Wabah Virus Corona
Cerita Dokter Muda Tangani 1.038 Pasien Corona di Wisma Atlet
Hampir satu bulan Rumah Sakit Darurat (RSD) Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran beroperasi.
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Hampir satu bulan Rumah Sakit Darurat (RSD) Covid-19 Wisma Atlet Kemayoran beroperasi.
Ada kisah di balik dokter yang merawat total 1.038 pasien terkait corona.
Koordinator Dokter Umum di RS Darurat Wisma Atlet, Letda Laut Kesehatan Tommy Antariksa, 29 tahun, harus rela tak bertemu keluarga sudah hampir 30 hari.
Selama merawat pasien, Tommy menginap di lingkungan wisma atlet. Tommy tak merasa terbebani merawat pasien.
Baginya, ini merupakan pengabdian kepada negara. Bisa membantu sesama dan bisa berkontribusi untuk negara.
• Yuni Shara : Hari Kartini Hari Berbagi
• Detik-detik Pria Bermotor Terseret Banjir di Cimahi, Pengendara Lain Histeris
• KABAR TERBARU: Alasan Tjahjo Kumolo tentang PNS Work From Home Diperpanjang hingga 13 Mei
• HEBOH! Warga Perumahan Mewah Sunter Indah Kebagian Paket Sembako, Rata-rata Warga Punya Mobil
Sekaligus mengimplementasikan ilmu dan profesinya di bidang medis dan militer. Hal ini yang membuat Tommy senang.
"Senang bisa bermanfaat bagi sesama, mengobati dan merawat orang yang suspect Covid-19 maupun yang sudah positif," kata Tommy kepada Tribun, Senin (20/4).
Kemarin, tercatat 28 orang pasien positif Covid-19 yang dirawat di RSD Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat, dinyatakan sembuh.
Tommy terus memantau situasi itu. Hari demi hari, pasien yang dinyatakan sembuh terus bertambah.
"Hal terbaiknya adalah saat mereka sudah selesai menjalani perawatan dan masa observasi di RSD Wisma Atlet dan akhirnya mereka di nyatakan sembuh dan bisa kembali ke masyarakat, kita yang melepasnya dengan perasaan bahagia dan puas," tutur Tommy.
Tommy mengaku, selama bertugas, belum bisa berkumpul bersama keluarga. Sebab, seluruh dokter dan perawat di RSD Wisma Atlet tak diperkenankan untuk pulang atau ke luar dari lingkungan Wisma Atlet.
"Bagi tenaga medis yang mau mengakhiri masa penugasan pun harus menjalani masa karantina dahulu selama 2 Minggu sebelum benar benar kembali ke masyarakat," ujar Tommy.
Ia menyiasati kerinduan dengan melakukan komunikasi melalui dunia maya. "Bisa dengan telepon, chat via Whatsapp atau bisa juga video call," tutur Tommy.
Pengalaman yang tidak terlupakan selama merawat pasien, kata Tommy, adalah menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), yang menutup seluruh tubuh sekitar 8 jam.
Ditambah dengan aktivitas padat"Aktivitas di balik baju hazmat minimal 8 jam," ucapnya.