Berita Selebritis
Kisah Alumni Unnes, Hendra Kumbara Pencipta Lagu 'Dalan Liyani' Bikin Tembang untuk BRT Koridor Baru
Pemuda alumni Unnes ini sudah memutuskan akan balik kampung di Pati jika lagu-lagunya tidak laku di pasaran.
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM -- Pemuda alumni Unnes ini sudah memutuskan akan balik kampung di Pati jika lagu-lagunya tidak laku di pasaran.
Setelah berjuang keras dan terus mencoba akhirnya tembang 'Dalan Liyani' menjadi hit di kalangan milenial.
Jangan patah semangat. Coba sekali dua kali belum berhasil maka harus dicoba lagi hingga menemukan titik terang. Itu juga dialami oleh Hendra Kumbara seorang penyanyi asal Kabupaten Pati Jawa Tengah.
Kini tembang karyanya berjudul "Dalan Liyani" trending di media sosial Youtube. Bahkan sudah ditonton lebih dari 12.985.079 klik.
Maka tak heran nama Hendra Kumbara semakin dikenal publik. Tembang-tembang karangannya pun sudah dinyanyikan oleh Nella Kharisma dan pedangdut lainnya.
Tak jarang, banyak penyanyi yang meng-cover lagu tersebut termasuk Happy Asmara.
Namun siapa sangka, di balik kesuksesan musisi sekaligus penyanyi asal Pati, Jawa Tengah itu rupanya telah melalui proses panjang.
Bahkan pria berusia 30 tahun itu mengaku sebelumnya sempat pesimis dan hendak kembali ke kampung halaman.
• Andrea Dian Dikira DB Ternyata Positif Corona
• Dampak Virus Corona di Jateng: Banyak Pembatalan Pesanan Konveksi dan DP Diminta Kembali
• Hari Ini Hasil SKD CNPS 2019 Kemenkumham Diumumkan, Cek Link Ini, Ini Rilisnya
• Pukul 10.00 Pagi Ini, Hercules C-130 Pengangkut Alat Kesehatan dari China Akan Mendarat di Halim
"Sejak lagu 'Balungan Kere', saya sempat berpikir 'kalau tidak banyak penikmatnya saya mau pulang saja, mengajar di kampung halaman.
Namun ternyata saat itu grafik cukup bagus, sedikit-demi sedikit orang-orang tahu," ujar Hendra Kumbara yang juga alumni jurusan Seni Drama, Tari, dan Musik (Sendratasik) Unnes Semarang itu.
Tribun Jateng menemui Hendra di "Syalala Production" Semarang, Sabtu (21/3/2020).
Pria yang kini berdomisili di Semarang itu lantas menceritakan perjalanannya hingga dikenal seperti sekarang ini.
Dijelaskan, bermusik sudah menjadi kesehariannya sejak duduk di SMP.
Meski demikian, dirinya tak lantas memutuskan untuk kuliah seni musik saat sudah lulus dari SMA.
Ia sebelumnya berniat untuk mengambil jurusan bahasa Inggris.
"Dulu ingin kuliah jurusan bahasa Inggris karena keinginan orangtua," terangnya.
Kalau diterima di jurusan itu dia pikir bermusik tetap menjadi hobi.
"Namun saat itu saya diterima pada pilihan kedua, Pendidikan Seni Musik. Orangtua mengizinkan, yang penting kuliah," ungkap dia.
Saat itulah Hendra mulai aktif di dunia musik dan melewati pasang-surutnya.
Pemilik nama asli Hendra Kumbara tersebut memaparkan, dirinya mulai menekuni dunia musik sejak tahun 2007.
Saat itu, menurutnya, belajar musik tidak melulu di lingkungan kampus. Pengetahuan dan pengalamannya akan terus bertambah saat bergaul dengan banyak orang.
Hendra pun lantas mulai memperluas jaringannya, produktif membuat lagu, hingga membuat projek band.
"Sejak tahun 2007 saya paksakan 'kudu dolan', harus kenal orang-orang di luar kampus.
Saya main ke kapling kenal Mas Sela, Dimek, dan lain-lain. Akhirnya mereka sering ke sini dan kami sering kumpul.
Saya mulai bikin-bikin lagu, bikin projek-projek band seperti Senggol Tromol. Termasuk juga Mizui Band, Sendau Gurau, dan ada beberapa lagi," paparnya.
Melewati Banyak Duka
Beberapa lagu ciptaannya kini terkenal antara lain berjudul 'Dalan Liyane', 'Percoyo Aku' dan 'Balungan Kere'.
Namun perjalanan menuju karier itu juga butuh kesabaran karena harus melewatu suka dan duka panjang.
Dirinya mengatakan, justru lebih banyak melewati duka daripada suka. Ia pun mengaku sempat terombang-ambing dalam menemukan jati diri sebagai seorang musisi.
"Selama perjalanan itu banyak dukanya. Saya sempat bingung juga karena dulu pernah membawakan lagu orang lain.
