Presiden Soeharto
Kisah Keberanian Soeharto di Mata Dubes Bosnia: Datang ke Sarajevo Saat Perang Masih Berkecamuk
Keberanian Soeharto datang ke Sarajevo saat perang berkecamuk menuai pujian Dubes Mehmed Halilovic
Penulis: Abduh Imanulhaq | Editor: abduh imanulhaq
Keberanian Soeharto datang ke Sarajevo saat perang berkecamuk menuai pujian Dubes Mehmed Halilovic
TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Duta Besar Bosnia-Herzegovina untuk Indonesia Mehmed Halilovic menegaskan Indonesia dan negaranya memiliki hubungan persahabatan yang erat dan baik sejak lama.
Selama kurun waktu tahun 1990-an, kata Dubes Halilovic, Pemerintah Indonesia telah memberikan perhatian dan bantuan yang cukup besar ke Bosnia-Herzegovina.
Dia pun mengucapkan terima kasih kepada pemerintah dan rakyat Indonesia yang telah mengirim pasukan perdamaian ke negaranya melalui Kontingen Garuda XIV di bawah naungan PBB.
• Dijuluki ABG 53 Tahun, Puspa Dewi Nenek Cantik Ini Baru Saja Mendapat Cucu
• Sudah Tak Seperti Ciptaan Tuhan Bentuknya, Ungkap Tim Medis Sebut Kondisi Jenazah Anak Tertimpa Truk
• Video Rekaman CCTV Detik-detik Kecelakaan Maut 2 Truk Duel Menimpa Odong-odong Berisi Anak-anak
• Siapakah Menteri yang Dilihat Warga Datang saat Dipakai Pernikahan di Vila Puncah Mewah Nurhadi?
Saat itu Bosnia-Herzegovina memang sedang dalam keadaan perang menyusul agresi militer Serbia.
Hal itu membuat Indonesia sudah dianggap seperti saudara dari jauh oleh rakyat Bosnia-Herzegovina.
’’We are far by destination.
But Indonesian citizen and Bosnian citizen are close by heart
(meski kedua negara terpisah jarak yang sangat jauh, tapi rakyat Indonesia dan Bosnia-Herzegovina dekat di hati,’’ ujar Dubes Halilovic dalam kunjungan ke Perusahaan Rokok (PR) Sukun di Kudus, Selasa (18/2/2020).
Pendamping Dubes Halilovic dalam kunjungan ini antara lain Ketua NU Care-Lazisnu Pusat KH Ahmad Sudrajat.
Rombongan ini diterima langsung Direksi PR Sukun H Tas’an Wartono dan istri.
Hadir pula Senior Manager Business and Development PR Sukun Dodiek Tas’an Wartono dan anggota keluarga besar Wartono.
Halilovic menyatakan ingin mengetahui lebih jauh tentang kondisi Indonesia.
Karena wilayahnya luas, dibutuhkan strategi untuk mengenalkan Indonesia.
"Salah satunya berkunjung ke Sukun ini.
Pak Dubes ingin mengetahui perusahaan yang orisinal atau asli dari Indonesia yang berhubungan kuat dengan komunitas lingkungannya," kata Corporate Secretary PR Sukun Deka Hendratmanto dalam rilis kepada Tribunjateng.com.
Sukun dinilai memiliki hubungan komunitas dengan masyarakat yang kuat dan memiliki sejarah yang panjang.
Hal ini sangat disukai Dubes Halilovic yang percaya bahwa kekuatan ekonomi rakyat itu dimulai dari perusahaan yang mengikat dengan jaringan masyarakatnya.
"Pak Dubes berharap, barang-barang dari Sukun ini bisa diekspor ke Bosnia.
Dari sana juga akan mengirim barang-barang ke Indonesia melalui organ yang dimiliki Sukun," papar Deka.
Disinggung tentang kunjungan Presiden Soeharto ke Bosnia-Herzegovina pada tahun 1995, Dubes Halilovic mengatakan kunjungan tersebut sangat bersejarah.
Dia memuji keberanian Soeharto yang datang saat situasi di negaranya sedang gawat akibat perang dengan Serbia.
’’He came in that time.
And that time was the hardest time.
He was also under the fire.
And this is also showing us how was our relations
(Presiden Soeharto saat itu datang. Itu adalah masa paling sulit. Presiden Soeharto datang di tengah perang yang sedang berkecamuk. Dan itu menunjukkan betapa dekatnya hubungan dua negara),’’ kenang Dubes Halilovic.
Dia juga menyinggung keberadaan Masjid Istiqlal Sarajevo yang dibangun atas prakarsa Presiden Soeharto.
Masjid itu merupakan bentuk hadiah dari rakyat Indonesia sebagai hadiah kemerdekaan Bosnia-Herzegovina.
Sampai sekarang, Dubes Halilovic menegaskan masjid yang diresmikan di masa pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri itu masih terawatbaik.
Sebagian orang Bosnia-Herzegovina menyebut masjid ini dengan nama Masjid Soeharto atau Masjid Indonesia.
Perlu diketahui, Soeharto berkunjung ke Bosnia pada 13 Maret 1995 setelah menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) tentang Pembangunan Sosial yang diselenggarakan oleh PBB di Kopenhagen, Denmark.
Kunjungan tersebut memenuhi undangan Presiden Bosnia Alja Izetbegovic yang berkunjung ke Jakarta pada Januari 1994.
Kedatangannya ke Sarajevo itu merupakan bagian dari usaha penyelesaian masalah perang Bosnia yang telah berlangsung selama 35 bulan dan menelan jiwa sekitar 200.000 warga Bosnia.
Penyelesaian konflik Bosnia sangat bertarut-larut sehingga pembantaian yang dilakukan pasukan Serbia terhadap etnis Bosnia yang Muslim tak kunjung berhenti.
Padahal di Bosnia terdapat puluhan ribu pasukan perdamaian PBB dengan nama UNPROFOR, termasuk 219 pasukan Indonesia (Garuda XIV) sejak September 1994.
Bahkan saat itu pesawat-pesawat tempur NATO pemah melakukan pemboman terhadap pasukan Serbia. (aim)
• Dua Kapal dari Makassar dan Surabaya Hilang Kontak, Pencarian Belum Temukan Titik Terang
• Motor Menerobos Jalan Tol Banyumanik Semarang, Dikeluarkan Petugas di Ungaran
• Berdasarkan Analisis Prabowo, Ada 2 Ancaman bagi Kedaulatan Indonesia
• Acha Septriasa Ceritakan Pengakuan Tetangga soal Kebiasaan Ashraf Pergi ke Masjid