Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Internasional

Mulut Pedas Donald Trump Dibungkam Twitter dan Snapchat, Facebook Membiarkan, Ini Kata Zuckerberg

Media sosial mulai ambil sikap atas komentar-komentar kontroversial Presiden Donald Trump.

Editor: galih permadi
Doug Mills-Pool / Getty Images / AFP
Ketika pandemi coronavirus novel berlanjut di Amerika Serikat, Presiden Donald Trump berbicara kepada para wartawan setelah menandatangani proklamasi menghormati Hari Perawat Nasional di Kantor Oval di Gedung Putih di Gedung Putih 06 Mei 2020 di Washington, DC. Dengan lebih dari satu juta orang di Amerika Serikat terinfeksi COVID-19 dan puluhan ribu orang meninggal karena virus, perawat telah berada di garis depan perawatan untuk pasien di seluruh negeri. 

TRIBUNJATENG.COM, WASHINGTON DC- Media sosial mulai ambil sikap atas komentar-komentar kontroversial Presiden Donald Trump.

Twitter dan Snapchat membungkamnya, tapi tidak begitu dengan Facebook.

Snapchat pada Rabu (3/6/2020) menjadi jejaring sosial terbaru yang membungkam lambe turah Trump karena mengklaim Presiden Amerika Serikat ( AS) itu telah menghasut "kekerasan rasial".

Innalillahi Wa Innailahi Rojiun, Satpam Cantik yang Hilang Ditemukan Mengapung di Bengawan Solo\

Pakar Hukum Pidana Universitas Negeri Semarang Kritisi Program Asimilasi Yasonna Laoly

Dalam 2 Hari 15 Orang Positif Corona di Solo Raya, Wonogiri Jebol, Sukoharjo 3 Besar Jateng

Gara-gara Ini Kedai Kopi Milik WNI di Amerika Lolos dari Penjarahan Demo Kematian George Floyd

Jejaring sosial yang banyak diakses generasi milenial itu mengatakan, tidak akan lagi memasukkan Trump ke Discover-nya untuk recommended content.

"Kami tidak akan menyebarkan suara yang menghasut kekerasan rasial dan ketidakadilan dengan memberi mereka tempat di Discover," demikian pernyataan Snapchat.

Tindakan Snapchat ini dilakukan beberapa hari setelah Twitter menyembunyikan unggahan Trump yang dinyatakan "glorifikasi kekerasan".

Kondisi ini memanaskan hubungan antara Gedung Putih dan Silicon Valley, markas perusahaan media sosial.

Kepala eksekutif Snap, Evan Spiegel pada akhir pekan lalu mengirim memo panjang kepada para karyawannya, mengecam apa yang dilihatnya sebagai warisan ketidakadilan rasial dan kekerasan di AS.

Snapchat tidak akan mempromosikan akun di Negeri "Paman Sam" yang terkait dengan orang-orang yang memicu kekerasan rasial di dalam atau di luar platform pengiriman pesan, menurut Spiegel.

"Hati saya hancur dan marah dengan perlakuan terhadap orang kulit hitam dan orang kulit berwarna di Amerika."

 Twitter dua kali bungkam Trump

Sebelum Snapchat bertindak, Twitter sudah dua kali membungkam twit Trump di media sosial berlogo burung itu.

Kasus pertama adalah twit Presiden ke-45 AS itu tentang metode mail-in ballots di pemilu AS 2020.

Taipan real estate itu mengklaim, nantinya surat suara itu bakal dicuri, dengan balotnya dicetak ulang dan ditandatangani secara ilegal.

Dalam pandangan Trump, usul itu bakal memberikan ruang bagi kecurangan dalam Pilpres AS.

"Ini akan menjadi pemilu yang curang. Tidak!" Begitu kicauan itu muncul, Twitter langsung memberikan tanda baru bertuliskan Get the fact about mail-in ballots (Dapatkan fakta soal balot kotak pos).

