Breaking News
Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Regional

Kisah Unik Gus Dur Dimarahi Istri Kepala Protokol Gara-gara Telepon Jam 4 Pagi : Ma, Itu Presiden!

Presiden Gus Dur atau Abdurrahman Wahid pernah kena marah istri protokolnya.

Editor: galih permadi
Facebook Blontak Poer
foto Pertemuan Gus Dur dengan Jokowi saat Baru Jadi Walikota Solo 

Kisah Unik Gus Dur Dimarahi Istri Kepala Protokol Gara-gara Telepon Jam 4 Pagi : Ganggu Orang Tidur!

TRIBUNJATENG.COM - Ada beberapa kisah unik ketika almarhum Gus Dur menjadi Presiden RI.

Presiden Gus Dur atau Abdurrahman Wahid pernah kena marah istri protokolnya.

Itu terjadi saat Gus Dur masih menjadi Presiden Keempat Republik Indonesia.

Yasonna Laoly Tuding Najwa Shihab Lakukan Provokasi, Ini Jawaban Menohok Putri Quraish Shihab

Viral Ojol 59 Tahun Antar Penumpang Purwokerto-Solo Sejauh 230 Km, Tertipu hanya Ditinggali Sandal

Dikritik soal Pembebasan Koruptor, Yasonna Laoly Labrak Najwa Shihab: Suudzon Banget Sih Provokatif

Update Corona 5 April 2020 Dunia: Indonesia Peringkat 37 Persis di Bawah Arab Saudi

Kisah itu kemudian ditulis oleh Imam Anshori Saleh, dalam bukunya yang berjudul "Mata Batin Gus Dur, Cerita-Cerita Unik Bersama Sang Kiai", terbitan Gramedia tahun 2017 lalu.

Dalam buku disebutkan, Gus Dur memang merupakan sosok yang tak mau diatur oleh protokol.

Meski demikian, saat itu Gus Dur benar-benar dibuat tak berkutik oleh seorang istri protokol Istana.

Kisah itu kemudian diceritakan oleh Inayah Wulandari, atau putri bungsu Gus Dur.

"Bapak nggak pernah merasa tinggi hati, misalnya begini, kan ada tuh Kepala Protokol Istana dia cerita. Bapak pernah menelepon dia jam 04.00 WIB pagi sekali," kata Inayah dalam buku itu.

Menurut Inayah, Gus Dur memang sudah biasa terbangun jam 05.00 WIB.

"Bapak itu mulai terima tamu sambil jalan kaki dan Bapak itu suka mendadak ingin keetemu siapa hari itu dan biasanya telepon protokol," ujar Inayah.

Padahal saat itu Kepala Protokol baru saja pulang malam.

Gus Dur kemudian menelepon Kepala Protokol tersebut menggunakan nomor ajudannya pada pukul 04.00 WIB.

Selanjutnya yang menjawab telepon tersebut bukanlah sang Kepala Protokol.

Melainkan yang menjawab telepon tersebut adalah istri dari Kepala Protokol.

"Di layar HP muncul nama seorang ajudan. Istrinya mengangkat telepon dengan nada tinggi 'Siapa ini'?" kenang Inayah.

Gus Dur pun menjawab.

"Abdurrahman," jawab Gus Dur.

"Mau ngapain?" tanya istri Kepala Protokol sambil bernada tinggi.

"Mau bicara sama Pak Wahyu, ada?" jawab Gus Dur.

Sang istri Kepala Protokol kemudian memberikan jawaban ketus.

"Nggak ada! Tidur Pak Wahyu! Jam segini kok masih telepon saja," jawabnya ketus sambil menutup telepon.

Gus Dur kemudian menelepon kembali.

"Siapa ini?" tanya istri Kepala Protokol.

Gus Dur lagi-lagi menjawab, yang menelepon adalah Abdurrahman.

"Heh nggak tahu apa jam segini, ini waktunya orang tidur. Kalau perlu besok pagi saja, ganggu orang tidur!" jawab istri Kepala Protokol sambil menutup telepon.

Suara istri protokol tersebut rupanya cukup keras, dan membuat sang suami terbangun.

