Wabah Virus Corona
Dokter Spesialis Ini Jelaskan Perbedaan Pneumonia dan Virus Corona
Gejala pneumonia dan Covid-19 hampir sama. Keduanya berisiko pada orang dengan sistem kekebalan tubuh rendah entah karena faktor usia atau penyakit la
TRIBUNJATENG.COM -- Gejala pneumonia dan Covid-19 hampir sama. Keduanya berisiko pada orang dengan sistem kekebalan tubuh rendah entah karena faktor usia atau penyakit lain.
Apa perbedaan keduanya, dan butuh waktu berapa lama untuk penyembuhannya?
Beberapa pasien yang awal Maret lalu dinyatakan positif menderita virus corona atau Covid-19 berhasil disembuhkan.
Tentu ini kabar menggembirakan dan membuktikan bahwa Indonesia pun bisa menangani pasien positif Covid-19 dengan baik.
Namun masyarakat masih bertanya-tanya apa bedanya pneumonia dengan Covid-19.
• Inilah Fatwa Baru MUI Soal Beribadah Terkait Wabah Covid-19 di Indonesia, Ini Ketentuannya
• Ini Imbauan dan Tanggapan ISIS terhadap Wabah Virus Corona
• UPDATE Suami Bakar Istri: Ini Kronologi Versi Suami yang Bakar Istri di Dalam Truk
• TERKINI: Jumlah Pasien Corona di Indonesia 134 Orang, Tambahan 17 Kasus Baru
Menurut The Guardian, pneumonia merupakan peradangan jaringan paru-paru dan biasanya disebabkan oleh bakteri.
Peradangan itu mengakibatkan kantung udara di ujung pernapasan di paru-paru terisi oleh cairan.
Pneumonia berisiko pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh atau imunitas rendah, baik disebabkan oleh usia maupun penyakit.
Bayi, orang tua, perokok, dan peminum berat dinilai memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi pneumonia.
Gejala pneumonia biasanya mirip dengan influenza sehingga penderita akan mengalami demam, berkeringat, menggigil, batuk, dan kehilangan nafsu makan.
Termasuk gejala serius adalah bernapas cepat, merasa sakit di sisi dada, dan menjadi terasa lebih buruk ketika mengambil napas dalam-dalam.
Dalam kasus pneumonia ringan, butuh waktu beberapa hari atau satu minggu untuk kembali sehat.
Namun, dalam kasus yang parah bisa memakan waktu sampai enam bulan, bahkan bisa menyebabkan kematian.
Pada seseorang dengan kesehatan buruk, pneumonia yang tidak diobati dapat menyebabkan kadar oksigen turun sehingga jaringan tubuh akan terdampak.
Berbeda dari pneumonia, Covid-19 muncul akibat virus corona yang bernama SARS-CoV-2 yang belum pernah ditemukan sebelumnya.
Sebagai catatan, virus ini juga dapat menyebabkan pneumonia. Mereka yang terinfeksi dilaporkan menderita batuk, demam, dan kesulitan bernapas.
Pada kasus serius bahkan bisa terjadi kegagalan organ. Banyak di antara pasien Covid-19 yang meninggal karena sudah memiliki kondisi kesehatan yang buruk.
Proses pemulihan Covid-19 tergantung pada kekuatan sistem kekebalan tubuh masing-masing individu.
Menurut Prima Karita Sari, Dokter Spesialis Paru di Balai Kesehatan Masyarakat Magelang
Jateng, Covid-19 merupakan bagian dari pneumonia yang disebabkan oleh virus.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan gambaran rontgen infiltrat pada rontgen toraks. Yang membedakan dengan pneumonia virus lain adalah Covid-19 disebabkan oleh virus SARS CoV 2.
Beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada masyarakat adalah cuci tangan dengan sabun dan air sedikitnya selama 20 detik.
Gunakan hand sanitizer berbasis alkohol 60% jika air dan sabun tidak tersedia. Kemudian hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci. Sebisa mungkin hindari kontak dengan orang yang sedang sakit.
Saat sakit gunakan masker medis. Tetap tinggal di rumah saat sakit atau segera ke fasilitas kesehatan yang sesuai, jangan banyak beraktifitas di luar.
Tutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tissue.
Buang tissue pada tempat yang telah ditentukan. Bersihkan dan lakukan disinfeksi secara rutin permukaan dan benda yang sering disentuh.
Selanjutnya menggunakan masker medis adalah salah satu cara pencegahan penularan penyakit saluran napas, termasuk infeksi Covid-19. Akan tetapi penggunaan masker saja masih kurang cukup untuk melindungi seseorang dari infeksi ini, karenanya harus disertai dengan usaha pencegahan lain.
Pengunaan masker harus dikombinasikan dengan hand hygiene dan usaha-usaha lain.
Pakai masker secara seksama untuk menutupi mulut dan hidung, kemudian eratkan dengan baik untuk meminimalisasi celah antara masker dan wajah saat digunakan, hindari menyentuh masker.
Lepas masker dengan tehnik yang benar (misalnya; jangan menyentuh bagian depan masker, tapi lepas dari belakang dan bagian dalam. Buang segera masker sekali pakai dan lakukan pengolahan sampah medis sesuai SOP.
Masker pakaian seperti katun tidak direkomendasikan. Berdasarkan buku Pneumonia Covid-19 dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia saat ini belum ada penelitian atau bukti tatalaksana spesifik pada Covid-19.
Belum ada tatalaksana antiviral untuk infeksi Coronavirus yang terbukti efektif.
Pada studi terhadap SARS- CoV, kombinasi lopinavir dan ritonavir dikaitkan dengan memberi manfaat klinis. Saat ini penggunaan lopinavir dan ritonavir masih diteliti terkait efektivitas dan keamanan pada infeksi Covid-19.
Saat ini belum ada vaksin untuk mencegah pneumonia Covid-19 ini.
Pneumonia terjadi akibat invasi dan pertumbuhan berlebihan dari mikroorganisme dalam melawan pertahanan paru yang berakibat peradangan parenkim paru.
Inflamasi merupakan respons pertahanan host akibat rusaknya jaringan paru oleh karena infeksi mikroorganisme. Respons inflamasi pada dasarnya merupakan mekanisme untuk bertahan terhadap mikroorganisme patogen. (kompas/hermawan endra)