Cita-cita ingin jadi musisi sih, tapi saya pikir 'tidak membawakan lagu orang lain juga'," ungkapnya.
Melalui kebimbangannya itu, ia lantas memutuskan vakum dan melakoni berbagai pekerjaan. Hal itu demi menyambung hidup di perantauan.
"Saya berhentikan semua. Saya orang perantauan, bagaimana caranya tetap hidup dengan bermusik. Saya akhirnya memilih kerja menyablon.
Menyablon juga belajar secara autodidak dari Youtube. Saya bikin kaus-kaus untuk adek kelas sambil bikin lagu," paparnya.
Pada tahun 2018 karirnya mulai melenggang dengan membuat studio "Syalala Production". Pada studio rekaman barunya itu, ia bertekad untuk membuat konten Youtube satu minggu satu kali.
Hal itu menurutnya sebagai upaya dan motivasi agar tetap terus berkarya. "Aku kudu iso 'aku harus bisa' buat lagu baru, video klip baru, bukan cover," tegasnya.
Tahun 2019 sukses populerkan lagu "Dalan Liyane" Hendra mengungkapkan, berbagai kesempatan emas mulai berdatangan pada tahun 2019. Termasuk populernya lagu ciptaannya berjudul "Dalan Liyane".
Dijelaskan, lagu yang kini digandrungi kaum milenial itu sebelumnya merupakan tantangan dari Ade Bhakti, yang kala itu menjabat sebagai Kepala Badan Layanan Umum (BLU) Bus Rapid Transit (BRT) Trans Semarang.
Saat itu, kata dia, Ade Bhakti mendatanginya dan menantangnya membuat lagu untuk koridor baru BRT Semarang.
"Bulan November 2019 lalu, Ade Bhakti datang, memberi semacam challenges, 'jajal gawe lagu tentang koridor baru yang bisa dinikmati semua kalangan tapi tetap ambyar.
Paginya, waktu aku naik motor untuk ambil laundry, langsung muncul inspirasinya. Di jalan tiba-tiba (intro) muncul. Langsung saya tulis di rumah. Malam saya manggung di Kotalama dan besoknya lagi saya rekam, saya bagikan ke Mas Ade, langsung masuk tanpa produksi," ungkapnya.
Tanpa membutuhkan waktu panjang, lagu tersebut lantas dibuat video. Ia pun mengajak kawan-kawannya untuk terlibat.
"Waktu itu sempet deg-degan. Saya pikir, iki nek gak munggah berarti memang harus fokus di belakang layar. Tapi saat itu grafiknya langsung naik, banyak di-cover. Alhamdulillah, kemarin genap satu tahun rilis 'Dalan Liyane'," kata Hendra penggemar lagu-lagu Rhoma Irama tersebut.
Dituturkannya, dalam bermusik dan menyanyi dia mengagumi sosok Rhoma Irama. Dan yang tak kalah penting adalah Didi Kempot yang menjadi inspirasinya.
"Saya sejak dulu memang suka dangdut. Tahu sendiri kan, Pati itu daerah Pantura, sudah akrab sekali dengan musik dangdut. Musisi yang menginspirasi saya adalah Rhoma Irama," ujar musisi yang juga dikenal seiring populernya lagu "Balungan Kere" itu.
Di samping itu, penyanyi campursari asal Jawa Tengah, Didi Kempot juga menjadi idola bagi dirinya.
Menurutnya, dirinya yang kini kian dikenal dengan pembawaan lagu-lagu berbahasa Jawa itu tidak lepas dari populernya lagu-lagu "ambyar" Didi Kempot.
Dia melanjutkan, lagu-lagu yang ditulisnya sejak tahun 2007 itu tidak lepas dari pengalaman pribadinya. Ia menyebut, lagu-lagunya yang kini membuat "ambyar" para pendengar tersebut berawal dari cerita dirinya dan kawan-kawannya. "Inspirasi dari pengalaman pribadi, curhatan teman-teman.
Dulu kalau sedang ngobrol-ngobrol, langsung terpikir dan saya bilang, 'wah dadi lagu iki'.
Di ponsel juga banyak rekaman 'gak jelas' di pinggir jalan, saya rekam, saya dengarkan, saya tulis di rumah," ungkapnya. Ia lantas menyebut, inspirasi-inspirasi itu yang membuat lagunya seakan dekat dengan pendengar.
Hingga kini sudah hampir 100 lagu yang sudah ia tulis dan rekam. Lagu-lagu itu dia nyanyikan saat melakukan 'silatourrahmi' (sebutan untuk acara-acara panggungnya). Bahkan dia pun kini sudah membuatkan sebutan untuk penggemarnya, yakni handmate. "Kalau lagu yang saya nyanyikan sampai saat ini hampir 10 lagu.
Rencana ke depan akan menjadi album. Semoga bisa dinikmati para handmate," tukasnya. (Idayatul Rohmah)