal warga Linggoasri yang artinya biji pohon karet.
"Kapeo itu nama biji karet dan ingin cari yang unik saja sebenarnya. Apalagi nama Kapeo sering di pakai masyarakat Linggoasri untuk menyebut biji pohon karet," ungkapnya.
Pasti banyak orang yang bertanya-tanya mengenai nama Kapeo, padahal kedai kopi ini berada di hutan pinus.
Menurutnya sesuatu yang tidak nyambung tapi kemudian jadi unik kenapa tidak diteruskan lagi saja.
"Nama Kapeo unik lho, karena tidak banyak yang tahu kalau Kapeo adalah nama biji karet," katanya.
Windi mengungkapkan untuk menu kita menampilkan produk-produk lokal Kabupaten Pekalongan. Baik dari kopi, teh, dan cemilan.
"Untuk produk kita ambil dari lokal, seperti kopi Petungkriyono, teh Paninggaran, dan masih banyak lagi," ungkapnya.
Windi menambahkan sehari kedainya bisa menghabiskan kopi sekitar dua kilogram dan teh satu kilogram.
"Biasanya, kedai ini dikunjungi sekitar 100 orang dan yang paling ramai saat sore hingga malam hari. Namun, pada musim hujan ini ada penurunan tapi tidak terlalu signifikan."
"Jika hujan terjadi pada siang hari, pasti sore dan malam hari banyak pembeli," jelasnya.
Sementara itu, Tri Puspita (21) warga
Surabaya mengatakan tempat kopi disini sangat asik dan bagus sekali.
"Saya baru pertama kali datang kesini karena diajak teman yang rumahnya Pekalongan. Tempatnya sejuk dan suasana alamnya masih asri. Jarang, saya temui kedai kopi semacam ini di Surabaya," katanya.
Tidak hanya itu, yang asik lagi kedai ini menampilkan minuman kopi dan teh menggunakan produk lokal asli Kabupaten Pekalongan.
"Tadi saya minum kopi tubruk. Kopinya enak mas rasanya, beda dengan teh yang biasa aku minum."
"Terus yang paling saya kaget adalah harganya mas, murah sekali," ungkapnya.
Terpisah Bupati Pekalongan Asip Kholbihi mengatakan bahwa kawasan wisata tertua di Kabupaten Pekalongan Linggoasri di Desa Linggoasri, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan, akan dikembangkan menjadi rest area 'Adem Asri'.
Pasalnya, kawasan wisata alam ini lokasinya sangat strategis di tengah jalur provinsi yang menghubungkan wilayah Pekalongan dengan Kabupaten Banjarnegara dan sekitarnya. Panorama alam di kawasan ini pun masih eksotik, dengan iklim mikro yang sejuk.
"Linggoasri merupakan salah satu kawasan destinasi wisata yang sudah lama yang dirintis para pendahulu kita. Perkembangannya akan kita dorong. Kawasan wisata Linggoasri ini akan kita kembangkan menjadi rest area 'Adem Asri'."
"Jadi yang ingin ngadem di Linggoasri silahkan mampir di rest area ini," katanya.
Menurut Asip selain jalur provinsi yang menghubungkan Pekalongan dengan Banjarnegara.
Jalur ini juga terhubung langsung ke Dieng, Purwokerto, Temanggung, dan Wonosobo. Oleh karena itu, masyarakat yang menggunakan jalur tersebut bisa mampir di rest area yang kondisinya masih begitu asri.
"Lokasinya adem, hawanya semilir, view-nya bagus, di bawah pohon pinus. Saya kira ini akan menjadi salah satu rest area yang paling eksotik di Jateng, bahkan di Indonesia nanti kalau sudah jadi," jelasnya.
Pihaknya menambahkan pusat kuliner di lokasi ini berbasis kemasyarakatan, yakni dimiliki oleh kelompok-kelompok masyarakat, utamanya masyarakat Linggoasri.
"Silahkan dari warga berkumpul untuk menghimpun modal, membuat warung, kedai di sini untuk melayani para tamu."
"Kita juga akan tata kembali untuk menjadi rest area yang layak.
Ada yang sekedar mampir untuk salat, ada toilet, sambil melepas lelah untuk minum kopi, minum teh, dan mencicipi makanan tradisional yang disediakan di area sini" tambahnya. (Dro)
• Erika Girang Dapat Motor dalam Undian Hadiah KSP Sahabat Bintang Mandiri
• Implementasi Transaksi Non Tunai di Kabupaten Pati Masuki Tahun ke-3