Sang Kepala Protokol kemudian melihat layar ponsel.

Dia pun kaget bukan kepalang, karena yang meneleponnya barusan adalah Presiden Gus Dur.

"Ma...itu Presiden!" seru sang Kepala Protokol kepada istrinya.

Istrinya juga tak kalah kagetnya.

"Haaaahh!!! Gimana Pak, saya ngomelin Presiden?" ucap sang istri.

Pasca peristiwa itu, Kepala Protokol pun meminta maaf kepada Gus Dur.

Namun, reaksi Gus Dur justru tak terduga.

Gus Dur tak marah, dan malah tertawa.

Selain kisah itu, Gus Dur rupanya juga memiliki kisah unik lainnya.

Meskipun telah tiada sejak beberapa tahun lalu, namun bagi sebagian orang sosok Gus Dur memang sulit untuk dilupakan.

Satu hal yang cukup diingat sebagian orang dari sosok Gus Dur adalah soal sejumlah ramalannya yang seringkali tepat.

Prediksi Gus Dur yang disampaikan pada beberapa tokoh ini terbukti benar-benar terjadi.

Misalnya soal prediksinya sendiri yang akan menjadi seorang presiden.

Itu seperti pernah disampaikan oleh Luhut Binsar Pandjaitan.

Dilansir dari Tribun Wow, suatu ketika Luhut bertemu dengan Gus Dur, dan mengatakan jika Luhut tak perlu berangkat jadi Duta Besar karena sebentar lagi Gus Dur akan jadi presiden.

Luhut sempat bengong dan tak mempercayai omongan Gus Dur.

"Ndak Pak Luhut betul, ini kyai saya ada sembilan ada dari Lampung, dari, dari manalah gitu. Saya dapat bisikan kalau saya jadi presiden." ujar Luhut menirukan omongan Gus Dur.

Dalam video tersebut Luhut tertawa kemudian disambut tawa dari khalayak ramai di situ.

"Ah udahlah, dalam hati suka-sukamu lah," ujar Luhut Binsar Pandjaitan.

Luhut kemudian menyampaikan kalau ia tak mungkin batalkan jadi dubes.

Kemudian Luhut berangkat menjadi dubes pada bulan September.

"Loh kok nama Gus Dur sama Megawati udah mulai hitung-hitungan."

"Loh kok Gus Dur namanya menang suaranya."

"Tiba-tiba Presiden Republik Indonesia terus ada sholawat itu menang Gus Durnya."

"Loh, Gus Dur Presiden Republik Indonesia, saya gak percaya."

Khalayak di acara haul tersebut tertawa.

"Itu baru omong beberapa minggu lalu atau beberapa bulan lalu itu jadilah presiden beliau," ungkap Luhut.

Pesan para kiai untuk Gus Dur

Abdurrahman Wahid atau Gus Dur adalah seorang pemimpin Nahdlatul Ulama, organisasi Islam terbesar di Indonesia.

Dia merupakan cucu KH Hasyim As'ari, ulama dan tokoh yang dihormati sebagai pendiri NU.

Latar belakang dan kecakapan Gus Dur membuatnya sering mendapat sebutan sebagai Wali, atau orang yang saleh menurut agama.

Banyak juga yang percaya bahwa Presiden keempat RI itu punya kemampuan luar biasa alias gaib.

Mohammad Mahfud MD dalam bukunya yang berjudul "Setahun Bersama Gus Dur", membahas seputar masalah gaib yang sering dikaitkan dengan Gus Dur.

Kisah itu, mulai dari cerita orang-orang dekat, hingga pengalaman langsung saat berbicara dengan Gus Dur, terangkum dalam tulisan pada buku tersebut.

Tak dipungkiri, beberapa orang dekat Gus Dur mengakui adanya kemampuan gaib tersebut.

Misalnya, saat Gus Dur cerita bahwa ia akan menjadi presiden pada Oktober 1999.

Kemudian, saat Gus Dur mengetahui bahwa Presiden Soeharto akan lengser dari kursi kepemimpinan.

