Wabah Virus Corona
BREAKING NEWS: Sukoharjo Tetapkan KLB Corona, Bupati: Mulai Hari Ini 'Sak Teruse'
Penetapan status Sukoharjo KLB corona ini setelah ada satu warga positif virus corona atau Covid-19.
Penulis: Rifqi Gozali | Editor: m nur huda
TRIBUNJATENG.COM, SUKOHARJO - Bupati Sukoharjo Wardoyo Wijaya menetapkan wilayahnya berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB) virus corona atau covid-19 mulai hari ini, Senin (23/3/2020).
Penetapan status Sukoharjo KLB corona ini setelah ada satu warganya yang dinyatakan positif virus corona atau Covid-19.
"KLB mulai hari ini sampai sak teruse. Sudah karena sudah ada yang positif," kata Wardoyo kepada sejumlah pewarta, Senin (23/3/2020).
• TNI Bentuk Komando Gabungan Tangani Covid-19, Libatkan Kopassus, Marinir, dan Paskhas TNI AU
• IDI Umumkan Sudah 7 Dokter Meninggal Dalam Melawan Virus Corona di Indonesia
• Jateng Produksi Sendiri APD untuk Tenaga Medis, Ganjar: Kalau Mau Belajar Membuat, Kami Siap Ajari
• Dukung Pemerintah, SBY: Ini Keadaan Darurat, Jangan Dianggap Mengada-ada
• Sempat Jadi PDP, Guru Besar Epidemiologi UI Meninggal, Pihak Kampus Tunggu Hasil Uji Laboratorium
Wardoyo menekankan, status KLB yang disandang Sukoharjo ini harus diikuti oleh warganya untuk tidak keluar rumah. Juga, selama KLB di Sukoharjo tidak boleh ada kegiatan yang sifatnya mengumpulkan orang atau kerumunan.
"Kumpul-kumpul tidak boleh. Substansinya tidak boleh kumpulan orang. Risiko sosial ditanggung mereka," tandasnya.
Sementara itu, Sekda Sukoharjo Agus Santosa mengatakan, saat ini ada 45 warga Sukoharjo yang berstatus ODP, 6 PDP, dan 1 positif corona.
"Standar dari Kemenkes yang baru, daerah dinyatakan KLB apabila ditemukan 1 orang positif corona," kata Agus.
Sukoharjo sebagai daerah yang kini menyandang status KLB, lanjut Agus, maka pihaknya memastikan protokoler kesehatan akan diberlakukan di semua aspek.
"Protokoler di rumah makan, di ruang pertemuan jaraknya mesti ditata kemudian hand sanitizer dan seterusnya," katanya.
Dalam penangasan kasus Covid-19 di Sukoharjo, katanya, pihaknya telah mengalokasikan anggaran tidak terduga sebesar Rp 5 miliar. Anggaran tersebut diprioritaskan untuk tenaga kesehatan, misalnya untuk Alat Pelindung Diri (APD).
"Kalau ibaratnya pertempuran, dia yang paling di depan. Itu pasukan komandonya, dan mereka ya orang seperti kita. Kemungkinan tertular tinggi," katanya.
Jateng produksi APD sendiri
Sementara itu, Pemprov Jateng memroduksi Alat Pelindung Diri (APD) yang dipakai khusus para tenaga medis guna merawat pasien virus corona.
Mengingat, saat ini APD untuk tim medis semakin sulit diperoleh.
Dengan kreasi dan inovasi, Jateng mampu memproduksi APD sendiri untuk memenuhi kebutuhan seluruh rumah sakit.
APD tersebut diproduksi oleh RSUD Moewardi Solo.

Menggunakan bahan standar pabrikan yakni Polypropylene Spundbound, RSUD Moewardi mampu memproduksi 200-250 APD yang dapat digunakan untuk para tenaga medis merawat pasien corona.
"APD ini sulit dicari, bahkan di beberapa daerah ada yang teriak-teriak kekurangan APD sampai pakai mantel. Kami kemudian berinovasi mencari bahan seperti yang dibuat pabrikan.
RSUD Moewardi berhasil membuat inovasi dan kreatifitas dengan membuat APD sendiri yang hasilnya sama dengan yang dijual pabrikan dan harganya jauh lebih murah," kata Ganjar saat mengenalkan APD buatan Jateng di Kantor Dinas Kesehatan Jateng, Senin (23/3/2020), sebagaimana siaran pers ke Tribunjateng.com.

Setelah menangani kekurangan APD, pihaknya sedang berusaha mencari terobosan baru dalam rangka pemenuhan masker.
Sedangkan untuk hand sanitizer, lanjutnya, beberapa perusahaan dan pelajar sudah menemukan cara membuatnya sehingga dapat dipenuhi.
"Silahkan rumah sakit di seluruh Jateng koordinasi dengan Dinkes apabila kekurangan APD. Kalau ada yang ingin belajar membuatnya sendiri juga boleh, datang langsung ke Moewardi," tegasnya.
Menurut Ganjar, sudah saatnya pemerintah daerah berusaha untuk berinovasi dan berkreasi dalam rangka menangani penyebaran virus corona ini.
Tidak selayaknya, pemerintah daerah hanya mengandalkan pemerintah pusat dan hanya berpangku tangan.
"Kalau bisa pemerintah daerah membantu pusat, jangan hanya membebani pusat. Harus kreatif dan inovatif untuk memecahkan masalah sendiri. Yakinlah, dengan doa, ketekunan dan kemauan, semua pasti ada jalan," pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pelayanan RSUD Moewardi, Bambang S.W mengatakan, ide pembuatan APD tersebut berawal dari kesulitannya mencari APD di pabrikan.
Pihaknya kemudian mencari bahan apa yang digunakan pabrikan untuk membuat APD itu.
"Ternyata bahannya ada. Kemudian kami beli dan kami jahit sendiri. Hasilnya ternyata bagus dan sesuai standar," ucapnya.
Dalam sehari, pihaknya mampu memproduksi 200-250 pack APD. Hasil pembuatan APD itu kemudian digunakan untuk keperluan pribadi rumah sakit.
"Kalau rumah sakit lain membutuhkan, kami juga siap membantu. Kalau ada yang mau belajar membuatnya, kami juga siap mengajari," tegasnya.
Meski dibuat sendiri, namun standar dan prosedur keamanan tetap diterapkan. Sebelum dibuat, para penjahit juga sudah dipastikan dalam kondisi sehat, bersih dan melakukan cuci tangan.
"Semua standarnya kami lakukan, untuk hasil yang baik," tegasnya.
Untuk harganya, Bambang mengatakan proses pembuatan satu APD hanya menghabiskan uang kurang dari Rp50.000. Sementara kalau beli APD di pabrikan, harganya sudah mencapai Rp150.000.
"Selain mahal, juga sulit mencarinya. Maka dengan kami berhasil membuat APD sendiri, ini akan mampu mengatasi persoalan yang ada," pungkasnya.(*)
• Serukan Maklumat Kapolri, Para Kapolsek di Semarang Turun Ke Pasar, Kampung, hingga Rusun
• FOKUS : Jangan Ajak Orang Lain Jemput Petaka
• Bupati Pati Minta Masjid dan Musala Woro-Woro terkait Social Distancing
• Ponsel Vivo Naik Harga Perhari Ini, Berikut Harga Lengkap Semua Seri