Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ngopi Pagi

FOKUS : Kurva Corona

Hari kelima penerapan larangan mudik yang bertepatan dengan hari kedua pembatasan kegiatan masyarakat (PKM) di Kota Semarang

Penulis: muslimah | Editor: Catur waskito Edy
tribunjateng/bram
Muslimah wartawan tribunjateng.com 

Oleh Muslimah

Wartawan Tribun Jateng

Hari kelima penerapan larangan mudik yang bertepatan dengan hari kedua pembatasan kegiatan masyarakat (PKM) di Kota Semarang, seorang teman mengungkapkan kegembiraannya setelah pulang dari pasar. Ia mengatakan harga jahe di Pasar Peterongan sudah turun jadi Rp 60 ribu per 1 kg.

Teman saya ini orang yang sangat menyukai minuman herbal. Sejak dulu (sebelum corona mewabah) ia sudah mengonsumsi mulai dari kunyit asam, jahe rempah, hingga wedang uwuh. Setelah wabah corona menyebar, entah darimana asal muasalnya, muncul kepercayaan bahwa minuman herbal mampu menjadi penangkalnya.

Jadwal Imsak dan Buka Puasa Hari Ini Bengkulu, Ramadhan Hari ke-7, Kamis 30 April 2020

Istri Video Call dari Kamar Mandi, Suami yang Masih Halu Usai Pesta Sabu Kalap hingga Istri Tewas

Nenek 101 Tahun Berhasil Selamat dari 2 Pandemi: Influenza Tahun 1918 dan Covid-19 Tahun 2020

Wanita Ini Diperkosa 3 Pria saat Dikarantina Sendirian di Sekolah, Awalnya Berteduh di Kantor Polisi

Jadi teman saya ini makin semangat berburu empon-empon ke pasar. Karena banyak diburu, harga empon-empon terutama jahe tentu saja melonjak sesuai hukum pasar. Paling mahal menurutnya, ia harus mengeluarkan uang hampir Rp 80 ribu untuk 1 kg jahe.

Teman saya optimis, menurunnya harga jahe menjadi pertanda bahwa wabah corona akan segera angkat kaki dari Semarang, Jawa Tengah bahkan Indonesia.

Buktinya, kata dia, bukan hanya jahe, harga masker dan hand sanitizer yang juga sangat diburu saat corona mewabah juga sudah mulai normal. Dua barang ini kabarnya tidak lagi langka di apotek.

Bukti lain, Jakarta sebagai episentrum penyebaran corona di Indonesia dalam beberapa hari terakhir juga memperlihatkan tren kasus yang melambat. Satu bukti lagi, jumlah penderita covid-19 yang sembuh semakin meningkat, lebih banyak jika dibandingkan jumlah pasien meninggal.

Namun benarkah analisis teman ini? Apakah Indonesia sudah mencapai puncak pandemi corona dan wabah ini akan segera angkat kaki? Untuk menjawabnya tentu dengan mempertimbangkan berbagai hal. Tapi setidaknya hasil penelitian tentang perkembangan corona di Indonesia bisa jadi acuan.

Hasil permodelan yang ramai dibahas untuk menjawab pertanyaan tersebut (apakah corona di Indonesia sudah mencapai puncak) adalah yang dilakukan Ilmuwan dari Universitas Teknologi dan Desain Singapura (SUTD). Prediksi yang dibuat oleh Laboratorium Inovasi Berbasis Data (DDI SUTD) itu ditampilkan di situs resminya dengan judul "Kapan Covid-19 Berakhir?".

Dipaparkan dalam situs tersebut, Indonesia sedang berada di periode puncak Covid-19 sejak tanggal 19 April 2020. Pandemi di Tanah Air diprediksi 97 persen berakhir pada 4 Juni 2020 dan 99 persen berakhir pada 20 Juni 2020.

Pemerinrah, seperti disampaikan Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-29, Doni Monardo meyakini puncak pandemi Covid-19 di Indonesia akan berlangsung pada bulan Mei 2020. Indonesia akan mampu menurunkan kasus Covid-19 pada bulan Juni, sehingga kehidupan masyarakat diharapkan akan mulai berjalan normal pada bulan Juli mendatang.

Masa puncak pandemi ditandai dengan perlambatan penyebaran penyakit atau penurunan jumlah kasus baru. Kurva penambahan kasus mulai melandai hingga mendatar dan terus menurun.

Yang pasti, akurat tidaknya penelitian tersebut sangat bergantung pada masyarakat. Bagaimana kedisiplinan mereka menerapkan protokol pencegahan Covid-19, mulai dari menjaga kebersihan, melakukan social distancing hingga mematuhi aturan larangan mudik demi memutuskan rantai penyebaran.

Seperti dikatakan pakar epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono. Menurutnya, puncak corona ada di minggu-minggu sebelum hari raya lebaran. Namun itu dengan catatan masyarakat patuh tidak mudik. Dan jika sebaliknya, masyarakat nekat melakukan perjalanan ke kampung halaman, maka periode puncak Covid-19 akan bergeser lagi atau terjadi lebih lama. Otomatis, kehidupan normal seperti saat sebelum ada wabah virus corona juga akan semakin lama terjadinya.

Yang jelas, semakin cepat corona berakhir tentu semakin baik. Selain warga tak perlu mencemaskan wabah, hantu gelombang PHK yang menakutkan hingga kemiskinan yang merajalela juga bisa diminimalisir. Karena tidak ada yang tahu sampai dimana daya tahan masyarakat dan pemerintah jika hal itu sampai terjadi. Jadi, yuk bahu membahu agar corona tidak lagi punya tempat di negeri ini. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved