Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kisah Nenek Pekalongan Rela Menjaga Palang Kereta, Patuhi Permintaan Almarhum Suami dalam Mimpi

Kasturah (56), warga di Desa Kampil, Kecamatan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah rela menjadi penjaga perlintasan kereta api tanpa dibayar.

TRIBUNJATENG.COM, KAJEN - Merasa terpanggil untuk menjaga keselamatan warga, maupun pengguna jalan yang setiap hari melintasi perlintasan kereta api tanpa palang pintu.

Perlintasan kereta api di Desa Kampil, memang tidak dilengkapi palang pintu, padahal tiap hari ramai oleh warga maupun pengguna jalan yang melintas.

Seorang nenek bernama Kasturah (56), warga di Desa Kampil, Kecamatan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah rela menjadi penjaga perlintasan kereta api tanpa dibayar maupun mengharapkan upah.

Dikabarkan Meninggal di Medsos, Ini Fakta Kondisi Nanda Korban Kecelakaan Tunggal di Semarang

Kecelakaan di Pantura Demak, Pengendara Kawasaki Ninja 250 Tewas Terlindas 2 Truk

Bendera Lambang Negara Rakyat Nusantara Ternyata Logo Merek Sepatu

Aksi Pembacokan dan Tembakan Senjata Api di Kulonprogo, Pelaku Buru Anak Buah Gowok

Kasturah (56), warga di Desa Kampil, Kecamatan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah yang menjadi penjaga perlintasan kereta api tanpa palang pintu.
Kasturah (56), warga di Desa Kampil, Kecamatan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah yang menjadi penjaga perlintasan kereta api tanpa palang pintu. (tribunjateng/indra dwi purnomo)
Kasturah (56), warga di Desa Kampil, Kecamatan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah yang menjadi penjaga perlintasan kereta api tanpa palang pintu.
Kasturah (56), warga di Desa Kampil, Kecamatan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah yang menjadi penjaga perlintasan kereta api tanpa palang pintu. (tribunjateng/indra dwi purnomo)
Kasturah (56), warga di Desa Kampil, Kecamatan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah yang menjadi penjaga perlintasan kereta api tanpa palang pintu.
Kasturah (56), warga di Desa Kampil, Kecamatan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah yang menjadi penjaga perlintasan kereta api tanpa palang pintu. (tribunjateng/indra dwi purnomo)

"Saya menjadi penjaga perlintasan kereta api tanpa palang pintu karena tidak tega, apabila ada warga yang melintas menjadi korban kecelakaan di perlintasan tersebut," kata Kasturah saat ditemui tribunjateng.com, Minggu (2/2/2020).

Kasturah menceritakan kalau ia menjadi penjaga perlintasan kereta api, karena menggantikan suaminya Andimal (58) yang sejak dua tahun lalu meninggal dunia.

"Dulu sebelum suami saya meninggal, suami saya menjadi penjaga perlintasan kereta api di sini."

"Pasca meninggalnya suami saya, ketika saya tidur pasti selalu bermimpi bertemu suami dan suami saya bilang 'bu tolong dijaga perlintasan kereta api tanpa palang pintu api neng kono' dan itu hampir satu minggu saya bermimpi itu," ungkapnya.

Dia mengungkapkan pekerjaan yang dilakukan itu memang benar-benar ikhlas.

Dirinya juga tidak pernah meminta untuk digaji.

Namun, ada beberapa warga yang melihat ia karena kasihan lalu mengasih uang

"Meskipun sedikit yang penting ihklas dan saya hanya bisa membantu memberikan aba-aba ketika akan ada kereta api yang lewat," jelasnya.

Saat disinggung mengenai, datangnya kereta api yang mau melintas dirinya mengaku sudah mempunyai firasat dalam hati.

"Kalau tanda ada kereta api mau melintas itu sudah ada. Secara kasat mata dari jauh sudah kelihatan, namun saya juga sudah memiliki firasat tersendiri sehingga ketika akan ada kereta api maka warga saya minta berhenti," tuturnya.

Saat musim hujan seperti ini, banyak pengguna jalan yang terpleset di perlintasan kereta api dikarenakan perlintasan yang licin.

Dia menambahkan ia menjaga perlintasan kereta api tanpa palang pintu dari pagi hari hingga malam hari.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved