Berita Regional
Bule Rusia Ngamen Bawa Bayi Kini Dideportasi, Sempat Ngaku Seniman yang Keliling Dunia
Pasangan suami istri warga negara Rusia, Mikhail (29) dan Ekaterina (28) akhirnya dideportasi oleh pihak imigrasi.
Reza menjelaskan, terkait dengan aktivitas Mikhail dan istrinya ngamen di pasar, yang bersangkutan mengaku merupakan seniman musik yang sering berkeliling ke sejumlah negara.
"Tetapi kami tetap tidak mengizinkan dia dan keluarganya melakukan aktivitas mengamen di Lombok karena itu melanggar aturan izin tinggal. Mereka datang ke Indonesia dengan paspor wisata, bukan melakukan aktivitas atau pekerjaan mencari nafkah di sini," ujar Reza.
Dari penelusuran Kompas.com, Mikhail memiliki akun Facebook dengan nama Rodayan Bondaruk.

Dalam sejumlah postingannya, terlihat beberapa kali terlihat pria ini bermain musik akordeon di jalanan sejumlah negara, seperti Korea, Vietnam, dan sejumlah negara lain sejak 2018 hingga awal 2020.
Penampilannya tak jauh berbeda seperti kondisinya saat ini, mengenakan pakaian sederhana, bersama sang istri dan sama-sama tanpa alas kaki.
Ciri khas lainnya, mereka kerap mengunakan sepeda motor yang dibeli ketika singgah ke sebuah negara.

Uang Menipis Terpaksa Ngamen
Selama tinggal di Indonesia, pasangan itu mengaku uang yang mereka miliki semakin menipis dan terancam tak bisa pulang.
Namun dia merasa beruntung banyak orang Indonesia yang membantunya.
"Muslim di Lombok dan di Asia sangat baik dan respek dengan kami, sangat bersahabat, mereka Muslim yang hebat," kata Mikhail di kantor Imigrasi Kelas I TPA Mataram, Kamis (30/4/2020).
Dia menceritakan sebelumnya mereka sempat bepergian ke Malaysia, baru kemudian melanjutkan perjalanan ke Bali.
Dalam masa itu, ternyata Rusia memberlakukan lockdown imbas wabah Covid-19, begitu pula Malaysia yang memberlakukan kebijakan serupa.
Karena kondisi yang tidak menentu, dan keuangan semakin menipis, mereka memutuskan mengamen untuk bisa bertahan hidup.
"Saya main musik di Bali, tapi polisi melarang kami, padahal itu untuk membeli makanan dan biaya hidup. Kami punya uang hanya untuk satu bulan kami tinggal di Bali.
Kemudian kami ke Lombok mencari peluang ngamen, tapi di sini juga sama pintu ditutup," katanya.