Kisah Pengakuan Korban Seks Menyimpang di Rutan Perempuan, Awalnya Usap Kepala Selanjutnya
Perilaku seks menyimpang di penjara sudah jadi rahasia umum sekalipun tembok-tembok penjara begitu rapat. Kali ini di Lapas Perempuan Klas II A Bandun
TRIBUNJATENG.COM, BANDUNG - Fenomena perilaku seksual menyimpang di kamar penjara sudah jadi rahasia umum sekalipun tembok-tembok penjara begitu rapat.
Tak terkecuali di Rumah Tahanan (Rutan) Klas IIa/Lapas Perempuan Klas II A, Bandung, yang baru dioperasikan lima bulan lalu.
Aksi terbongkar saat seorang tahanan yang baru masuk melaporkan perlakuan menyimpang seorang tahanan kepada petugas.
Pihak rutan, yang segera menindaklanjuti laporan, kemudian memisahkan keduanya.
• Mahasiswa Blokade Jalur Pantura Semarang, Ini Respon Sopir Truk
• UPDATE Jumlah Pasien Virus Corona 4 Februari: 426 Tewas, 20.624 Terinfeksi
• Viral Video Hotman Paris Duduk Dikasih Makan Kiai saat Orang Sholat Jelang Pemakaman Gus Sholah
• Cari Ponsel Harga Rp 1 Jutaan? Ini Daftar HP Februari 2020: Dari Realme, Oppo, hingga Samsung
• Pagi Ini, Persib Bandung Resmi Perkenalkan Zulham Zamrun
Informasi adanya perilaku seksual menyimpang yang dilakukan tahanan kepada tahanan lainnya di rutan khusus perempuan ini diakui Linasih (48), orangtua salah seorang tahanan yang menjadi korban pelecehan seksual sesama tahanan.
Linasih mengatakan, peristiwa itu menimpa anaknya, Va (22), pada awal Januari lalu.
"Anak saya bercerita sambil menangis. Katanya, malam-malam digerayangi sama teman satu kamarnya yang perempuan. Saya khawatir dengan kondisi anak saya," ujar Linasih saat dihubungi Tribun melalui pesawat telepon, beberapa hari setelah peristiwa itu terjadi.
Selain khawatir dengan keselamatan anaknya, kata Liasih, ia juga sangat khawatir perilaku lesbian itu menular kepada anaknya jika penyimpangan perilaku seksual itu terus menimpa anaknya.
"Saya bilang sama dia, laporkan saja perbuatan si pelakunya ke petugas. Jangan berantem atau ngelawan," kata Linasih mengulang ucapannya kepada anaknya ketika itu.
Laporan anaknya, kata Linasih, rupanya langsung direspons oleh petugas.
Pelaku langsung ditindak dan ditempatkan di sel isolasi selama sepekan, sedangkan Va dipindah ke salah satu lembaga pemasyarakatan di Jawa Barat.
Pengakuan Va
SEBELUM akhirnya bisa menemui Va secara langsung, komunikasi pertama Tribun Jabar dengan Va berlangsung melalui surat.
Dalam suratnya, Va menceritakan kronologi aksi tahanan lesbian kepadanya.
"Awalnya saya tidur di tengah. Tiba-tiba teman saya minta pindah dan saya iyakan," ucap Va dalam tulisan pembukanya.
Namun, sekitar pukul dua dini hari, Va terbangun karena merasakan sesuatu yang janggal.