Ia bahkan sudah mengatakan perihal kemunduran Soeharto itu sejak setahun sebelum peristiwa Mei 1998.

Kepada Mahfud, Gus Dur juga pernah bercerita tentang "pertemuannya" dengan Mbah Hasyim (pendiri NU) dan Sunan Kalijaga.

Saat itu, Gus Dur mengatakan bahwa kedua tokoh tersebut telah mengabarkan tentang akan terjadinya beberapa peristiwa di Indonesia.

Menurut Mahfud, Gus Dur juga mengatakan bahwa kedua tokoh itu memberikan gambaran tentang situasi yang akan terjadi di Indonesia dan memberitahu sikap apa yang harus dipilih Gus Dur sebagai pemimpin.

Pilih rasional, meski demikian, menurut Mahfud, tetaplah sulit untuk mengetahui ukuran yang dipakai Gus Dur untuk memercayai dan menggunakan pesan atau firasat gaib yang ia dapatkan.

Adakalanya, Gus Dur seolah tak percaya dengan isyarat atau firasat, seperti "pertemuannya" dengan Mbah Hasyim.

"Adakalanya dia tidak mau percaya pada pesan yang secara tidak rasional disampaikan kepadanya," ujar Mahfud dalam bukunya.

Suatu ketika, Mahfud berkunjung ke Pondok Pesantren keluarga Aqil Siradj di Kempek, Cirebon.

Kepada Mahfud, sejumlah kiai menitipkan pesan untuk disampaikan kepada Gus Dur.

Dilansir dari Kompas.com, menurut Mahfud, para kiai meminta agar Gus Dur tidak mampir ke Mesir.

Saat itu, Gus Dur berencana mengunjungi tujuh negara di Afrika dan Timur Tengah, termasuk Mesir, dan mengakhiri kunjungan dengan melaksanakan ibadah haji.

Mahfud mengatakan, para kiai berkata bahwa dua Presiden RI terdahulu selalu jatuh dari kekuasaan, tak lama setelah berkunjung ke Mesir.

Dalam catatan sejarah, Soekarno dan Soeharto memang lengser dari kursi presiden, tak lama setelah mengunjungi Mesir.

Namun, pesan para kiai itu tidak direspons serius oleh Gus Dur.

"Kita dengar dan hormati nasihat para kiai itu ya, Pak Mahfud. Tapi saya rasional saja," kata Gus Dur kepada Mahfud.

Menurut Gus Dur, jika seorang presiden bisa jatuh dari kekuasaan setelah berkunjung ke Mesir, bagaimana pula dengan Hosni Mubarak yang menjabat sebagai Presiden Mesir.

"Tentunya Presiden Hosni Mubarak sudah lama jatuh. Nyatanya Mubarak yang malah tinggal di Mesir, tidak jatuh-jatuh, padahal sudah lama berkuasa," kata Gus Dur sambil tertawa saat itu.

Mahfud yang ikut tertawa dengan jawaban itu merasa apa yang disampaikan Gus Dur begitu rasional.

Meski disampaikan dengan guyonan, kata-kata Gus Dur jauh dari hal-hal gaib.

Faktanya, banyak kepala negara yang berkunjung ke Mesir, namun tetap berkuasa setelahnya.

Dengan demikian, kejatuhan Soekarno dan Soeharto tidak dapat dikaitkan dengan kunjungan mereka ke Mesir.

Artikel ini telah tayang di Tribunjatim.com dengan judul Saat Gus Dur Dimarahi Istri Protokol karena HP, Sang Suami Kaget Bukan Kepalang: Ma, Itu Presiden!

Aurel Hermansyah Buka-bukaan Ingin Nikah Muda, Nikah Sama Atta Halilintar?

Getaran Muka Bumi Berkurang karena Corona Sebulan Ini, Gempa Makin Mudah Terdeteksi

Warga Ngeyel Ramaikan Jalan Kota Semarang, Hendi: Kalau Seperti Ini Sebaran Corona Tak Selesai

Annisa Pohan Khawatir Kesehatan SBY Setelah Bupati Karawang Dinyatakan Positif Virus Corona

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved