Kenapa Harga Tanah di Jawa Tengah Sering Kali Tiba-tiba Tinggi? Ternyata Inilah Penyebabnya
Harga tanah yang terus melambung tinggi diklaim menjadi satu faktor yang mempengaruhi daya saing investasi di Indonesia, termasuk di Jateng.
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG -- Harga tanah yang terus melambung tinggi diklaim menjadi satu faktor yang mempengaruhi daya saing investasi di Indonesia, termasuk di Jateng.
Bahkan, hal itu disebut sebagai faktor 'larinya' perusahaan ke negara lain.
Vietnam misalnya, merupakan negara yang bisa memberikan insentif kepada investor berupa tanah gratis.
Asisten Ekonomi dan Pembangunan (Ekbang) Pemprov Jateng, Peni Rahayu mengatakan, investasi akan jalan jika tiga faktor telah terpenuhi.
"Tanahnya ada, lalu RTRW-nya masuk, dan perizinan oke. Jika tiga itu sudah jalan, investasi akan masuk," katanya, Minggu (26/1).
• Inter Lolos Semifinal Coppa Italia, 6 Alumni Liga Inggris Dimainkan Antonio Conte
• Harga Emas Antam di Semarang Hari Kamis (30/1) Mengalami Kenaikan Rp 3.000, Ini Daftar Lengkapnya
• Inilah Cara dan Prosedur Tukar Tiket Kereta Api Gratis? Berikut Syarat dan Ketentuannya
• KISAH PILU: Remaja 15 Tahun Dipaksa Minum Miras dan Dipaksa Layani 4 Pria Hidung Belang Per Hari
Menurut dia, harga tanah untuk lahan industri yang tiba-tiba mahal kerap terjadi. Sehingga, kondisi tersebut mempengaruhi investasi.
Selain itu, lahan untuk peruntukan industri atau investasi, yakni terkait dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW).
Dalam hal ini, pemprov akan terus mengawal dan mendorong kabupaten/kota agar revisi RTRW-nya bisa rampung cepat.
"Kendal dan Brebes yang menjadi fokus prioritas pembangunan RTRW-nya sudah selesai.
Kendal pekan lalu baru selesai. Kami akan kawal betul," jelasnya.
Sementara untuk perizinan, Peni menegaskan, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) di kabupaten/kota dinilai harus ekstra kerja keras untuk bisa menarik investasi.
Adapun, Kepala Dinas DPMPTS Jateng, Ratna Kawuri membenarkan kenaikan harga tanah untuk industri itu bisa terjadi tiba-tiba.
"Saat pemerintah mencanangkan tiga proyek prioritas, yakni Kendal, Brebes, dan Borobudur, tiba-tiba harga lahan naik," ucapnya.
Terbatas
Menurut dia, lahan peruntukan investasi sangat terbatas, ditambah lagi dengan perda revisi RTRW yang belum rampung.
Ia berujar, industri berbeda dengan properti, di mana industri harus ada efisiensi, ada struktur biaya tertentu.
Jika harga tidak cocok atau tanah terlalu mahal, investor bakal enggan masuk.
Ketika terbentur harga tanah tinggi, Ratna menyatakan, tidak ada pilihan lain bagi investor selain mundur. "Tentunya ada cost yang harus ditekan.
Bagaimana jika industri mendapatkan lahan dengan harga tinggi?
Seharusnya make sense-nya berapa untuk lahan, jangan mahal-mahal," tandasnya.
Ratna mengungkapkan, kondisi itu diperparah dengan adanya ulah spekulan tanah yang membuat rencana investor yang akan masuk ke Jateng terhambat, bahkan tidak lagi berminat menanamkan modal.
Hal itu juga ditegaskan Ketua Umum Himpunan Kawasan Industri Indonesia, Sanny Iskandar, dalam keterangan tertulisnya.
Hambatan investasi yakni melonjaknya harga tanah untuk dijadikan kawasan industri.
"Ini yang sering dikeluhkan para pengusaha," paparnya.
Namun, menurut dia, perizinan yang kondusif serta dukungan Pemprov Jateng unggul dalam hal itu.
"Inti masalah harga tanah naik yakni dengan spekulan," tandasnya. (mam)