Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Sopir Angkot Bawa Bayi

Ada yang Ingin Adopsi Bayi Bilqis Tawarkan Ganti Rush, Nurul Sopir Angkot: Saya Bukan Ayah Bejat

Kisah Nurul sopir angkot bawa bayi di Semarang saat narik mendapat perhatian dan kepedulian warga.

Penulis: iwan Arifianto | Editor: abduh imanulhaq
IST
Wartawan Tribun Jateng menyerahkan amanah dari pembaca setia kepada Nurul Mukminin, sopir angkot yang membawa bayi saat narik di Semarang, Senin (10/2/2020). 

Kisah Nurul sopir angkot bawa bayi di Semarang saat narik mendapat perhatian dan kepedulian warga.

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Bilqis Choirun Nisa, bayi berusia 3,5 bulan, tengah mendapat banyak sorotan.

Dia terpaksa dibawa ayahnya, Nurul Mukminin (46) seorang sopir angkot di Semarang, saat narik melayani trayek Mangkang-Johar.

Selain karena iba melihat bayi mungil itu ikut ayahnya bekerja, Bilqis yang lucu dan mungil juga mengundang banyak perhatian.

Kisah Nurul Sopir Angkot Bawa Bayi Saat Bekerja, Ingin Sang Anak Hafidzah Al Quran

BREAKING NEWS: Tukang Tambal Ban di Arteri Yos Sudarso Semarang Tewas Saat Tabung Kompresor Meledak

BREAKING NEWS: Kecelakaan Beruntun Motor Mahasiswi VS Truk di Nogosari Boyolali, Ini Kronologinya

Tika Bravani Pemeran Denok di Tukang Ojek Pengkolan Hilang Peran, Emak Mae Sampai Mengunjunginya

Menurut Nurul, telah banyak orang mengajukan niat kepadanya untuk mengadopsi Bilqis.

"Mereka yang berencana mengadopsi bertanya berapa biaya persalinannya nanti akan diganti, tapi saya tolak.

Bahkan ada yang menelepon saya, dia mengaku orang Manyaran Semarang.

Dia menawari saya sebuah Toyota Rush jika saya mau memberikan Bilqis kepadanya," kata Nurul kepada Tribunjateng di rumah kontrakannya di Kampung Karangsari, Kelurahan Wonosari, Ngaliyan, Senin (10/2/2020).

Nurul menyatakan terima kasih kepada siapa pun yang memiliki niat baik ingin mengadopsi Bilqis.

Namun, dia menegaskan sampai kapan pun selama hidup akan merawatnya.

"Sudah sejak ibunya meninggal, banyak yang ingin mengadopsi Bilqis.

Tapi sejak awal saya menolak.

Saya bukan ayah bejat, Bilqis tidak bisa ditukarkan dengan uang atau mobil sekali pun," terangnya berkaca-kaca.

Keteguhan hati Nurul merawat sang bayi bersama anak tertua, Balqis (7), berbuah kepedulian masyarakat.

Menurutnya banyak orang yang peduli setelah kisahnya diberitakan Tribun Jateng.

"Penumpang jadi kenal saya, mereka iba membaca kisah saya.

Orang yang berniat mengadopsi anak saya juga tambah banyak.

Namun mohon maaf, biarkan saya merawat anak saya dengan sebaik-baiknya.

Insyaallah dengan segala kekurangan, saya akan bekerja keras membesarkannya, " paparnya.

Nurul juga mengucapkan rasa syukur ketika kami menyampaikan amanah dari pembaca setia Tribun Jateng.

Pembaca warga Ngaliyan yang menolak diungkap identitasnya tersebut memberi bantuan uang Rp 5 juta.

Dermawan itu menyatakan bantuan sebagai bentuk ungkapan syukur karena anaknya bernama Yaqdhan baru saja merayakan ulang tahun ke-4.

"Terima kasih kepada Hamba Allah dari Ngaliyan yang betul-betul peduli anak saya.

Amanah dari Anda ini akan saya gunakan sebaik-baiknya.

Terutama untuk mencicil tunggakan persalinan almarhumah di RSUP Kariadi dan membayar uang kontrakan rumah dan membeli keperluan Bilqis, " kata Nurul meneteskan air mata.

Istri Nurul atau ibunda Bilqis, Ariani Dwi Setyowati (21), telah meninggal pada November 2019 lalu.

Sebulan  setelah melahirkan Bilqis di RSUP Kariadi karena asam lambung yang dideritanya.

Nurul pun sendirian harus merawat sang bayi dan Balqis Choirun Najwa (7), anak yang pertama.

Selain terus berjuang menghidupi kedua anaknya, dia juga harus segera melunasi biaya persalinan Bilqis yang masih menunggak di rumah sakit.

"Saya masih punya tunggakan di sana Rp 9,3 juta.

Perjanjiannya enam bulan setelah melahirkan tepatnya pada April 2020 harus dilunasi, " terangnya kepada Tribunjateng.com, Jumat (7/2/2020).

Menurut Nurul, tunggakan terjadi lantaran pada 18 Oktober 2019 istrinya melahirkan secara caesar,

Bilqis pun lahir secara prematur pada usia kandungan 7 bulan.

Berat bayi ini ketika lahir 1,6 kilogram.

"Saat itu kami hanya punya tabungan Rp 4 juta.

Padahal kondisi istri saya harus melakukan operasi karena posisi bayi di kandungan dalam kondisi sungsang, " ungkapnya.

Setelah negosiasi panjang dengan rumah sakit, operasi itu dilakukan.

Dia bersyukur bayi dan istrinya dapat selamat.

"Biaya persalinan ada dua bagian.

Pertama biaya bayi Rp 2,5 juta dan istri Rp 10,8 juta," paparnya.

Nurul mengaku kesulitan untuk membayar tunggakan biaya rumah sakit tersebut.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja, dia serba terbatas.

Namun, perantau asal Bengkulu di Semarang ini tidak merasa putus asa.

"Saya berusaha tetap membayar tunggakan itu karena utang harus dibayar.

Insyaallah April saya ke RSUP Kariadi, membayar semampunya dulu, " katanya.  (Iwn)

Ini Fakta Apartemen Milik Marshanda, Tempat Anak Karen Idol Terjatuh

Ahli dari Harvard Ragu Virus Corona Tak Menyebar di Indonesia, Khawatir Tak Terdeteksi

Stadion Jatidiri Semarang Jadi Stadion Termegah Ketiga? Pemprov Jateng : Siapapun Bisa Kelola

78 Tahun Bakrie Group Berdiri, Mertua Nia Ramadhani Pernah Bangkrut: Saya Lebih Miskin dari Pengemis

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved