Berita Semarang
Di Tengah Wabah Corona, Pengusaha Kolang Kaling di Semarang Kewalahan Penuhi Permintaan Pasar
Hanya beberapa yang masih memiliki jaringan pasokan kolang-kaling dari luar daerah yang masih bisa bertahan
Penulis: iwan Arifianto | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Geliat usaha kolang-kaling di Desa Jatirejo Kecamatan Gunungpati Kota Semarang tetap berdenyut.
Di tengah wabah virus Corona mereka tetap bertahan mengelola usaha mereka.
Satu pemilik usaha pengolahan kolang kaling, Rupiasih (55) menuturkan, tidak semua pengusaha kolang-kaling di desanya menjalankan usaha tersebut pada bulan ramadan ini.
Hanya beberapa yang masih memiliki jaringan pasokan kolang-kaling dari luar daerah yang masih bisa bertahan.
• Romantis, Didi Kempot Bisiki Yan Vellia Kalau Lagu Ini Khusus Untuknya, Satu-satunya Lagu Buat Istri
• Respon Baim Wong Ada wanita yang Datang ke Rumahnya Minta Kerjaan, Padahal Tak Biasa Marah
• Pilu, Bocah 8 Tahun Dijemput untuk Karantina: Pakaian yang Dibawa Menyembul dari Kresek Indomaret
• Promo Superindo Akhir Pekan 8-10 Mei 2020, Diskon Biskuit hingga 40 Persen, Minyak hingga Daging
"Kami dapat pasokan dari Kabupaten Pekalongan jadi masih tetap memenuhi permintaan pelanggan di bulan ramadan," jelasnya kepada Tribunjateng.com, Jumat (8/5/2020).
Rupiasih mengungkapkan, sebenarnya kewalahan dalam memenuhi permintaan pasar terutama selama bulan ramadan ini.
Lonjakan permintaan sudah terjadi ketika akan memasuki bulan ramadan.
Namun pihaknya mengalami kendala pasokan kolang kaling yang berasal dari luar daerah.
"Sebelum puasa sekira bulan Maret bahan baku melimpah, namun permintaan sedikit. Sedangkan saat memasuki ramadan bahan baku langka permintaan tinggi," terangnya.
Rupiah mengaku mendapatkan pasokan kolang-kaling mentah sebanyak 17 kuintal hingga 1,5 ton per tiga hari.
Bahan tersebut disortir kemudian diolah menjadi 10 kuintal sampai 15 kuintal.
Menurutnya dari proses membersihkan, menggepeng atau memipihkan kolang kaling hingga proses fermentasi membutuhkan waktu tiga hari.
Proses tersebut dilakuan Rupiasih dengan dibantu enam karyawan dan dua anaknya.
"Setelah itu kami jual kolang kaling Rp 13 ribu per kilogram, soal keuntungan rahasia. Yang jelas bisa untuk makan bayar anak sekolah dan karyawan," bebernya.
Dijelaskan Rupiasih, tren permintaan kolang kaling dari tahun ke tahun tidak mengalami peningkatan signifikan.
Menurutnya, kondisi tahun ini yang kewalahan memenuhi lonjakan permintaan lantaran permintaan konsumen tinggi.
Di sisi lain banyak pengusaha kolang kaling yang tidak dapat beroperasi.
"Kami dari tahun ke tahun semakin kesulitan untuk memperoleh bahan baku. Beruntung kami memiliki pemasok tetap," terangnya.
Sedangkan Lurah Jatirejo, Bambang Haryanto menuturkan, di kelurahannya tercatat ada 11 pemilik usaha kolang kaling.
Namun saat ini yang masih aktif beroperasi hanya lima tempat usaha yang tersebar di tiga RT di RW 1.
Dijelaskan Bambang, pengusaha kolang kaling tidak seluruhnya beroperasi di bulan ramadan lantaran kesulitan memperoleh pasokan bahan baku.
Desa yang dikenal sebagai sentra kolang kaling tersebut biasanya mendapat pasokan dari wilayah Wonosobo, Banjarnegara, Pekalongan dan lainnya.
"Selama pandemi Virus Corona pengusaha tidak bisa leluasa mencari bahan baku sebab ada pembatasan-pembatasan akses jalan sehingga mereka saat ini memilih untuk sementara tidak beroperasi meskipun per
mintaan kolang kaling di bulan ramadan terhitung tinggi," tandasnya. (iwn)
• Romantis, Didi Kempot Bisiki Yan Vellia Kalau Lagu Ini Khusus Untuknya, Satu-satunya Lagu Buat Istri
• Respon Baim Wong Ada wanita yang Datang ke Rumahnya Minta Kerjaan, Padahal Tak Biasa Marah
• Pilu, Bocah 8 Tahun Dijemput untuk Karantina: Pakaian yang Dibawa Menyembul dari Kresek Indomaret
TONTON JUGA DAN SUBSCRIBE :