Human Interest Story
Kisah Agung Ciptakan Robot Pembuat Telur Dadar Mini, Belajar Otodidak dari Internet
Bermula dari keinginannya membantu meringankan ibu berjualan telur dadar keliling, Agung menciptakan robot secara otodidak dengan belajar lewat youtub
TRIBUNJATENG.COM -- Bermula dari keinginannya membantu meringankan ibu berjualan telur dadar keliling, Agung menciptakan robot secara otodidak dengan belajar lewat youtube.
Dan hebatnya dalam waktu singkat robot pembut telur dadar ini sudah berfungsi baik.
Remaja bernama Agung Budi Wibowo ini membanggakan. Dia ciptakan robot mini pembuat telur dadar untuk membantu ibunya berjualan.
Adalah Praptining Utami sang bunda, tiap hari jualan telur dadar keliling naik sepeda ontel dengan "bronjong" di belakangnya, lengkap dengan kompor kecil dan aneka peralatan serta bumbu saos sambel kecap.
Agung (18) remaja asal Desa Kedungkarang Dalam, Kecamatan Banyuurip, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah ini lulusan SMK jurusan teknik otomotif.
Kemudian belajar secara otodidak bikin robot dengan melihat video di youtube.
Dia mengatakan, komponen untuk membuat robot mini ini mudah didapatkan.
"Kalau alat-alatnya cuma yang casing saya cetak dari akrilik, kalau motor penggerak itu pakai motor serfo, dan otak menjalankan program pakai microcontroller," ujar Agung, sebagaimana dia ceritakan di Youtube maupun Televisi Swasta yang telah menayangkannya, termasuk di acara Hitam Putih, Februari 2020.
Untuk bikin robot pembuat telur dadar ini menghabiskan biaya Rp 1,5 juta. Sedangkan biaya untuk penggandaan robot jauh lebih murah, yaitu hanya butuh biaya Rp 250.000-Rp 300.000 saja.
Ibu Agung, Praptining Utama, merasa terbantu dengan robot mini yang diciptakan anaknya.
Praptining biasa berjualan telur dadar mini dengan sepeda ke sekolah-sekolah. Karena matanya tak lagi jelas melihat, saat memasak, Praptining biasanya mendekatkan wajahnya ke arah wadah telur dadar.
Setelah menggunakan robot mini, kini Pratining hanya perlu menekan tombol.
Robot secara otomatis memasak sendiri telur dadar yang diinginkan pelanggan. "Kalau belum ada robot, saya pakai tangan.
Terus mata saya enggak kelihatan, jadi dekat sekali. Kalau sekarang pencet sekali sudah beres," ujar Praptining.
Kuning telur dadar yang diletakkan di sebuah wadah, kemudian disalurkan ke robot mini melalui selang kecil. Selang kecil itu menyedot telur dadar.
Begitu tombol ditekan, tangan robot tersebut bergerak sambil mengucurkan adukan telur dadar ke cetakan wajan yang telah dipanaskan.
Tak berapa lama, telur dadar pada cetakan itu sudah panas kemudian dibalik biar nggak gosong.
Begitu sudah masak, Bu Praptining mengambil telur dadar mini dalam cetakan itu untuk disajikan kepada pembeli.
Sejak ada robot ini, penjualan Bu Praptining meningkat drastis. Anak-anak SD dan SMP senang dengan telur dadar mini cetakan Bu Praptining.
Mereka anak-anak bukan saja membeli untuk menikmati telur dadar melainkan senang menyaksikan proses pembuatannya yang menggunakan robot mini, warna merah itu.
Mereka penasaran dan ingin melihat langsung proses pembuatan telur dadar menggunakan robot. Bahkan sebagian siswa (pembeli) ingin mencoba mencet sendiri supaya robot bergerak mengucurkan cairan telur adukan.
"Itu keren banget robotnya bisa kayak gitu," ujar Farzah siswa SMP yang suka beli telur dadar.
Agung menamai robot ini sebagai Egg Filling Robot. Tujuan semula, supaya robot ini bisa membuat telur dadar mini, mengurangi beban kerja sang bunda.
Karena ibunya, sering kecipratan minyak goreng panas saat bikin telur dadar mini.
Robot ini menggunakan daya dua baterai 4,2 volt. Mampu bertahan untuk jualan selama dua minggu dan bisa diisi ulang.
Komponen casingnya juga berasal dari akrilik, sementara motor penggerak lengan robot pakai motor servo.
Sebagai tambahan, ia menggunakan pompa, selang dan mikro kontroler agar pergerakan robot mudah diatur.
Dulu Bu Praptining jualan sehari mengantongi omzet Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu. Sejak ada robot buatan anaknya, bisa mengantongi Rp 60 ribu - Rp 70 ribu per hari.
"Sekarang kerja lebih cepat dan tak perlu lagi melihat dekat ke wajan cetakan. Karena ada alat itu, kerja saya jadi praktis. Tunggu sebentar sudah matang," terang Praptining tampak gembira. (kompas/tribunjogja)