Mengenal Komunitas Satoe Atap Inilah Kegiatannya
Berbagi tak harus berupa materi atau benda, tetapi dengan kebersamaan dan pengetahuan juga sangat bisa.
Penulis: Ines Ferdiana Puspitari | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM -- Berbagi tak harus berupa materi atau benda, tetapi dengan kebersamaan dan pengetahuan juga sangat bisa. Begitu yang digerakkan pegiat komunitas Satoe Atap.
Riri ingin menyalurkan apa yang ia punya, dalam hal ini tentu sedikit kemampuan mengajar yang telah ia miliki dari mengenyam pendidikan di perguruan tinggi.
Mengajar anak-anak yang belum bisa menempuh pendidikan yang layak sangat berarti baginya. Sebuah pengalaman baru yang membuatnya bertemu dengan orang-orang yang baru pula.
“Senang sekali punya adik-adik dan kakak-kakak baru, kegiatan sosial yang memberiku inner circle yang positif.
Membawa perubahan baik dalam lifetime-ku pribadi.
Banyak belajar dari kakak pengajar yang lain, juga dari adik-adik semua. Ada kepuasan tersendiri ketika melihat adik-adik ketawa dan punya semangat lebih untuk belajar,” tuturnya.
Bergabung dengan komunitas Satoe Atap membuatnya membentuk keluarga yang baru. Dalam keluarga itu ia bisa berbagi berbagai macam hal.
Tidak hanya materi pembelajaran akademik, tetapi juga pengalaman hidup. Cerita-cerita yang tak ia dapatkan di tempat lain.
“Jadwal kegiatan juga lebih fleksibel, tidak ada unsur mengekang karena semua dilakukan dengan hati tanpa pamrih.
Kalau memang sedang ada waktu kosong pasti datang ke komunitas. Tapi kalau sedang ada pekerjaan pasti teman-teman yang lain memaklumi, sudah seperti keluarga sendiri juga,” lanjut mahasiswi yang juga aktif mengajar sebagai guru privat tersebut.
Muhammad Habibur Rahman juga ingin membantu anak-anak yang kurang mampu dalam bidang pendidikan, karena itulah ia memutuskan untuk bergabung dengan komunitas Satoe Atap.
Bisa melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi orang lain dari ilmu yang ia miliki membuatnya lebih banyak bersyukur.
Apalagi dalam tiap pertemuan ia juga mendapatkan kebahagiaan karena melihat anak-anak yang tersenyum.
“Bahkan rasanya justru saya yang mendapatkan lebih banyak ilmu, pengalaman, relasi, kesabaran. Dan yang tidak kalah penting saya menjadi lebih peduli terhadap lingkungan sekitar.
Ternyata masih banyak anak-anak yang putus pendidikan. Masih banyak yang masih membutuhkan uluran tangan kita semua.