Berita Regional
Adik Saya Trauma Takut Lihat Air! Kata Kakak Korban Selamat Tragedi Susur Sungai SMPN 1 Turi
Sebagian besar korban selamat tragedi susur sungai SMPN 1 Turi Sleman, Yogyakarta mengalami trauma.
TRIBUNJATENG.COM, SLEMAN - Sebagian besar korban selamat tragedi susur sungai SMPN 1 Turi Sleman, Yogyakarta mengalami trauma.
Menurut cerita keluarga korban, mereka yang selamat dari tragedi susur sungai SMPN 1 Turi tak ingin menceritakan kembali peristiwa tersebut.
Siswa-siswi SMPN 1 Turi mendapatkan pendampingan trauma healing di hari pertama mereka ke sekolah pascainsiden susur Sungai Sempor.
• Remaja Klaten Melakukan Seks dengan Jok Motor Berhias Pakaian Dalam Wanita Curian, Digrebek Warga
• Anak Sekarang Jarang Main di Sungai! Kata Pembina Pramuka Tersangka Tragedi Susur Sungai SMPN 1 Turi
• Nagita Slavina Peluk Suami Sambil Bawa Testpack, Begini Reaksi Raffi Ahmad
• Ular Piton di Bawah Jembatan Tegalsari Semarang Resahkan Warga, Bersarang Dekat Stok Wirok
Hari itu tak banyak aktivitas siswa di luar kelas.
Di setiap sudut lebih banyak didominasi oleh jajaran kepolisian, media massa, dan pegawai pemerintah.
Kasus ini menjadi banyak perhatian semua pihak, bahkan pascakejadian banyak yang institusi yang menerjunkan personelnya yang ahli dalam trauma healing.
Tim gabungan ini berasal dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman dalam hal ini menerjunkan Tim Kesehatan Jiwa Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Tim Psikolog Puskesmas Kabupaten Sleman dan wilayah DIY, Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (IPKI) dan HIMPSI, Baznas Kabupaten Sleman, para tenaga relawan psikolog dari universitas, mahasiswa mapro dan S1 psikologi di universitas/perguruan tinggi, dan elemen lain yang terkait.
Banyaknya pihak yang terlibat untuk penyembuhan trauma yang dialami anak, diapresiasi orang tua dan kerabat.
Salah satunya adalah Nindia (21) warga Wonokerto Turi, kakak dari pelajar kelas 8, Annisa Ramadhani (15).
Annisa adalah salah satu siswi yang selamat dalam insiden tersebut.
"Memang harus ada (pendampingan) untuk mengurangi trauma pada anak. Mereka juga masih sekolah, di jenjang berikutnya pasti ada kegiatan di luar lagi," ucap Nindia yang datang ke sekolah untuk menjemput adiknya.
Sebelum lebih jauh menceritakan kondisi adiknya saat ini, Nindia mengisahkan bahwa ia dan orangtua tidak tahu bahwa Jumat (21/2/2020) sore itu akan ada agenda susur sungai dalam kegiatan rutin Pramuka.
"Tidak ada pemberitahuan dari sekolah, adik saya juga tahunya dari status WA (WhatsApp) sehari sebelumnya. Dia juga enggak bilang ke keluarga kalau mau susur sungai, cuma minta di jemput jam 4 sore," tuturnya, Senin (24/2/2020).
Nindia yang alumni sekolah itu pun heran, mengapa dalam kondisi cuaca mendung pihak pembina tetap bersikeras melanjutkan aktivitas susur sungai.
Karena menurutnya, saat ia bersekolah di sana, jika cuaca mendung atau hujan maka agenda di luar kelas diganti materi di dalam kelas.