Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Ngopi Pagi

FOKUS : Lebaran di Tahun Kembar

Aktivitas beribadah pada Hari Raya, Hari Kemenangan, cukup di dalam kampung, di masjid, bahkan di rumah saja.

Penulis: sujarwo | Editor: Catur waskito Edy
tribunjateng/bram
Sujarwo atau Pak Jarwo wartawan Tribun Jateng 

Lebaran tahun ini paling berbeda. Bahkan boleh dikata serba anomali. Tetapi, sepakat saja, justru paling berkesan. Tidak terlihat warga berbondong-bondong memadati lapangan untuk menunaikan Salat Id.

Aktivitas beribadah pada Hari Raya, Hari Kemenangan, cukup di dalam kampung, di masjid, bahkan di rumah saja.

Seusai Salat Id, warga langsung menuju rumah masing-masing. Tanpa bertandang dan salaman pada sanak keluarga. Tiap dusun, kampung, maupun desa sopan memohon untuk tidak menerima tamu dari luar.

“Maaf, karena Covid-19, kami tidak menerima tamu.” Begitu antara lain spanduk terpasang di atas palang terbuat dari bambu di pintu masuk desa.

Toh, permohonan tersebut bukan sebagai masalah besar. Tidak mengundang protes massal. Apalagi jauh hari sudah ada larangan mudik.

Tradisi yang selalu ditunggu para perantau. Tradisi yang membuat para perantau wajib melaksanakan pulang kampung, menjadi jalan untuk mencari berkah karena bisa bersilaturahmi dengan keluarga, kerabat, dan tetangga.

Tentu, ada rasa sedih, kecewa akan kenyataan ini. Tidak mudik, juga merayakan Lebaran hanya di rumah. Raut-raut wajah cermin lelah terlihat dari warga. Lelah lantaran masih harus terus berjuang melawan wabah corona. Entah kapan bakal berakhir, meski harus pula disertai keyakinan pasti bakal berakhir.

Memang layak yakin, sekaligus mensyukuri. Paling tidak menggugah kita mengingat kembali sejarah Lebaran, yang ternyata juga diawali suasana perang. Menurut Ensiklopedia Islam, Hari Raya Idulfitri atau Lebaran untuk pertama kalinya dirayakan umat Islam selepas Perang Badar pada 17 Ramadhan Tahun ke-2 Hijiriyah.

Dalam pertempuran itu, umat Islam meraih kemenangan. Sebanyak 319 kaum Muslimin harus berhadapan dengan 1.000 tentara dari kaum kafir Quraisy. Pada tahun itu, Rasulullah SAW dan para sahabat merayakan dua kemenangan, yakni keberhasilan mengalahkan pasukan kaum kafir Quraisy dalam Perang Badar dan menaklukkan hawa nafsu setelah sebulan berpuasa.

Dari sinilah lahirnya ungkapan "Minal 'Aidin wal Faizin" yang lengkapnya ungkapan doa kaum Muslim saat itu: Allahummaj 'alna minal 'aidin walfaizin -- Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang kembali (dari Perang Badar) dan mendapatkan kemenangan.

Menurut sebuah riwayat, Nabi SAW dan para sahabat menunaikan Salat Id pertama kali dalam kondisi luka-luka yang masih belum pulih akibat Perang Badar. Rasulullah pun dalam sebuah riwayat disebutkan, merayakan Hari Raya Idulfitri pertama dalam kondisi letih. Sampai-sampai Nabi SAW bersandar kepada Bilal ra dan menyampaikan khotbah Id.

Menurut Ibnu Katsir, pada Hari Raya Idulfitri yang pertama, Rasulullah pergi meninggalkan masjid menuju suatu tanah lapang dan menunaikan Salat Id di atas lapang itu. Sejak itulah, Nabi dan para sahabat menunaikan Salat Id di lapangan terbuka, bukan di dalam masjid.

Kini, pada 2020, yang juga disebut tahun kembar, rakyat negeri ini diminta menunaikan Salat Id tidak di tanah lapangan. Semua memahaminya, mematuhinya. Tinggalkan dulu perbedaan pendapat. Bak fenomena anak kembar yang memiliki perasaan, pemikiran, dan tindakan sama. Dalam arti sama-sama merasa sedang berjuang melawan wabah virus corona. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved