Berita Jawa Tengah
Maraknya Kasus Perundungan, Ganjar: Predikat Kota Layak Anak Jangan Hanya Stempel
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mendorong seluruh kabupaten/kota di provinsi ini berpredikat sebagai Kota Layak Anak (KLA).
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: deni setiawan
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mendorong seluruh kabupaten/kota di provinsi ini berpredikat sebagai Kota Layak Anak (KLA).
Meski begitu, dalam keterangan tertulis yang diterima Tribunjateng.com, Rabu (26/2/2020), dia meminta agar predikat tersebut tidak hanya berupa stempel atau cap semata.
"Predikat KLA itu jangan hanya stempel, tapi harus diseriusi."
"KLA tidak boleh hanya statement dan regulasi. Tapi benar-benar harus sampai pada tingkatan implementasi," katanya saat rapat koordinasi di MG Setos Semarang, Rabu (26/2/2020).
• Virus Corona Sudah Ancam Kota Turin, Bagaimana Keadaan Cristiano Ronaldo dan Markas Juventus?
• Coutinho Ogah Kembali ke Liverpool, Tapi Dibuang Barcelona, Tidak Dipermanenkan Bayern Muenchen
• Bukan Karena Virus Corona, Ini Penyebab Meninggalnya Pasien dalam Pengawasan RSUP Kariadi Semarang
• Video Truk Kontainer Ringsek Tabrak Median Jalan di Watugong Semarang
Rakor itu program Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Jateng.
Ganjar menegaskan, daerah tidak boleh bangga hanya karena sudah memperoleh predikat KLA.
Menurutnya, KLA harus menjadi tempat anak-anak bisa merasakan kenyamanan.
Mereka bisa bermain, belajar, dan beraktivitas tanpa merasa was-was.
"KLA itu harus betul-betul dapat dirasakan dalam suasana kebatinan anak-anak."
"Mereka bisa mengatakan, yah inilah tempat saya, saya tidak pernah merasa was-was dan bisa beraktivitas dengan baik," ujarnya.
Ia mengaitkan dengan maraknya kasus perundungan, kekerasan terhadap anak, dan sebagainya.
Ini menjadi bukti, predikat KLA tidak menjamin anak-anak bisa hidup dengan nyaman.
Harus ada pengawasan serius untuk menjamin bahwa daerah itu layak anak.
"Perguruan tinggi harus dilibatkan, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan kelompok peduli anak."
"Kejadian bullying di Purworejo menjadi momentum kami untuk melakukan evaluasi bersama dan menyeluruh," tegasnya.
• Solskjaer Tidak Dipecat Man United!
• Juventus Vs Inter Milan, Laga Tertutup Tanpa Penonton Akhir Pekan Ini, Imbas Virus Corona di Italia
• Soal Meninggalnya Pasien dalam Pengawasan Corona, Ini Penjelasan Lengkap RSUP Kariadi Semarang
• Remaja Kudus Pelaku Bullying Ketakutan, Tak Masuk Sekolah dan Kabur dari Rumah Seusai Video Tersebar