Berita Jawa Tengah
Mengenal Padasan, Kearifan Lokal Jawa untuk Jaga Kebersihan Badan
Ternyata, jauh sebelum virus Corona mewabah, masyarakat tradisional Jawa memiliki kearifan lokal dalam hal menjaga kebersihan.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: M Syofri Kurniawan
Sumur-sumur warga banyak yang telah menyatu di dalam rumah.
Meski demikian, menurut Fauzi, masih ada sebagian kecil warga yang menggunakannya.
Saat pandemi seperti ini, bukan hanya wastafel atau sarana cuci tangan modern lainnya yang dicari orang.
Padasan ternyata kembali diburu masyarakat.
Tak ayal, Fauzi yang merupakan pengusaha gerabah ikut tergiur menjual padasan.
Sejak Corona mewabah, permintaan padasan cukup tinggi.
Padasan yang mulanya tak dilirik masyarakat, kini kembali diminati.
Ini tentu menjadi berkah bagi pengrajin dan pedagang padasan untuk mendapat untung lebih.
"Sejak wabah ini permintaan banyak,"katanya
Tingginya permintaan padasan membuat harga kerajinan itu ikut naik, meski masih dalam taraf wajar.
Fauzi mengatakan, di musim normal, padasan umumnya dijual dengan harga Rp 35 ribu sampai Rp 45 ribu.
Tetapi di masa pandemi, rata-rata padasan dijual dengan harga sekitar Rp 50 ribu.
Karena tingginya permintaan, pedagang padasan pun kewalahan melayani kebutuhan calon pembeli.
Masalahnya, padasan adalah produk kerajinan tangan, bukan buatan pabrik yang bisa melayani permintaan dalam jumlah besar.
Pengrajin yang memproduksi padasan pun bisa dihitung jari.