Berita Semarang
Muncul Awan Bergulung-gulung Mirip Sisik Ikan di Semarang, Ini Penjelasan BMKG
Fenomena awan yang tampak bergulung-gulung atau mirip seperti sisik ikan mulai muncul di Kota Semarang sejak beberapa hari terakhir ini
Penulis: Akhtur Gumilang | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Fenomena awan yang tampak bergulung-gulung atau mirip seperti sisik ikan mulai muncul di Kota Semarang sejak beberapa hari terakhir ini.
Munculnya awan itu rupanya disebabkan adanya peralihan musim menuju kemarau yang terjadi di Kota Semarang dan sejumlah daerah sekitar.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani Semarang menyatakan, bila fenomena tersebut bernama awan nimbostratus.
• Entah Apa yang Merasukinya, Dilarang Mudik, Seorang Ibu Tega Bacok Anaknya Saat Korban Tidur
• Identitas dan Kebohongan Laurens Ayah Angkat Syahrini Dibongkar Sosok Ini: Susun Agenda Sejak 2017
• Promo Superindo Akhir Pekan 30 April-3 Mei 2020, Diskon Produk Makanan Capai 40 Persen,Ini Daftarnya
• Driver Ojol Gratiskan Ongkir Pengiriman Sembako, Ikut Nangis Lihat Mahasiswa Menangis Terima Sembako
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani Semarang, Achadi Soebarkah mengatakan, awan nimbostratus itu ternyata bisa menganggu jarak pandang para pilot pesawat yang melintasi Semarang dan sekitarnya.
Apabila awannya menggumpal cukup tebal, kata Achadi, maka kondisinya bisa menurunkan jarak pandang para pilot.
Dia juga menambahkan bahwa awan nimbostratus ini berpotensi mengecoh pilot sehingga harus terbang rendah.
"Sementara di sisi lain, jalur penerbangannya kebetulan berada di dataran tinggi dengan banyak tebing yang curam.
Maka dari itu, awan ini cukup membahayakan," ungkap Achadi saat dikontak Tribunjateng.com, Kamis (14/5/2020).
Sementara, Kasi Data dan Observasi Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani Semarang, Yoga Sambodo mengatakan, awan nimbostratus merupakan jenis awan alto cumulus.
"Jika di tingkat lapisan awan yang lebih tinggi dinamai awan cirocumulus atau awan makarel.
Awan nimbostratus terbentuk karena naiknya air bermassa besar pada lapisan menengah atau setara dengan ketinggian sekitar 2 Km," jelasnya.
Dia menambahkan, massa air yang naik ke atas diikuti oleh kondensasi yang tidak stabil.
Namun, tambah Yoga, awan tersebut tidak berpengaruh menimbulkan hujan.
"Awan ini tidak berpengaruh pada cuaca alias tidak menimbulkan hujan," pungkas Yoga. (Tribunjateng/gum).