Breaking News
Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ngopi Pagi

FOKUS : Paranoid Corona

KESIAGAAN dan paranoid adalah dua hal tindakan berbeda. Semenjak wabah virus corona ini merebak, bukan hanya pemerintah yang terus menyerukan pentingn

tribunjateng/bram
Moh Anhar wartawan Tribun Jateng ok 

Oleh Moh Anhar

Wartawan Tribun Jateng

KESIAGAAN dan paranoid adalah dua hal tindakan berbeda. Semenjak wabah virus corona ini merebak, bukan hanya pemerintah yang terus menyerukan pentingnya pencegahan penularan penyakit yang mematikan ini.

Individu dan juga kelompok masyarakat pun beramai-ramai melakukan tindakan kesiagaan, misalnya: penyediaan air dan cuci tangan di tempat umum, penyediaan hand sanitizer, penyemprotan cairan disinfektan, penggunaaan masker, hingga imbauan menjaga jarak fisik di kerumunan.

Sayangnya kesiagaan masyarakat terhadap bahaya penularan virus corona itu tidak dibarengi dengan pengetahuan yang memadai.

Badan Kesehatan Dunia WHO menyebutkan, penularan virus corona itu melalui lewat percikan atau droplet saat seseorang batuk, bersin atau berbicara, bukan lewat udara (airborne disease). Cara penyebaran seperti inilah yang membuat kita disarankan menjaga jarak (physical distancing), agar terhindar dari terkena percikan.

Penularan virus corona juga bisa terjadi secara tidak langsung, yaitu apabila seseorang menyentuh permukaan atau benda apa pun yang sudah terkena atau terkontaminasi percikan atau tetesan dari seseorang yang terpapar Covid-19.

Seseorang bisa berpotensi tertular ketika tanpa disadari menyentuh benda, seperti permukaan plastik, kertas, kaca, besi dan sebagainya, yang sudah terkontaminasi virus corona, lalu menyentuh wajah seperti di bagian hidung, mulut, dan mata tanpa mencuci tangan terlebih dulu.

Penyakit ini terlanjur menjadi momok bagi masyarakat hingga memunculkan sikap paranoid dan stigma bagi penderitanya.
Metode penularan virus corona ini harus dipahami. Dan, yang harus digarisbawahi adalah, jenazah yang telah dikubur tidak menularkan virus corona!

Miris, ketika reaksi kesiagaan kelompok masyarakat kala pandemi sekarang ini justru mengabaikan hak jenazah pengidap penyakit virus corona. Hak jenazah untuk dimakamkan bukan hanya mengikuti syariat agama, melainkan juga harus sesuai protokol kesehatan. Dalam sudut pandang agama Islam, pengurusan jenazah, termasuk pemakaman merupakan wajib kifayah bagi yang hidup.

Kejadian penolakan pemakaman jenazah di TPU Sewakul di Kabupaten Semarang terhadap seorang perawat RSUP Dr Kariadi yang terserang virus corona menjadi pelajaran.

Pelajaran pertama, mengenai tidak ada potensi virus menyebar dan menular melalui tanah jika jenazah telah dimakamkan. Selanjutnya, pelajaran kedua adalah menghapus stigma negatif tenaga medis, terlebih yang berada di garda terdepan, menangani pasien terinfeksi virus corona.

Penolakan terhadap jenazah dan juga lahan yang disiapkan untuk pemakaman korban corona harus dihentikan. Kasus yang sama di Jawa Tengah bukan kali ini saja. Di sejumlah tempat juga terjadi aksi serupa.

Di Kota Semarang, warga sekitar TPU Ngadirgo Mijen, sebagai lahan pemakaman yang ditunjuk Pemkot untuk penguburan jenazah corona juga ditentang warga. Warga sampai membuat spanduk penolakan dan membentangkannya di akses jalan masuk menuju pemukiman warga

Dengan fenomema ini, maka masih perlu sosialisasi secara lebih luas ke masyarakat soal penyebaran virus corona dan juga penanganan jenazah terinfeksi virus corona. Pihak terkait harus bisa meyakinkan ke masyarakat bahwa jenazah terinfeksi virus corona sudah ditangani sesuai prosedur standar.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved