Berita Sragen
2 Pemudik Palembang Menolak Dikarantina di Rumah Hantu Sragen, Pilih Isolasi dalam Bangunan Kosong
Dua pemudik dari Palembang menolak dikarantina di rumah angker Desa Sepat Sragen. Mereka memilih isolasi mandiri di rumah kosong milik orangtua.
Penulis: Mahfira Putri Maulani | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, SRAGEN - Setelah tiga pemudik di Desa Sepat, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen merengek minta dipulangkan, dua pemudik pilih karantina di rumah kosong milik saudara.
Kedua pemudik tersebut pulang dari Palembang pada (25/4/2020) lalu dan akan pulang di Dukuh Selorejo, Desa Sepat Kecamatan Masaran.
Keduanya memilih karantina rumah kosong milik saudaranya akibat kabar rumah karantina berhantu yang disediakan tim satgas Covid-19 Desa Sepat.
• Hasil Swab Karyawan Sampoerna Bikin Pihak RS Kaget:Tak Seperti biasanya, Bukti Corona Sangat Menular
• Bayi 40 Hari Meninggal Sesak Nafas Usai Diajak Kondangan di Kudus, Ada Tamu Undangan dari Zona Merah
• Mahmud Mendadak Terjatuh dari Motor, Jadi Tontonan Warga Hingga Meninggal di Purbalingga
• Paula Verhoeven Malu Kiano Diberi Baju Bekas Rafathar, Baim Wong: Kayak Gue Gak Mampu
"Kemarin ada dua warga Dukuh Selorejo pulang dari Palembang pada (25/4/2020) sudah berkonsultasi dengan keluarganya."
"Karena takut membawa virus dan bisa menularkan ke keluarga akhirnya memilih tidak akan langsung pulang ke rumah."
"Akan mendiami rumah kosong milik orangtuanya."
"Keluarga menyetujui pulang dari Palembang sampai Desa Sepat langsung menuju rumah kosong tidak," terang Kepala Desa Sepat Mulyono, Minggu (3/5/2020).
FOTO:

FOTO:

Mulyono secara pribadi mengapresiasi dua warga yang sudah karantina mandiri di rumah kosong meskipun bukan rumah kosong yang pihaknya siapkan.
"Ini berarti merupakan inisiatif mereka sendiri, rasa tanggungjawab dan rasa untuk menjaga kesehatan keluarga," katanya.
Mulyono menyampaikan pemudik yang ada di Desa Sepat hingga kini mencapai 306 orang sedangkan yang masih harus isolasi mandiri sebanyak 90-an orang.
Sebelumnya ada tiga pemudik yang sempat menghuni rumah karantina yang disiapkan satgas Desa Sepat namun ketiganya merengek meminta agar dipulangkan.
Ketiganya kepergok tim satgas Covid-19 Desa Sepat ketika keluar rumah.
"Satu keluar rumah karena membelikan mainan anaknya ke Sragen kota, sedangkan sisanya main aja ke rumah tetangga kumpul-kumpul," katanya.
Dua orang di antaranya masuk tempat karantina pada (16/4/2020) dan hanya bertahan tiga hari dan dipulangkan pada (20/4/2020).
Sementara satu orang masuk pada (20/4/2020) dan hanya bertahan selama empat hari kemudian dipulangkan.
Menurut pengakuan ketiganya kepada Mulyono, setiap malam mereka selalu diganggu makhluk tak kasat mata.
Mulyono menceritakan menurut pengakuan ketiga laki-laki tersebut setiap malam dalam mimpinya terbayang-bayang makhluk menyeramkan tak kasat mata.
"Sampai nangis-nangis minta dipulangkan minta pada kami dipulangkanan bahkan sampai tiga kali akhirnya kami pulangkan dengan berbagai catatan, taat isolasi mandiri dengan pengawasan ketat," katanya.
Gambar-gambar hantu yang berada di rumah karantina tersebut sebagian ialah hasil gambar para penghuni, sebagai gambaran apa yang mereka lihat selama ini.
Bangunan yang digunakan karantina tersebut dulunya ialah rumah produksi pembuatan sepatu.
Dibangun pada 1995, bangunan tersebut sudah dikosongkan selama 10 tahun.
Rumah karantina tersebut terdiri empat tempat tidur yang disekat oleh kain dan terdapat satu kamar mandi.
Selama dikarantina makan dan minum seluruh penghuni menjadi tanggungjawab satgas Desa Sepat.
(uti)
FOLLOW FACEBOOK TRIBUNJATENG.COM
• Doa 10 Hari Kedua Ramadhan Lengkap dengan Artinya, Agar Dosa Kita Diampuni
• Paula dan Baim Wong Malu Direkam saat Dapat Setumpuk Baju Mahal Bekas Rafathar, Ini Reaksi Nagita
• Petugas di Terminal Dukuh Salam Slawi Temukan Motor Bodong Disembunyikan di Dalam Mobil Travel
• Polisi Tangkap 13 Pebalap Liar Lengkap Beserta 8 Motor di Banyumas