Jika di-klik, maka akan muncul ulasan dari sejumlah media terkemuka seperti CNN, The Washington Post, yang mematahkan klaim sang presiden.

Media-media itu mengutip keterangan pakar, yang menyatakan bahwa cara itu lebih aman daripada menggunakan sistem in-person voting.

Kasus kedua adalah pada Jumat (29/5/2020), Twitter menandai unggahan Trump tentang kerusuhan demonstrasi George Floyd sebagai "glorifikasi kekerasan".

"Ketika penjarahan dimulai, penembakan dimulai, Terima kasih!" tulis Trump yang mengacu pada bagaimana penegakan hukum akan menangani insiden tersebut.

"Twit ini melanggar Aturan Twitter tentang glorifikasi kekerasan.

Namun, Twitter telah menentukan bahwa ini mungkin kepentingan publik sehingga twit tetap dapat diakses," demikian tanggapan Twitter.

Menanggap hal ini, Trump lalu mengeluarkan perintah eksekutif tentang media sosial.

Setelah perintah eksekutif ini diberlakukan, platform media sosial seperti Twitter dan Facebook bisa dituntut secara hukum.

Trump mengatakan, peraturan diperlukan karena perusahaan media sosial itu bukan lagi forum netral tetapi terlibat dalam "aktivitas politik."

Facebook membiarkan

Trump Beda halnya dengan Facebook.

Di saat Twitter dan Snapchat membungkam Trump, Facebook memilih untuk membiarkannya.

Dilansir dari AFP, CEO Facebook Mark Zuckerberg menegaskan kembali sikapnya dalam pertemuan dengan karyawan pekan ini, meski ada kritik terhadap kebijakan Facebook oleh aktivis hak-hak sipil.

"Saya sangat percaya bahwa Facebook seharusnya tidak menjadi penentu kebenaran dari semua yang dikatakan secara online," ujarnya pada Rabu (27/5/2020).

"Saya pikir, secara umum, perusahaan swasta, terutama perusahaan platform ini, tidak boleh melakukan itu," ucap Zuckerberg sebelumnya kepada Fox News.

Buntut dari sikap Zuckerberg ini, dua pegawai Facebook yang bekerja sebagai perancang perangkat lunak, mengundurkan diri secara terbuka pada Selasa (2/6/2020).

Timothy Aveni di LinkedIn menulis, dia mundur karena Facebook belum memegang teguh standar komunitas terkait unggahan Trump.

"Berkali-kali dia (Trump) mengunggah pesan menjijikkan, pesan bersasaran yang akan membuat pengguna Facebook lainnya ditangguhkan dari platform."

Sementara itu pegawai lainnya yakni Owen Anderson menulis di Twitter, ia dengan bangga mundur pada Selasa karena "tak lagi mendukung kebijakan dan nilai-nilai yang sangat tidak saya setujui."

Namun Anderson melanjutkan bahwa kepergiannya dari pekerjaan ini hanya sementara waktu.

Pengunduran diri terbuka ini menyusul "mogok virtual" yang dilakukan banyak pegawai Facebook pada Senin (1/6/2020).

Majalah Fortune pada Rabu (3/6/2020) menulis, pengunduran dua orang itu memang sangat kecil di Facebook yang mempekerjakan lebih dari 48.000 orang, tetapi jika eksodus terjadi akan menjadi masalah besar bagi perusahaan.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dibungkam Twitter dan Snapchat, Mulut Pedas Trump Dibiarkan Facebook"

Inilah 5 Nama Samaran di Whatsapp Terdakwa Kasus Korupsi Jiwasraya: Panda, Pak Haji hingga Chief

Inilah Penampakan Mobil Listrik Buatan Sasmito Lulusan SMP, Harga Setara Sepeda Motor Bebek Bekas

Mantan Kapolrestabes Semarang Brigjend Pol Abioso Kini Resmi Menjabat Wakapolda Jateng

Viral Fenomena Bulan Bercincin, Ini Penjelasan LAPAN RI

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved